Becak, si Musuh Pembangunan

Sejumlah tukang becak berkumpul di Kudus, Jawa Tengah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

VIVA – Di tahun 1848 lalu, ada seorang misionaris Amerika bernama Jonathan Goble tengah asyik menggoreskan tinta pada secarik kertas. Goresan demi goresan dibentuk hingga jadi sebuah gambar mirip kereta kecil tanpa atap. Gambar dibuat sambil memandangi indahnya pemandangan Yokohama, Jepang, sore hari.

Terdapat beberapa roda pada gambar kereta. Siapa sangka, kereta kecil itu ternyata benar-benar disulap jadi nyata berkat bantuan temannya Frank Pollay, dan seorang pandai besi bernama Obadiah Wheeler.

Goble sengaja merancang kereta beroda sebagai bentuk kesetiaan pada sang istri yang berkebutuhan khusus, Eliza Weeks. Diharap kelak kereta itu dapat membawa istrinya berjalan-jalan menikmati pemandangan Yokohama.

Beberapa tahun kemudian, karya Goble menjelma jadi kendaraan yang kita kenal sebagai becak. Hal itu diamini James Francis Warren dalam Rickshaw Coolie: A People's History of Singapore, 1880-1940.

Warren mencatat, selain Goble, ada dua orang lain yang turut berjasa dalam penciptaan becak, yakni orang Jepang bernama Akiha Daisuki dan seorang samurai bernama Yousouke Tzumi.

Menurut catatan arsip nasional Jepang, becak di negara asalnya bernama jinrikisha, yang punya arti kendaraan (dengan) kekuatan manusia. Pada 1870, Pemerintah Jepang lalu memberi izin produksi dan paten kepada tiga orang, yakni Izumi Yosuke, Suzuki Tokujiro, dan Takayama Kosuke.

Tak butuh waktu lama bagi jinrikisha jadi kendaraan populer di Jepang. Sebab pada 1872 jumlahnya di jalanan Tokyo telah mencapai 40 ribu unit.

Ketenaran jinrikisha terus menjalar ke berbagai wilayah, seperti daratan China, India, Afrika Selatan, hingga Asia Tenggara termasuk Indonesia. Namun jika di awal kemunculan jinrikisha ditarik manusia, seiring bertambahnya waktu kendaraan sederhana itu lalu dioperasikan dengan cara dikayuh.

Becak saat tempo dulu. (bijakcendekiasoekarno.blogspot.co.id)

Euforia becak berlanjut hingga Jakarta. Ada yang mengatakan becak ke Jakarta pertama kali datang dari Singapura dan Hong Kong. Tapi beberapa sumber surat kabar yang pernah menuliskan tentang sejarah becak menyebut, kendaraan tiga roda ini masuk ke Jakarta akhir 1930-an dari Makassar.

Data diperkuat dengan catatan perjalanan seorang wartawan Jepang ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Makassar. Demikian Jawa Shimbun terbitan 20 Januari 1943.

Becak diperkenalkan Seiko-san, warga Jepang, yang tinggal di Makassar. Pemilik toko sepeda itu membuat becak setelah mengalami seretnya penjualan. Ia lalu putar otak agar tumpukan sepeda yang tak terjual bisa dikurangi. Hingga terciptalah kendaraan roda tiga, becak.

Kata becak (betjak) berasal dari dialek Hokkian, yaitu be chia, yang artinya kereta kuda. Kendaraan ini juga kerap disapa 'roda tiga' oleh masyarakat. Meski awalnya becak digunakan untuk keperluan para pedagang mengangkut barang, namun lambat laun akhirnya dipergunakan sebagai kendaraan umum.