Pembunuh Ilmuwan Nuklir Iran Diduga Dilindungi Intelijen Amerika

VIVA Militer : Pemimpin teroris Tondar, Jamshid Sharmahd
Sumber :
  • Tasnim New Agency

VIVA – Kepala Intelejen Iran Mahmoud Alavi pada hari Minggu kemarin, 2 Agustus 2020 telah mengungkapkan konspirasi besar intelijen Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah aksi teror yang selama ini terjadi di Iran. Alavi menyebutkan bahwa Intelijen AS selama ini telah melindungi pemimpin kelompok teroris Tondar atau 'Guntur' yang bernama Jamshid Sharmahd.

Hal itu diungkapkan Alavi ketika dirinya merilis secara resmi penangkapan buronan teroris yang diduga terlibat serangkaian serangan teror di Iran, termasuk pembunuhan seorang ilmuwan nuklir Iran, Masoud Alimohammadi pada tahun 2010 silam.

Alavi menyatakan, pada hari Sabtu, 1 Agustus 2020 kemarin pihaknya telah berhasil menangkap Jamshid Sharmahd yang diduga selama ini mendapatkan perlindungan dari AS.

Sharmahd adalah pemimpin kelompok teroris yang telah melakukan serangkain pemboman di Iran sejak tahun 2008 silam. Sharmahd diduga sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas peledakan Mesjid Sayyid al-Syuhada di Iran pada tahun 2008 yang telah menewaskan 14 orang dan melukai 202 warga sipil lainnya. Tidak hanya itu, kelompok Sharmahd juga dituduh sebagai dalang dari pembunuhan seorang ilmuwan nuklir Iran, Masoud Alimohammadi yang tewas pada tahun 2010 silam.

Alavi mengungkapkan, selama operasi pengejaran Sharmahd sejak tahun 2008 silam, pihaknya mendapatkan hambatan yang luar biasa dari kekuatan badan intelejen AS. Menurut Alavi, Sharmahd selama ini bersembunyi di California, AS. 

Alavi menjelaskan, pihak berwenang Iran jauh sebelumnya telah mengajukan kerjasama dengan interpol AS dalam menangkap Sharmahd yang diketahui telah bersembunyi di California, khususnya setelah pemboman teror Mesjid Sayyid Al-Syuhada Iran tahun 2008 silam, namun permintaan itu diabaikan oleh AS. 

Kecurigaan Iran terhadap keterlibatan intelejen AS menguat ketika agen intelejen Iran yang telah berhasil menemukan tempat persembunyian dan melakukan kontak dengan Sharmahd jauh sebelum penangkapan Sharmahd, gembong pembunuhan ilmuwan nuklir Iran itu justru mengumbar kesombongan dengan mengatakan bahwa Iran tidak akan pernah berhasil menangkapnya karena dia mengaku telah memiliki kantor di lantai enam di sebuah gedung FBI yang tidak dapat dihubungi dan ditembus oleh intelejen Iran. 

"Dia (Sharmahd) salah," kata Kepala Intelejen Iran Mahmoud Alavi dikutip VIVA Militer dari Sputnik News, Senin, 3 Agustus 2020.

Intelejen Iran juga mengungkapkan, pemimpin teroris kelompok Tondar itu selama ini diketahui sering melakukan bepergian jarak jauh dengan menggunakan nama asli 'Jamshid Sharmahd'. Hal itu, lanjut Alavi, menunjukan bahwa slogan anti-teror yang selama ini selalu digembar-gemborkaan oleh AS dan sekutunya di Eropa hanya omong kosong belaka. 

"Penangkapan pemimpin Tondar bukan operasi kompleks yang pertama oleh Kementerian Intelijen Iran, dan tidak akan menjadi yang terakhir, dan (agen kami) sudah melakukan penangkapan seperti itu, tetapi sekarang bukan saatnya  untuk membicarakannya," ungkap Alavi.

Kendati telah menjelaskan betapa rumitnya menangkap buronan teroris pemerintah Iran itu, Alavi tidak menjelaskan secara detail di mana Sharmahd berhasil diringkus dan di mana Sharmahd saat ini ditahan.

Pemerintah Iran hanya merilis sebuah foto Sharmahd untuk meyakinkan publik Iran dan intelijen AS bahwa mereka telah berhasil meringkus gembong teroris yang telah mendapatkan perlindungan oleh AS selama ini dengan menunjukan gambar Sharmahd dengan mata tertutup kain hitam.

Sementara itu, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi bahwa Washington telah mengetahui laporan terkait dengan penahanan Sharmahd oleh intelijen Iran. Namun dia membantah tudingan Kepala Intelijen Iran yang menyebutkan bahwa selama ini pihaknya telah melindungi pentolan kelompok teroris Tondar, Jamshid Sharmahd di California, Amerika Serikat.

"Rezim Iran memiliki sejarah panjang dalam menahan warga Iran dan warga negara asing dengan tuduhan palsu. Kami mendesak Iran untuk sepenuhnya transparan dan mematuhi semua standar hukum internasional," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS yang tidak disebutkan namanya itu.

Untuk diketahui, perang dingin antara Iran dan Amerika Serikat memang sudah lama mencuat ke permukaan publik. Amerika sangat menolak keras pengembangan industri nuklir yang selama ini dilakukan oleh pemerintah Iran. AS menganggap industri nuklir Iran dapat mengancam perdamaian dunia. 

Sementara, pemerintah Iran selalu menolak keras tuntutan AS yang selama ini meminta agar Iran menghentikan pengembangan industri nuklir di negaranya itu. Bahkan, Iran hingga saat ini masih tetap melanjutkan pengembangan industri nuklir Iran meski mendapatkan embargo dari AS dan sekutunya di Eropa.