Gila, GNA Ungkap Taktik Licik Arab Saudi dan UAE Hancurkan Libya

VIVA Militer: Tentara Nasional Libya (LNA)
Sumber :
  • Brussels International Center

VIVA – Konflik di Libya masih terus memanas. Setelah meletus sejak 2014, Perang Saudara Libya Kedua membuat negara di wilayah Maghrib Afrika Utara itu bak neraka.

Tentara Nasional Libya (LNA) di bawah komando Marsekal Khalifa Belqasim Haftar, yang mendapat dukungan dari Rusia, mengklaim punya tujuan mulia mempertahankan kedaulatan negaranya. 

Sementara itu, Pasukan Pemerintah Kesepakatan Libya (GNA) yang didukung sejumlah negara Barat semisal Amerika Serikat (AS) dan Prancis, juga mengklaim memiliki misi yang sama. Tak cuma itu, GNA juga disebut mendapat dukungan dari PBB dan Turki dalam perlawanan terhadap Singa LNA.

Menurut laporan Middle East Monitor, Turki melatih dan memobilisasi mantan anggota teroris untuk masuk ke Libya dengan bendera GNA. 

Dalam laporan terbarunya, Middle East Monitor mengungkap bahwa pekan lalu milisi GNA membeberkan sejumlah negara yang memberikan dukungannya kepada Haftar. Dalam sebuag film dokumenter yang disiarkan Jumat 1 April 2020 lalu, terungkap bahwa Haftar menerima bantuan militer dan logistik dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UAE) dan Mesir.

Dalam video itu, GNA mengklaim bahwa UAE sudah memberikan dukungan sejak 2014 lalu. Pasukan UAE yang menduduki Pangkalan Udara Al Khadim di selatan Al-Marj, disebut GNA mengirim 37 pesawat kargo secara bergelombang selama 12 hari pasca pengumuman gencatan senjata pada Januari lalu.

GNA juga menyebut ada sejumlah jet tempur yang diberikan UAE kepada LNA semisal F-16 Fighting Falcon, Dassault Mirage 2000, dan Dassault Rafale.

Lewat rekaman video itu juga, GNA menuding bahwa UAE juga memobilisasi sejumlah tentara bayaran dalam Misi Perdamaian PBB. GNA bahkan mengungkap bahwa UAE memberikan dana sebesar US$1000, atau sekitar Rp15 juta per kepala.

GNA dengan serius menuding bahwa apa yang dilakukan UAE tak lepas dari ambisi menguasai minyak di Libya. UAE diduga melakukan upaya dukungan kepada Haftar, agar mau menjual minyak lewat Perusahaan Minyak Nasional (NOC) Libya.