Saat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo Tantang Ulama-ulama Palsu

VIVA Militer: Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat masih menjabat Panglima TNI
Sumber :
  • CTV News

VIVA – Sapta Marga dan Sumpah Prajurit adalah dua pedoman yang wajib dipegang teguh oleh seluruh prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), tak peduli tamtama, bintara, dan perwira, di semua matra. Dengan landasan itu, seluruh prajurit TNI wajib menjaga kedaulatan dan ideologi Pancasila Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Salah satu sosok yang menunjukkan integritas sebagai prajurit Sapta Marga adalah mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn.) Gatot Nurmantyo. 

Sebagai pucuk pimpinan tertinggi, Gatot memiliki tugas yang sangat berat. Terutama, untuk menjaga kedaulatan dan ideologi negara. Tugas pria kelahiran Tegal, 13 Maret 1960, terasa kian berat menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 lalu. Bagaimana tidak, Gatot harus menghadapi sejumlah manuver yang mengaitkan politik dengan agama.

Sebagai seorang prajurit TNI, Gatot punya sejumlah cara untuk tetap mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Dua momen terjadi pada 2017, yang menunjukkan eks Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat (Pangkostrad) sebagai seorang prajurit yang memegang teguh Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.

Dikutip VIVA Militer situs resmi Komando Daerah Militer XVIII/Kasuari, sebuah pernyataan dilontarkan Gatot saat berkunjung ke Tarakan, Kalimantan Utara. Dalam kesempatan itu, Gatot berkesempatan untuk berbuka puasa bersama Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Kota Tarakan dan ratusan anak yatim Islamic Center Tarakan.

Saat itu, Gatot memberikan pernyataan untuk tidak mengikuti ulama-ulama yang melontarkan ujian kebencian untuk memecah persatuan dan kesatuan NKRI.

"Kalau ada yang mencoba mencoba pecah belah bangsa dan mencaci maki dengan berpakaian ulama, pasti bukan ulama. Oleh karenanya, jangan diikuti," ujar Gatot

Beberapa bulan kemudian, pernyataan serupa kembali diucapkan oleh jenderal bintang empat yang juga pernah menduduki posisi Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD). Lebih tegas, kali ini Gotot menyebut bahwa ulama-ulama yang bertutur kata kasar adalah ulama palsu.

Pernyataan kembali diucapkan Gatot saat menghadiri Milad ke-27 Pondok Pesantren Da'arut Tauhid di Lapangan Gasibu, Bandung, Jawa Barat.

"Para ulama itu pasti bicara dengan hati sehingga umatnya mendapatkan kedamaian, karena para ulama membimbing umat muslim menjadi mukmin. Kalau ada ulama yang memakai surban dan berbicara kasar yang membuat orang marah, itu pasti ulama palsu dan jangan diikuti," kata Gatot dikutip VIVA Militer dari situs resmi TNI AD.

Seluruh pernyataan Gatot adalah bukti seorang prajurit yang memegang teguh Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Apa yang dilakukan Gatot adalah aplikasi salah satu poin Sapta Marga, tepatnya di poin kedua yang berbunyi, KAMI PATRIOT INDONESIA PENDUKUNG SERTA PEMBELA IDEOLOGI NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB DAN TAK KENAL MENYERAH.