Menguak Bukti Intervensi Turki di Perang Armenia-Azerbaijan

VIVA Militer: Latihan perang gabungan militer Azerbaijan dan Turki
Sumber :
  • hetq.am

VIVA – Dalam dua bulan terakhir, konflilk sengketa wilayah Nagorno-Karabakh membuat Perang Armenia-Azerbaijan kembali meletus. Setelah peristiwa berdarah terjadi pada Juli 2020, pekan lalu aksi baku tembak kembali melibatkan pasukan militer Armenia dan Azerbaijan.

Pasukan Angkatan Bersenjata Armenia dan Angkatan Bersenjata terlibat baku tembak pada 13 Juli 2020. Dalam berita VIVA Militer, Selasa 14 Juli 2020, tentara Armemia dan Azerbaijan terlibat pertempuran sengit. 
Akibatnya, satu perwira tinggi berpangkat mayor jenderal dan perwira menengah militer Azerbaijan tewas. Kedua perwira tersebut termasuk dalam 16 korban jiwa yang timbul dalam bentrokan bersenjata itu.

Setelah konflik sempat mereda, pertempuran pasukan Armenia dan Azerbaijan kembali meletus pada 16 September 2020. Dalam peristiwa itu, satu orang tentara Armenia tewas. Sementara itu, satu orang tentara Azerbaijan juga ikut meregang nyawa. Satu korban jiwa lainnya adalah seorang warga sipil berusia 76 tahun.

Pasca kedua insiden pemerintah Armenia dan Azerbaijan sama-sama saling melemparkan tuduhan, terkait biang kerok terjadinya peristiwa berdarah itu. Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengklaim bahwa pasukan Armenia lebih dulu melakukan provokasi.

Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Azerbaijan menyebut bahwa pasukan Armenia melancarkan serangan duluan Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Armenia menyatakan bahwa pasukan Azerbaijan lah yang sebenarnya jadi penyebab bentrokan bersenjata itu.

Yang terbaru, seorang politisi Partai Armenia Sejahtera, Arman Abovyan, melihat perkembangan dan potensi perang lanjutan dengan pasukan Azerbaijan. Abovyan melihat ada pihak lain yang terlibat dalam konflik ini. Abovyan menyebut Turki, negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan, adalah pihak lain yang turut ikut campur.

Menurut Abovyan, Turki dan Azerbaijan saat ini telah melakukan persiapan secara intens untuk melakukan provokasi militer lanjutan.

"Harus dicatat bahwa Presiden (Ilham Aliyev) dan Menteri Luar Negeri Azerbaijan (Elmar Mammadyarov), dan otoritas militer tertinggi Turki sedang melakukan pekerjaan informasi persiapan aktif. Mungkin, mereka akan melakukan provokasi militer baru, dan ini membuatnya lebih ringan," ujar Abovyan dikutip VIVA Militer dari Arka.am.

"Turki tidak tertarik dengan masalah Azerbaijan. Tetapi, itu penting untuk membangkitkan ketegangan militer di kawasan itu. (Turki) mendapat keuntungan geopolitik, diplomatik, dan regional tertentu," katanya.

Apa yang diucapkan oleh Abovyan cukup masuk akal. Pasalnya, beberapa hari lalu pasukan militer Azerbaijan dan Turki menggelar latihan bersama di dekat wilayah perbatasan. Presiden Aliyev pun menyambut baik kedatangan Turki, yang dianggap sebagai negara yang mendukung perjuangan Azerbaijan.

"Kami melakukan latihan militer setiap tahun. Tak ada yang aneh di sini. Ya, kali ini bertepatan dengan insiden Tovuz, Armenia harus memikirkan apakah itu kebetulan atau tidak," ucap Aliyev dikutip VIVA Militer dari Daily Sabah.

"Latihan ini sekali lagi menunjukkan persatuan kami. Antara perbatasan Azerbaijan-Armenia hanya berjarak 80 kilometer di Nakhchivan dan Yerevan. Armenia tahu itu dan ini mengintimidasi mereka. Saya pikir mereka stres karena ketakutan ini," katanya.

Perang Nagorno-Karabakh pecah pada tahun 1988. Pada 10 Desember 1991, beberapa hari setelah keruntuhan Uni Soviet, referendum pun berlangsung di Nagorno-Karabakh. Dalam referendum, penduduk wilayah tersebut 99,89 persen memilih memisahkan diri dari Azerbaijan.

Akibatnya, Azerbaijan kehilangan kendali atas Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah yang berdekatan dengan daerah itu. Sekitar 300.000 orang tewas dalam perang itu. Sementara, 30 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Baca juga: Erdogan Ancam Perangi Negara-negara Eropa Pembantu Yunani