Tumbal Pemilu Serentak
- ANTARA FOTO/Didik Suhartono
VIVA – Kematian demi kematian yang menimpa petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara paska pelaksanaan pemilihan umum serentak 17 April 2019 lalu, belum juga berakhir. Hingga Jumat sore, 22 April 2019, mereka yang diduga terkena fatigue kill terus berjatuhan dan sudah menyentuh angka 230 orang.
Sementara mereka yang sakit, menurut komisioner Komisi Pemilihan Umum Viryan Aziz, tercatat 1.671 orang. Jadi total petugas yang tepar ada 1.901 orang. Padahal proses penghitungan suara pada pemilu serentak 2019 ini belum lagi usai.
Parah Diba Bafadhal, ibu rumah tangga dengan satu anak, terlibat menjadi petugas KPPS di TPS 14, di wilayah Sungai Asam, Kecamatan Pasar Jambi. Parah mengaku tak merasakan kelelahan saat menjalankan tugasnya pada 17 April 2019. Ia merasa baik-baik saja. "Saat bertugas lancar. Kami KPPS di TPS ada sebanyak tujuh orang ditambah dua orang anggota linmas," tuturnya pada VIVA.
Ia mulai merasakan lelah ketika penghitungan surat suara tak juga selesai hingga malam hari. Meski kelelahan, tapi ada lima kotak suara yang harus dihitung. Maka seluruh petugas KPPS memutuskan terus menghitungnya hingga selesai. Parah mengakui, surat suara Pemilu 2019 ini sangat berbeda dengan tahun Pemilu sebelumnya, karena saat ini pencoblosan dilakukan serentak sehingga perhitungan surat suara memakan waktu lama.
"Warga Pemilih di TPS 14 lebih dari 100 orang, namun karena kotak suara ada lima, perhitungan surat suara sampai pukul 23.00 WIB," kata Parah. Setelah penghitungan suara selesai, Parah mengaku sakit. Ia memutuskan beristirahat. Tapi pada Kamis pagi, 18 April 2019, Parah tiba-tiba muntah hingga dua kali. Ia merasakan tubuhnya lemas luar biasa. Setelah dua hari dirawat di rumah dan tak ada perubahan, pada Minggu malam, 21 April 2019, ia dilarikan ke Rumah Sakit DKT, Kecamatan Pasar Jambi. Perlahan-lahan kondisi Parah berangsur membaik.
Penghitungan suara sampai malam
Nasib Parah Diba lebih beruntung. Masih di Provinsi Jambi, namun di tempat yang berbeda, dua orang anggota Linmas yang ikut menjaga keamanan dan kelancaran Pemilu di wilayah Jambi meninggal dunia. Sumantri seorang anggota linmas TPS 32 rt 43 Kelurahan Talang Bakung kecamatan Paal Merah dan petugas lainnya, M Amin, juga menghembuskan nafa terakhir.
Ketua KPU Provinsi Jambi Subhan mengatakan, dari data yang ia terima, sebanyak 87 orang KPPS di Provinsi Jambi jatuh sakit dan dua orang meninggal dunia. Subhan menyebutkan, data KPPS yang sakit sudah dicek langsung oleh Bawaslu dan KPU Kabupaten dan Kota Jambi. Rata-rata mereka sakit karena kelelahan dan memiliki riwayat penyakit.
Di Malang, selain mendapat laporan ada petugas KPPS yang meninggal dunia, hanya beberapa jam setelah selesai penghitungan suara, KPU juga mendapatkan laporan ada petugas yang mencoba bunuh diri. Subali adalah ketua KPPS 07 Lesanpuro, Kedungkandang, Kota Malang. Dia melakukan percobaan bunuh diri karena diduga terjadi selisih hitung suara untuk DPD dan DPRD Kota.
Komisioner KPU Kota Malang Aminah Asminingtyas mengatakan, belum tahu kronologi versi Subali. Sebab sejak Sabtu 20 April 2019, Subali dirawat intensif di ruang ICU Rumah Sakit Panti Nirmala, Kota Malang.
Tak semua petugas meninggal dunia saat pelaksanaan Pemilu pada 17 April 2019. Banyak diantaranya meninggal saat proses pengantaran surat suara. Di Sumatera Selatan, tercatat tujuh petugas KPPS meninggal, dan satu diantaranya meninggal karena ditabrak babi hutan.
Di Bogor, seorang perempuan petugas KPPS yang baru berusia 30 tahun bernama Eneng Jamilah juga meninggal karena kecelakaan. Menurut penuturan Popon, kerabat Eneng, sejak tahun 2014 Eneng sudah terlibat menjadi petugas KPPS. Ketika kejadian, Eneng dan Popon yang tinggal di Desa Galuga Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, naik motor menuju rumah mereka. Popon duduk di depan, Eneng membonceng. Di perjalanan, kendaraan mereka disalip motor lain. Motor hilang kendali dan jatuh ke kiri jalan. Eneng sempat dilarikan ke Klinik dan di rujuk ke RSUD Leuwiliang dan meninggal di ruang IGD.
Warga melayah di rumah KPPS yang meninggal di Bogor
Korban lainnya di Bogor adalah Anwar Sofyan Harahap, warga Kelurahan Tegal Gundil, Bogor Utara. Pria berusia 62 tahun itu sudah berkali-kali menjadi petugas KPPS. Pada 22 April 2019 malam, Anwar mengeluh sesak nafas. Anwar sempat dibawa ke dokter, dan setelah itu pulang ke rumah. Namun akhirnya Anwar mengembuskan nafas terakhir. Menurut penuturan Parlindungan, kakak Anwar, adiknya jarang sakit. "Sudah lama dia jadi petugas PPS, namun sekarang terlalu banyak tugas mungkin. Setelah pulang dari TPS dia capek, maklum kerja sampai pagi," ujar Parlindungan.
Tak hanya petugas KPPS, anggota Polri juga menjadi korban dalam Pemilu 2019 ini. Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo mengatakan, tahun 2019 ini jumlah anggota Polri yang meninggal karena menangani Pemilu meningkat hingga 100 persen. Tahun 2014, jumlah anggota Polri yang meninggal berjumlah hanya delapan orang. Tapi tahun 2019, hingga tulisan ini dirilis, jumlahnya sudah mencapai 16 orang.
Kelelahan Pencabut Nyawa?