30 Tahun Sudah China Atur Rencana Hancurkan Militer Amerika

VIVA Militer: Pasukan Khusus Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA)
Sumber :
  • Twitter/@XHNews

VIVA – Amerika Serikat (AS) saat ini harus memutar otak untuk bisa lolos dari rencana China yang ingin mematahkan dominasi militernya. Berbagai fakta membuktikan bahwa kekuatan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), sudah tidak bisa lagi dianggap remeh oleh AS.

Dalam sejumlah berita yang dirangkum dari berbagai sumber, VIVA Militer melaporkan bukti-bukti peningkatan signifikan kekuatan militer China. Tak cuma itu, armada tempur Tentara Pembebasan China kerap memamerkan kekuatannya. Baik di sektor darat, laut, maupun udara.

Pembangunan kapal-kapal induk, rudal balistik berhulu ledak nuklir, hingga sejumlah unit pesawat tempur siluman, adalah beberapa fakta yang menunjukkan betapa dahsyatnya kekuatan tempur militer China saat ini. 
Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari The National Interest, Presiden China, Xi Jinping, punya ambisi menjadikan PLA sebagai angkatan bersenjata terbaik di dunia selambatnya pada 2049.

Mantan Wakil Sekretaris Pertahanan AS, Robert Work, dan rekannya seorang penulis, Greg Grant, membuat sebuah tulisan yang menggambarkan bahwa Negeri Paman Sam juga sudah lama membaca kemungkinan itu.

"Sudah lama sekali Departemen Pertahanan (AS) menyusun tanggapan yang terukur. Itu harus mengembangkan konsep, sistem, dan platform operasional," bunyi pernyataan Work dan Grant.

"Hal itu untuk memungkinkan pasukan gabungan, melawan upaya bersama China, yang berusaha mendekonstruksi dan menghancurkan jaringan pertempuran operasional Amerika Serikat," lanjut pernyataan Work dan Grant.

Work dan Grant meyakini jika China sudah menyaksikan pergerakan kekuatan tempur Angkatan Bersenjata AS (US Armed Forces) pada Perang Teluk I (1990-1991). Dalam data yang dikutip VIVA Militer dari Nation Master, Angkatan Bersenjata AS mengerahkan 956 ribu pasukanya dengan kode Operasi Badai Gurun. 

Di bawah komando presiden saat itu, George H. W. Bush, pasukan AS membantu Kuwait yang mendapat serangan masif dari pasukan Angkatan Bersenjata Irak di bawah komando Saddam Hussein.

"Pelajaran utama yang diambil China dalam Operasi Badai Gurun 1991 adalah menyerang dengan keras dan cepat selama tahap-tahap awal perang. Karena, inisiatif yang pernah hilang mustahil kembali lagi saat melawan musuh yang mampu melakukan pemboman amunisi terkendali, selama 24 jam, dan segala cuaca," lanjut pernyataan Work dan Grant.

Work dan Grant menganalisa, China memiliki dua rencana besar untuk menyerang secara efektif dengan mengumpulkan rudal jarak jauh, dan sistem penargetan canggih. Hal ini dilakukan untuk menembus pertahanan jaringan pertempuran As pada tahap awal konflik.

Selain itu, China juga tengah mengembangkan kemampuan "Assassin Mace" atau yang disebut Departeme Pertahanan AS sebagai "Kemampuan Hitam". Istilah itu ditujukan kepada kekuatan cadangan sebuah armada militer, yang memiliki fungsi untuk mengejutkan musuh dengan serangan dari berbagai arah.

Baca juga: Alarm Bahaya, Pesawat Pembom China Siap Bombardir Pangkalan AS