Petuah Jenderal Soedirman Harusnya Besarkan Nyali Lawan Corona

VIVA Militer: Patung Panglima Besar Jenderal Soedirman di Jakarta
Sumber :
  • fiftysevenpromenade.weebly.com

VIVA – Sudah 70 tahun setelah kepergian sosok seorang pejuang hebat nan mahsyur itu. Ya, dialah Raden Soedirman, atau yang lebih dikenal Jenderal Soedirman. Bukan cuma memiliki gelar Pahlawan Nasional, sang pemimpin perang kemerdekaan juga adalah bapak bagi seluruh anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). 

Berbagai kisah semasa Soedirman hidup sudah banyak sekali ditulis di berbagai buku dan literatur. Meski sudah meninggal dunia pada 29 Januari 1950, kobaran api semangat pria yang lahir di Desa Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, masih terasa terus panas dan menyala.

Mengenang dan mengabadikan sosok sang jenderal, berbagai nama jalan di seluruh Indonesia memakai namanya. Tapi yang paling terkenal tentu patung Soedirman di pusat kota Jakarta. Hingga saat ini, patung setinggi 6,5 meter ini masih kokoh berdiri di daerah Dukuh Atas, tepatnya di jalan yang juga memakai namanya.

Soal perjuangan, tak perlu diragukan lagi bagaimana Soedirman menunjukkan keberaniannya di medan pertempuran. Semangat pantang menyerah bak senapan yang tak pernah kehabisan peluru. Kegigihannya seperti pedang yang tak pernah bisa tumpul.

Semangat Soedirman seharusnya jadi hal yang patut ditiru, dicontoh, atau diikuti. Seandainya patung di tengah Kota Jakarta itu bisa berbicara, mungkin sang jenderal akan sedih. 

Bagaimana tidak, saat ini Indonesia tengah dihantam bencana. Ya, virus Novel Coronavarius, atau yang lebih akrab dengan istilah Virus Corona dan Covid-19 ini tengah menyerang bangsa ini. Bukan cuma Indonesia, menurut data Worldometers.info, ada 200 negara yang juga diserang virus yang membuat pandemi dunia.

Data lainnya menunjukkan ada 962 ribu kasus di seluruh dunia, yang mengakibatkan kematian 49.100 orang meninggal dunia. Data tersebut tercatat hingga 2 April 2020. Khusus di Indonesia jumlah pasien positif Covid-19 sudah mencapai 1790 orang, 170 diantaranya meninggal dunia. Catatan ini didapat dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), juga per tanggal 2 April 2020.

Lantas, apa hubungannya virus mematikan ini dengan Soedirman? Jika patung sang jenderal itu bisa melihat, tentu ia akan terkejut melihat pemandangan ibukota negara ini yang biasanya ramai menjadi lengang. Ya, instruksi pemerintah kepada masyarakat untuk melakukan pembatasan sosial (social distancing) dan melakukan pekerjaan dari rumah masing-masing, membuat kota ini sepi.

Tak hanya di Jakarta, sejumlah kota lain di Indonesia juga mungkin sama kondisinya. Ada yang santai menghadapi wabah masif ini, ada pula yang ketakutan. Maka, di sini letak kaitan antara keberanian dan semangat Soedirman. 

Bagi masyarakat yang apatis dan acuh dengan himbauan pemerintah, hendaknya mengingat salah satu kalimat bijak yang pernah diucapkan oleh Soedirman.

"Banyak orang menyebut penderitaan mereka sebagai nasib, namun sesungguhnya penderitaan adalah akibat kebodohan mereka sendiri."

Saat ini memang tak ada pertempuran di medang perang. Akan tetapi, perlawanan terhadap virus mematikan ini juga harus dilakukan secara sistematis dan penuh kewaspadaan. Soedirman menegaskan bahwa penderitaan lahir justru karena kebodohan individu-individu yang apatis dan tak peduli dengan situasi yang terjadi.

Kata menyerah jelas tak ada dalam kamus Soedirman. Meskipun pada akhirnya, hanya Sang Khalik yang bisa memaksanya menyerah setelah menderita penyakit Tubercolosis (TBC), yang pada akhirnya membuat sang jenderal mangkat.

Akan tetapi, dalam masa perjuangan Soedirman sama sekali tak pernah mau mendekati apalagi mau berjabat tangan dengan yang namanya takluk atau menyerah. 

"Meskipun kamu mendapat latihan jasmani yang sehebat-hebatnya, tidak akan berguna jika kamu mempunyai sifat menyerah! Kepandaian yang bagaimanapun tingginya, tidak ada gunanya jika orang itu mempunyai sifat menyerah!"

Tak peduli siapapun, wabah ini memang harus dilawan dan disingkirkan. Kontribusi penuh seluruh elemen bangsa baik pemerintah, TNI, Polri, dan seluruh masyarakat adalah kunci untuk memusnahkan musuh yang sama sekali tak terlihat wujudnya. Semoga, dengan semangat menolak menyerah yang pernah dimiliki Jenderal Soedirman, Indonesia bisa kembali terbebas dari belenggu pandemi mematikan ini.