Komandan Paskhas TNI Ungkap Fakta Potensi Sabotase Teroris di Bandara
- Paskhas TNI AU
VIVA – Komandan Korps Pasukan Khas Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia, Marsekal Muda TNI Eris Widodo mengungkapkan bahwa sampai saat ini bandar udara dan pangkalan udara masih menjadi sasaran terorisme dan sabotase.
Hal itu disampaikan Marsda Eris baru-baru ini dalam wawancara yang ditayangkan Pusat Penerangan TNI.
"Kalau kita memperhatikan kejadian dunia, kita dengar bandara masih dijadikan tempat sabotase, melakukan penembakan, baik orang maupun pesawat. Dan ini sudah terjadi, jadi kalau bilang potensi, ya ini potensi," kata jenderal udara berbintang dua itu dikutip VIVA Militer, Selasa 1 September 2020, dalam wawancara yang ditayangkan Pusat Penerangan TNI.
Menurut jenderal udara bintang dua itu, bandara menjadi objek yang potensial bagi pelaku teror. Karena bandara merupakan tempat umum, tempat keluar masuk orang dan barang, baik dalam maupun luar negeri.
Di Indonesia sendiri potensi terorisme di bandara cukup tinggi, terutama di wilayah Papua. Sebab di wilayah paling timur ini terdapat sangat banyak lapangan-lapangan terbang.
"Di papua lebih dari 300 lapangan terbang perintis, pengamanan Papua di daerah rawan, kita masih tergantung dari satuan setempat," kata komandan pasukan khusus baret jingga itu.
Marsda Eris menuturkan, sejauh ini Paskhas dan TNI AU serta otoritas bandara di Indonesia sudah menjalin kerjsama untuk menangkal terorisme.
"Di Bandara Soekarno-Hatta kita sudah merencanakan pengamanan, dari pintu depan sampai pesawat, pengamanan bandara di Papua, setiap hari barang ilegal yang tak boleh masuk pesawat sudah kita cegah, tidak boleh," kata dia.
Dia mengatakan, keterlibatan TNI terutama pasukan-pasukan khusus mulai dari Kopassus, Denjaka dan Paskhas untuk menangkal dan membasmi terorisme di Indonesia sangat diperlukan.
Sebab, ketiga pasukan khusus dari 3 matra ini sudah memiliki kemampuan, baik pasukan dan juga alutsista untuk penanganan teroris.
"Kalau melihat dan mempelajari satuan khusus negara lain, memang negara itu sengaja melibatkan pasukan khusus untuk menanggulangi teror," kata beliau.
Selama ini penanganan terorisme di Indonesia masih mengandalkan kekuatan dari unsur kepolisian. Padahal jika berkaca pada sejarah terorisme di Indonesia, semua kasus besar teror selalu dituntaskan setelah melibatkan TNI, contohnya pembajakan Pesawat Garuda lalu penyanderaan di Mapenduma dan yang terbaru pembajakan kapal MV Sinar Kudus.