Arab dan China Bersekongkol Buat Senjata Nuklir Rahasia, Iran Jengkel

VIVA Militer: Missile nuclear ilustration.
Sumber :
  • VIVA Militer

VIVA – Proyek senjata nuklir rahasia Arab Saudi dan China mulai mendapatkan reaksi keras dari negara lain.

Yang terbaru reaksi keras datang dari Iran. Melalui perwakilannya untuk di Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Kazem Gharibabadi mendesak badan dunia ini untuk segera menulis laporan terkait aktivitas Arab Saudi tersebut.

Iran sangat jengkel  karena Arab tak memberikan izin kepada IAEA untuk melakukan penelitian terhadap aktivitas nuklir itu.

Menurut Gharibabadi, seharusnya Arab Saudi lebih transparan terkait proyek senjata nuklir itu. Karena Arab merupakan bagian dari 9 negara Arab di Asia yang tercantum dalam perjanjian kerjasama Penelitian, Pengembangan dan Pelatihan terkait dengan Sains dan Teknologi Nuklir (ARASIA).

"Terlepas dari kenyataan bahwa Arab Saudi adalah anggota NPT dan memiliki kesepakatan bersama dengan IAEA, tetapi ia menghindari menerima penyelidikan IAEA dan tidak mengizinkan penelitian apa pun tentang aktivitas nuklirnya," kata Gharibabadi dikutip VIVA Militer dari MHR, Senin 10 Agustus 2020.

Proyek nuklir kerjasama China dan Arab ini terungkap setelah muncul protes dari negara-negara barat. Negara barat khawatir proyek nuklir itu dapat mengganggu keamanan di Timur Tengah.

Pejabat barat mengungkapkan, ada dua perusahaan asal China sekaligus yang membantu Arab memproduksi nuklir. Proyek nuklir itu direncanakan akan dilaksanakan di barat laut Arab Saudi untuk membuat konsentrat.

Konsentrat itu disebutkan didapatkan dari pemrosesan biji uranium. Dikabarkan saat ini pembangunan infrastruktur sedang berjalan di dekat gurun pasir di Kota Al-Ula.

Hanya saja sampai saat ini Kementerian Energi Arab Saudi enggan memberikan keterangan tentang kabar mengejutkan ini. Meski begitu Kementerian tersebut menginformasikan bahwa sedang berlangsung penyelesaian kontrak dengan perusahaan China untuk mengembangkan cadangan mineral di sejumlah wilayah di Arab Saudi.

Untuk diketahui, tahun lalu Menteri Energi Arab Saudi, Abdel Aziz bin Salman telah mengumumkan rencana penambangan untuk pengadaan uranium demi kebutuhan di masa mendatang. Dua reaktor nuklir akan dibuat sekaligus untuk pusat penelitian atau Pusat Saint dan Teknologi.

Baca: Propaganda AS Gagalkan Bisnis Senjata China Senilai Rp5 Ribu Triliun