Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sumber :
  • umy.ac.id

VIVAnews – Di usia yang baru 33 tahun, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sudah menjelma menjadi salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia. Akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuatnya berdiri sejajar dengan universitas-universitas negeri ternama seperti Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia.

Akreditasi yang diperoleh Februari 2013 itu membuat minat berkuliah di universitas yang berdiri di Kasihan, Bantul, Yogyakarta, ini tinggi. Ada belasan ribu calon mahasiswa mendaftar setiap tahunnya, namun yang diterima hanya kisaran empat ribu orang. Hanya satu dari lima pendaftar yang diterima masuk universitas yang didirikan organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah ini.

Merekalah yang kemudian menorehkan beragam prestasi untuk UMY. Februari 2014 lalu, Asep Suryana, Bimo Satryo Wibowo, dan Muhammad Iqbal dari jurusan Hubungan Internasional mewakili UMY menembus perempat final Asian English Olympics 2014.

Sebulan kemudian, mahasiswa Teknik Sipil UMY menjadi juara lomba nasional merancang jembatan baru di Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, Bali. Tak hanya jadi juara umum, mereka juga membawa pulang piala bergilir Dekan Fakultas Teknik UNHI.

Masih ada pula Kelompok Studi Pasar Modal yang juara 1 Kompetisi Nasional Pasar Modal. Sederet prestasi lain: lomba debat bahasa Arab, basket, Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional, dan sebagainya.

Menembus Akreditasi

Wakil Rektor Bidang Akademik UMY, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, mengakui, memeroleh akreditasi A bukanlah hal yang mudah. Ada setidaknya tujuh komponen yang harus dipenuhi universitas. Syarat itu berupa, (1) eligibilitas, integritas, visi, misi, tujuan, dan sasaran; (2) tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjamin mutu; (3) lulusan dan mahasiswa; (4) sumber daya manusia; (5) sarana dan prasarana; (6) kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik; (7) penelitian, pelayanan atau pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama.

“Ketujuh komponen itu harus saling menguatkan dan mendukung,” kata Gunawan pada VIVAnews, pertengahan Juli 2014. Komponen pertama, ia menjelaskan, sudah terimplementasi dalam visi misi kampus. UMY ingin menjadi universitas yang unggul dalam pengembangan ilmu dan teknologi, berlandaskan nilai-nilai Islam. “Komponen pertama ini punya bobot nilai yang cukup tinggi,” ujar Gunawan menambahkan.

Komponen kedua, ia melanjutkan, soal tata pamong yang menyangkut kekuatan dan kepemimpinan kampus. Itu harus mampu mendorong perwujudan visi dan misi yang ada dalam komponen pertama. Rektor UMY harus punya cara memimpin yang berbeda.

“Dulu perguruan tinggi swasta merupakan lahan bagi dosen-dosen perguruan tinggi negeri. Namun saat ini tidak lagi karena seperti UMY sudah memiliki kurikulum tersendiri, berbeda dengan kurikulum yang dimiliki UGM atau PTS lainnya,” katanya.

Kemudian, katanya, soal komponen ketiga, mahasiswa dan lulusan. Saat ini, Gunawan menjabarkan, jumlah mahasiswa UMY mencapai 16.980. Mereka terbagi dalam delapan fakultas dan 28 program studi. Jumlah itu meningkat tiap tahunnya. Delapan fakultas itu adalah Fakultas Agama Islam, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, dan Fakultas Pendidikan Bahasa.

UMY juga memiliki program pascasarjana yang terdiri atas lima program studi yakni Magister Manajemen, Magister Studi Islam, Magister Ilmu Pemerintahan, Magister Manajemen Rumah Sakit dan Magister Keperawatan. Kemudian satu program doktor dengan program studi Ilmu Hubungan Internasional.

Untuk meningkatkan kualitas mahasiswa, UMY juga menggelar pertukaran pelajar dengan beberapa perguruan tinggi di luar negeri. Dengan tempaan sebaik itu, tak heran jika lulusan UMY tersebar di berbagai daerah dan negara, baik di sektor pekerjaan negeri maupun swasta.

