Naga yang Tumbuh dalam Diam

Seorang tentara China dengan matanya sipit.
Sumber :
  • REUTERS/China Daily
VIVA.co.id - Raksasa China sudah bangun dari tidur panjang. Dari negara yang dulunya dipandang miskin dan terbelakang, kini melesat menjadi raksasa ekonomi. Hanya dalam 30 tahun, negara itu telah berkembang dari sebuah negara pertanian miskin menuju negara produsen yang kuat.

Model pembangunan China yang lebih melihat ke dalam, dengan menguatkan investasi dan memproduksi sendiri, membuat negara ini akhirnya melesat menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Pilihan untuk terus fokus pada pengembangan ekonomi sungguh tepat. Selama masa pengembangan itu China tak pernah tertarik untuk bergenit-genit dengan pengembangan militer. Negeri dengan penduduk terbesar di dunia ini bahkan tak pernah melibatkan diri dalam konflik militer yang terjadi di berbagai negara. 

Namun, diam-diam ia mencengkeram masuk menguasai perekenomian.
Saat pembangunan di Afrika kurang dilirik oleh AS dan Eropa, China masuk ke wilayah tersebut.

Mereka menawarkan pinjaman dan investasi segar bagi negara-negara miskin di Afrika. Investasi China di Zimbabwe bahkan membuat negara Afrika itu menyerah pada kedigdayaan China.

Zimbabwe ditinggalkan AS dan Eropa karena isu HAM. Selama tahun 1999 hingga 2009 negara di Afrika itu berjuang sendiri.

Namun China masuk ke negara tersebut, menawarkan investasi dan utang hingga US$1miliar. Dua tahun terakhir mata uang Yuan mulai digunakan di Zimbabwe, dan kini diresmikan sebagai mata uang negara tersebut.

Menteri Keuangan Zimbabwe, Patrick Chinamasa, melalui pernyataan yang disampaikan pada Senin, 21 Desember 2015 mengatakan, negara itu secara resmi akan menggunakan Yuan sebagai mata uangnya.

Pada 21 Desember 2015, Tiongkok secara resmi akan menggunakan yuan sebagai mata uangnya. FOTO: ANTARA/Sigid Kurniawan

Sebagai imbalannya, China akan menghapus utang Zimbabwe hingga US$40juta. "Mereka mengatakan akan membatalkan utang kami yang jatuh tempo tahun ini. Saat ini, kami dalam proses finalisasi mencatat instrumen utang dan mengalkulasi utang," kata Chinamasa, seperti dikutip dari Al Jazeera, 21 Desember 2015.

Di Indonesia, China menelikung Jepang di kompetisi pembangunan kereta api cepat Bandung-Jakarta. Bulan Agustus lalu, Menteri Pembangunan Nasional dan Reformasi Tiongkok, Xu Siaoshi menawarkan proyek HSR tersebut dengan nilai investasi US$5,5 miliar, atau sekitar Rp72 triliun. Jauh diatas angka yang ditawarkan Jepang.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini S. Sumarno mengatakan, China memenuhi syarat untuk membangun proyek tersebut. Tak hanya menawarkan investasi besar kepada Indonesia, China bersedia menyanggupi skema B to B yang ditawarkan pemerintah Indonesia, sementara Jepang menginginkan jaminan dan campur tangan pemerintah Indonesia. 

Di Saudi Arabia, China mampu menembus negara itu dengan King Long bus, yang digunakan untuk mengangkut jemaah haji.

Bank Dunia ala Tiongkok