Silvia Halim, Pendekar Wanita Infrastruktur
- Dok. PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta
VIVA – Jejeran stiker bergambar peta jalur-jalur transportasi di Jakarta terpasang rapih di setiap kaca-kaca ruangan kantor di lantai 21 Wisma Nusantara, Jakarta. Siang itu, Jumat 2 Maret 2018, sejumlah karyawan PT MRT Jakarta terlihat bersiap rapat.
Kantor tersebut terlihat modern dan langsung berhadapan dengan proyek Mass Rapid Transit (MRT) fase I antara Lebak Bulus-Bundaran HI, yang sedang dalam tahap pengerjaan.
Dari kantor tersebut sejumlah persiapan pekerjaan MRT Jakarta dimulai. Bahkan hingga 25 Februari 2018 kemarin perkembangan proyek itu telah mencapai 91,86 persen, atau sudah memasuki tahap akhir untuk bisa segera beroperasi tahun 2019.
Di antara ruangan kantor tersebut terdapat papan tanda tangan komitmen karyawan PT MRT Jakarta untuk menyelesaikan tahap konstruksi, #MenujuMaret2019. Di ruangan itu pula muncul seorang perempuan muda berparas cantik menyapa ramah.
Dia adalah Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta. Lahir di Jakarta 35 tahun silam, Silvia bergabung dengan MRT Jakarta sejak September 2016 setelah berkiprah di luar negeri.
"Jadi sebenarnya belum lama saya bergabung, yaitu sekitar satu tahun setengah, bersamaan dengan sejumlah direktur yang lain juga," ujar Silvia, Jumat 2 Maret 2018.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim (kanan) bersama dengan Direktur Utama PT Mass Rapid Transit Jakarta Jakarta William P Sabandar (tengah) dan Direktur Operasional dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Agung Wicaksono (kiri) saat meninjau perkembangan pembangunan proyek MRT di Stasiun MRT Senayan, Jakarta. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Ia mengungkapkan bisa masuk ke MRT Jakarta setelah melamarkan diri. Namun, dia saat itu tidak tahu level apa yang ditawarkan . Yang ia tahu, PT MRT Jakarta butuh tenaga-tenaga profesional di bidang konstruksi dari luar negeri untuk pulang ke Tanah Air.
"Saya coba ajukan [lamaran kerja], diskusi beberapa kali dan ada tahapan interviewnya juga. Akhirnya dipercaya untuk posisi Direktur Konstruksi MRT Jakarta," katanya kepada VIVA.
Silvia mengakui, keberanian untuk melamar ke PT MRT Jakarta lantaran dia telah memiliki beberapa pengalaman bidang konstruksi di Singapura. Terlebih, sejak lulus kuliah hingga bekerja, Silvia memang fokus di sektor konstruksi.
Lulusan teknik sipil dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura ini telah banyak berkecimpung dalam project management infrastruktur di Kota Singa itu. Maka Silvia pun sangat familiar dengan konsep railway yang akan diterapkan di Indonesia saat ini.
Belajar dari Singapura
Silvia sangat paham akan proyek infrastruktur transportasi, sehingga dia mengaku tak terlalu sulit untuk mengerjakan proyek MRT Jakarta. Dia sudah berpengalaman dalam pembuatan infrastruktur bawah tanah maupun tumpang tindih.
Ia menceritakan, sebelum bergabung dengan MRT Jakarta, sejumlah proyek yang sama saat itu sedang ia kerjakan di Singapura. Silvia fokus pada land transport system, di mana proyek terbesar dikerjakannya adalah road tunnel dan bukan underpass.
"Saya terakhir kerjakan terbesar adalah road tunnel. Ini bukan yang 100 meter, tapi tiga road tunnel di interchange, di junction paling complicated Singapura. Di bawah road tunnel ada MRT yang beroperasi, jadi technical challengenya tinggi," jelasnya.
Dari sejumlah proyek itu, Silvia menanganinya sejak dari perencanaan proyek, desain, konstruksinya seperti apa, hingga sampai pada operasi. Sehingga, saat mengerjakan proyek MRT di Jakarta dirinya tak terlalu banyak menemukan hambatan teknis.
"Kalau secara teknis (tantangan) ya di Singapura, karena kondisi urbannya sudah lebih komplek. Di sana kehati-hatiannya sangat tinggi, sedangkan di Jakarta tidak sebanyak Singapura infrastrukturnya sehingga pada dasarnya seperti bangun underpass, jadi masih lebih mudah lah," ujarnya.
Satu hambatan yang masih terbersit di pikirannya saat menangani MRT Jakarta saat ini, lanjut Silvia, adalah terkait birokrasi yang sanga rumit. Dirinya pun harus menyiapkan empat konsep jika ternyata terhambat sejumlah aturan yang bervariasi di Indonesia.
Maka, perempuan berusia 35 tahun ini berharap ilmu yang dimiliki dapat membantu selesainya konstruksi MRT di Jakarta tepat waktu. Ia juga memiliki cita-cita untuk bisa memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat dari konstruksi yang diciptakan.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim (tengah) saat meninjau proyek pembangunan di Jakarta. (Dok. PT Mass Rapid Transport (MRT) Jakarta)
Tak hanya itu, di luar kontruksi MRT yang ia siapkan, ada juga infrastruktur penunjang untuk memudahkan masyarakat. Salah satunya kata Silvia adalah fasilitas pedistrian yang dirancang lebih baik agar penggunakan transportasi MRT lebih nyaman.
"Kita juga mikirin, bukan cuma struktur stasiun, tapi yang di atas nih, di jalanannya bagaimana. fasilitas pedestriannya menunjang enggak? karena kan ekspektasi kita orang akan berjalan, atau turun di sekitar stasiun, berjalan masuk ke stasiun kita," tambahnya.