Komponen selanjutnya soal sumber daya manusia. UMY saat ini punya 493 dosen. Sebanyak 103 dosen bertitel doktor dan 390 dosen bergelar S2 atau sedang mengambil doktoral. “Kita terus mendorong dosen UMY untuk mendapatkan gelar S3 atau doktor,” ia menerangkan.

Komponen kelima, Gunawan tak kehilangan kebanggaan. Soal sarana dan prasarana, keuangan, dan sistem informasi, memang hampir 80 persen operasional kampus masih berasal dari dana mahasiswa. “Dana pengembangan pendidikan UMY berkisar antara Rp1 juta hingga Rp300 juta. Yang paling mahal Fakultas Kedokteran, karena fasilitas yang disediakan juga sudah mahal harganya,” beber Gunawan.

Namun, UMY sudah punya unit bisnis yang menjanjikan. Itu dapat menyumbang untuk dana operasional kampus setidaknya sampai 20 persen. Uang operasional itu dialokasikan untuk fasilitas kampus agar menunjang kegiatan belajar mengajar di antaranya proyektor, ruangan ber-AC, gedung pertemuan, fasilitas internet gratis, dan sebagainya.

Selanjutnya, soal kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik UMY punya ciri khusus. “Dalam pembelajaran memasukan nilai-nilai Islami atau Al-Quran, sejalan dengan visi dan misi UMY,” paparnya.

Komponen terakhir, kata Gunawan, juga sudah banyak diterapkan. Dosen-dosen maupun mahasiswa sangat didukung melakukan penelitian dan pelayanan atau pengabdian masyarakat. Beberapa diterbitkan dalam bentuk buku atau jurnal. Sebagian lagi diunggah melalui situs resmi UMY agar masyarakat luas bisa mengaksesnya. Untuk pengabdian, mereka siap mendampingi masyarakat di berbagai bidang.

“Untuk kerjasama, banyak mahasiswa maupun dosen yang belajar ke universitas di luar negeri. Demikian pula sebaliknya,” Gunawan melanjutkan.
Dari ketujuh komponen akreditasi itu, yang punya bobot nilai paling tinggi adalah visi misi, SDM, kurikulum, dan pembiayaan. Di empat sektor itu, UMY mencoba mengunggulkan skornya.

Keempat di Indonesia

Bukan hanya mencapai nilai A dalam akreditasi, menurut Ir. Nafi Ananda Utama, Sekretaris UMY kampus itu selalu termasuk 10 besar dalam peringkat 4ICu dan Webometrics, sejak tahun 2011 hingga 2014 ini. Bahkan tahun ini, katanya, 4ICU menempatkan UMY sebagai PTS terbaik keempat di Indonesia. UMY berada di bawah Universitas Gunadarma, Universitas Bina Nusantara, dan Universitas Mercu Buana.

Dibanding 385 perguruan tinggi negeri maupun swasta yang terdaftar di situs 4ICU, UMY berada di peringkat ke-15. Sedang di Webometrics, UMY berada di urutan kelima. Di sana, kriteria penilaian yang ditetapkan berbeda lagi.

Nafi menerangkan, 4ICU adalah penilaian berbasis teknologi informasi. “Dalam 4ICU dan Webometrics, yang utama adalah present, impact, openness dan excellent,” dia menyebutkan.

Present terkait jumlah halaman dalam situs, impact terkait seberapa banyak banyak situs diakses pihak luar, openness terkait jumlah file yang dipublikasikan, dan excellent adalah kinerja secara keseluruhan.

Sebelumnya disebutkan data 4ICU didapat dari perhitungan algoritma dan mesin pencari Google Page Rank, Alexa Traffic Rank, Majestic Seo Referring Domains, Majestic Seo Citation Flow, dan Majestic Seo Trust Flow.

Kata Nafi, akreditasi 4ICU dan Webometrics penting untuk mengetahui kualitas mengakses situs, baik saat mengunggah maupun mengunduh. Apapun yang diunggah akan percuma jika sulit diakses masyarakat. “Masyarakat yang mengakses juga akan kesulitan,” katanya. [aba]