Ngeri, Kaki Perwira Kopassus TNI Membusuk Hingga Keluar Belatung

VIVA Militer: Kolonel Inf Agus Hernoto mendapatkan penghargaan atas jasanya
Sumber :
  • Youtube

VIVA – Namanya menjadi legenda yang akan senantiasa dikenang oleh seluruh prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Ya, dia adalah mendiang Kolonel Inf (Purn.) Agus Hernoto, perwira TNI yang pernah memimpin Operasi Banteng I di Irian Barat.

Dalam data yang dikutip VIVA Militer dari buku "Legenda Pasukan Komando: Dari Kopassus sampai Operasi Khusus", Agus adalah salah satu prajurit Kopassus, yang pada saat itu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Agus juga jadi salah satu prajurit yang mendapatkan pendidikan langsung dari pendiri RPKAD, Mayor Inf Idjon Djanbi.

Tepatnya pada April 1962, Agus memimpin pasukan gabungan yang terdiri dari 30 prajurit RPKAD, 18 Pasukan Gerak Tjepat TNI Angkatan Udara, dan dua orang anggota Zeni TNI Angkatan Darat, yang terjun ke wilayah utara Fakfak, Irian Barat, atau sekarang dikenal dengan Papua.

Sebelum diterjunkan ke Irian Barat, Agus dan anak buahnya sempat dikirim ke Amerika Serikat (AS) untuk menjalani pendidikan komando. Setelah itu, selama tiga bulan selanjutnya Agus dan pasukannya juga dikirim ke Nusa Kambangan, Jawa Tengah, untuk mendapatkan pendidikan yang sama.

Bukan perkara mudah bagi Agus dan anak buahnya untuk melaksanakan operasi ini. Jumlah yang tak seimbang dan kekurangan bahan makanan, jadi faktor utama melemahnya pasukan Agus. Di tengah krisis itu, Agus dan anak buahnya justru harus terlibat baku tembak dengan pasukan Belanda.

Alhasil, lima orang anak buah Agus tewas dalam konfrontasi itu. Sementara, punggung kanan Agus terluka akibat tertancap pecahan granat. Tak cuma itu, kaki kiri Agus juga tertembak. Di sini lah Agus menunjukkan keberanian, jiwa korsa, dan jiwa patriotnya. Agus menyuruh pasukannya yang tersisa untuk pergi ke tempat aman, dan membiarkan dirinya sendiri tertangkap.

Agus ditinggalkan rekan-rekannya yang berharap pasukan Belanda akan merawat luka tembaknya karena punya peralatan medis yang lebih lengkap. Sayang, harapan itu justru tak sesuai dengan kenyataan. Luka Agus justru diobati dengan perlengkapan seadanya, dan bahkan ditusuk-tusuk dengan bayonet saat tentara Belanda menginterogasinya.

"Saat kakinya terluka karena tertembak Belanda, teman-temannya sempat berupaya menyelamatkannya. Namun, karena terdesak, dia ditinggalkan dengan harapan akan dirawat tentara Belanda yang memiliki satuan medis lengkap. Pak Agus kemudian dibawa oleh pasukan Belanda ke Hollandia (sekarang Jayapura)," kata Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri dikutip VIVA Militer dari buku "Timor Timur The Untold Story."

Luka Agus semakin parah dan membusuk. Bahkan, dari luka-luka itu keluar belatung. Akibat luka yang semakin parah, tentara Belanda akhirnya mengamputasi kaki Agus sementara ia harus menerima kenyataan harus mengalami cacat seumur hidup.

Meski mendapatkan siksaan berat dari tentara Belanda, Agus sama sekali tidak membocorkan rahasia negara. Nyali Agus ini lah yang kemudian membuat seorang perwira Belanda, Kolonel Jan Willem de Leeuw, memuji keberaniannya. De Leeuw yang pernah jadi musuh Agus, menceritakan bagaimana sosoknya kepada Jenderal TNI (Purn.) Leonardus Benyamin Moerdani, yang tengah berkunjung ke Belanda.

“Dia orang yang tidak pernah menyerah. Kami sangat kagum dan menghormati sikapnya yang tidak mau kompromi kendati sudah menjadi tawanan kami. Dia pantas mendapat bintang penghargaan di negara Anda,” kata De Leeuw.