Sejak dimulai pada 2013, hingga 25 Februari 2018, secara keseluruhan proyek fisik MRT telah mencapai 91,86 persen. Terdiri dari 87,99 persen konstruksi eleveted dan 95,76 persen konstruksi underground.
Selain itu, untuk konstruksi stasiun sudah terlihat di Stasiun Sisingamangaraja yang memasuki tahap pemasangan rangka atap. Sehingga, saat rangka atap dipasang, bentuk dari stasiun layang sudah mulai terlihat.
Tak Canggung
Bekerja di bidang yang didominasi laki-laki, Silvia mengaku sebelumnya tak pernah berpikir akan berkarier di sektor konstruksi. Bahkan, tak terpikir sedikit pun bahwa konstruksi adalah pekerjaan laki-laki.
"Tidak pernah terbersit di kepala saya waktu saya mulai berkarier. Never in my mind saya merasa seperti itu. Jadi saat saya mulai kerja ga pernah terpikir ini pekerjaan cowok, jadi engga cocok buat saya. Ya saya buat simple engineering itu general," jelasnya.
Silvia menceritakan, selama bekerja di sektor konstruksi, dia tidak menemui ada pembedaan antara perempuan dan Laki-laki. Hanya saja ada beberapa kebijakan yang membuatnya harus mengakui bahwa sebuah kesenioran menjadi pertimbangan perusahaan.
Hal itu Silvia alami saat bekerja di Singapura. Walau bersama rekan sekerjanya memiliki performace yang sama-sama bagus, namun karena dia dipandang lebih senior maka mendapatkan promosi lebih dahulu.
Maka, dia memiliki sebuah keinginan yang harus tertular kepada seluruh perempuan di Indonesia. “Perempuan harus memiliki keunggulan dari laki-laki dengan terus bekerja keras,” ujarnya.
Direktur Konstruksi Silvia Halim (kiri) dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno (kanan) saat meninjau pedestrian di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Silvia menyadari ada beberapa perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam menentukan sebuah kebijakan dan menyelesaikan sebuah permasalahan. Hal itu pernah dia temukan saat menyelesaikan pekerjaannya di Singapura.
Di sana, setiap keputusan yang diambil laki-laki dan perempuan berbeda dari kualitas outputnya. Salah satunya cara berkomunikasi. Gaya komunikasi dengan laki-laki lebih kepada perintah atasan yang harus diterapkan sesuai 1,2,3 dan seterusnya.
Sedangkan cara komunikasi dengan perempuan adalah sifatnya lebih kepada mendengarkan pendapat dan menerima masukan. Cara seperti ini membuat kontraktor akan setuju caranya dan bekerja dengan lebih baik.
"Saya ingat, bos laki-laki selalu bilang ,’Sudah, perintah aja siapa kontraktornya, keluarin surat segala macam.’ Sedangkan saya tidak, karena ingin mencari win-win agar kontraktor setuju dan senang hati mengerjakannya sehingga pekerjaa lebih baik," paparnya.
Dipuji Anak Buah
Silvia, yang bergabung dengan PT MRT Jakarta di pertengahan proyek yang sedang berjalan, mengaku tak banyak hambatan yang ditemui bersama anak buahnya. Terlebih latar belakang yang dimilikinya sama-sama berilmu teknil sipil, sehingga langsung bisa menyatu dengan yang lainnya.
Ia mengakui, tim di bawahnya sudah cukup matang karena sudah menjalankan sejak MRT di mulai pada 2013 hingga 2016. Tim yang diketuainya pun telah mengerti apa yang terjadi di lapangan sehingga membutuhkan sedikit arahan dan usulan dari apa yang sudah dirinya pelajari sehingga semakin kuat.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim (tengah) saat meninjau proyek pembangunan di Jakarta. (Dok. PT Mass Rapid Transport (MRT) Jakarta)
Dari saat masuk, Silvia pun tak merasa memiliki hambatan secara teknik dengan tim yang diketuainya. Hanya saja, satu hambatan yang belum terselesaikan hingga saat ini adalah menyelesaikan masalah birokrasi yang rumit di Indonesia.
Hal tersebut pun diakui oleh bawahannya, Heru Nugroho Adhy Prasetyo, Project Manager Eleveted Section PT MRT Jakarta. Menurutnya, Silvia adalah direktur konstruksi yang luar biasa dan sangat menguasai bidangnya.
Ia memandang, sangat tepat jabatan itu diemban Silvia karena memiliki pengalaman, background yang sama saat bekerja di Singapura. Pekerjaan sejenis yang dikerjakannya saat ini membuat dia sangat pandai dalam memimpin sebuah proyek.
"Dia tidak saja memiliki pengetahuan, tapi juga seseorang yang pandai. Justru karena beliau adalah perempuan di sini lah kelebihannya. Dia sangat detail, dan sesuatu yang barangkali secara umum dibandingkan Laki-laki," jelasnya kepada VIVA.
Heru mengungkapkan, di bawah kepemimpinan Silvia tim bekerja dengan sangat baik, terlebih dia selalu menempatkan diri secara setara dalam setiap diskusi, rapat rutin dan pembicaraan dalam nyelesaikan masalah.
Dari situ, Silvia mengajarkan semua orang untuk bisa mengeluarkan pendapatnya dan menghargai semua usul yang disampaikan. Selain itu, lanjut Heru, Silvia juga selalu memberikan motivasi agar apa yang dikerjakan bisa dilakukan dengan baik.
"Silvia orang yang tepat di MRT, saat dibutuhkan kecepatan kerja, ketelitian serta komunikasi yang baik di perusahaan. Adanya Silvia membuat banyak orang termotivasi dan pekerjaan tertata dengan baik," ujar Heru. (ren)