Tarik Ribuan Tentara AS dari Afghanistan, Trump Dianggap Pengecut

VIVA Militer: Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump
Sumber :
  • Time Magazine

VIVA – Masa tugas ribiuan personel militer Amerika Serikat (AS) di Afghanistan akan segera berakhir. Sebab, Presiden AS, Donald Trump, berniat untuk segera memulangkan para pasukan Angkatan Bersenjata AS, setelah 19 tahun lamanya Negeri Paman Sam ikut andil mengirim bantuan militer ke negara Timur Tengah itu.

New York Times melaporkan bahwa keinginan Trump memulangkan ribuan tentara AS dari Afghanistan tak lepas dari agenda pemilihan presiden pada November 2020 nanti. Seperti yang diketahui, Trump akan kembali maju sebagai kandidat orang nomor satu di AS.

Di sisi lain, dalam perjanjian damai antara AS dengan Taliban memang tercantim bahwa batas akhir pendudukan tentara AS akan berakhir pada 29 Februari mendatang. 

"Kami sudah 19 tahun berada di sana. Dan saya pikir, itu sudah cukup. Kami selalu bisa kembali (pulang) jika kami mau," ucap Trump dikutip Sputnik News.


"Kami tidak bertindak sebagai prajurit, kami bertindak sebagai polisi dan kami tidak dikirim ke sana untuk menjadi polisi. Tetapi, kami sudah berada di sana 19 tahun dan saya pikir itu sudah cukup. Kami ingin membawa tentara kami pulang ke rumah. Kami selalu bisa kembali jika kami memang harus," katanya. 

Keputusan Trump ternyata mendapat kritik dari mantan analis Badan Intelijen Pusat AS (CIA), Lisa Maddox. Kepada Times Maddox menyebut bahwa penarikan pasukan dari Afghanistan bisa berakibat buruk. Dalam pandangan Maddox, pemulangan pasukan bisa dianggap sebagai sikap melarikan diri dan itu adalah tindakan pengecut.

"Ini (penarikan pasukan) mengirimkan pesan kepada mitra Afghanistan kami, bahwa kami melarikan diri. Waktu lebih banyak memungkinkan untuk pergantian yang lebih baik. Itu adalah sebuah proses rumut mengingat keterlibatan pemerintah AS dalam mendukung keamanan dan tata kelola negara (Afghanistan)," ujar Maddox.

Menurut laporan Al-Jazeera, AS sudah mengirimkan ratusan ribu tentaranya ke Afghanistan sejak 2001 silam. Pasukan Angkatan Bersenjata AS menginvasi Afghanistan sebagai respons keras atas peristiwa serangan bom yang diarahkan ke gedung kembar pencakar langit World Trade Center, pada 11 September 2001.

Di bawah komando Presiden ke-43 AS, George W. Bush, 1.000 lebih personel militer dikirim ke Afghanistan, dan jumlahnya terus meningkat hingga mencapai lebih dari 10.000 tentara pada Desember 2003.

Pada masa pemerintahan Barrack Obama, jumlah pasukan AS di Afghanistan mencapai 150.000 personel pada 2010. Kemudian saat Trump naik sebagai presiden pada 2016, jumlah prajurit AS di Afghanistan sempat berkurang hingga hanya 8.400 personel.