Mayjen TNI Tugas Ungkap Kondisi RS Wisma Atlet

Mayor Jenderal TNI Dr. dr. Tugas Ratmono
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Kepala Pusat Kesehatan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Mayor Jenderal TNI Tugas Ratmono punya tugas baru selama pandemi corona atau covid-19 ini. Dia didapuk dua jabatan baru untuk menangani pandemi ini.

Pertama, dia berkantor ke Markas Besar TNI, selaku Kepala Pusat Kesehatan TNI. Kedua, di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat,  selaku Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran. Ketiga, di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jalan Pramuka, Jakarta Timur, sebagai pusat penanganan Covid-19 nasional.

Berkecimbung sejak awal pandemi masuk ke Indonesia, Jenderal Tugas mengatakan jika tingkat kesadaran masyarakat menghadapi Covid-19 relatif masih rendah. Dia mencontohkan,  salah satunya tidak disiplin memakai masker.

"Jika ada 10 orang di jalan. hanya ada 6 orang yang memakai masker. Dari yang 6 itu, hanya 3 orang yang memakai masker dengan benar. Itu bukan gambaran yang mengada-ada," ujar Tugas, Selasa, 22 September 2020.

Tugas menjelaskan, denda akibat tidak memakai masker terhitung 18 September 2020 sudah terkumpul kurang lebih Rp400 juta. Itu hanya dalam empat hari pelaksanaan Operasi Yustisi pada 14-17 September 2020. 

"Artinya, gambaran yang disampaikan singkron dengan realitas di lapangan. Karena itulah, dia mengungkapkan, kunci strategi agar bisa menang dalam peperangan semesta melawan pandemi Covid-19 adalah kedisiplinan masyarakat menjalankan protokol kesehatan," ucap dia.

Jenderal Tugas mengatakan, salah satu wujud dari perlawanan corona adalah disiplin menerapkan protokol kesehatan. Antara lain, disiplin mengenakan masker ketika berada di luar rumah. Ini untuk menjaga diri agar tidak tertular dan menulari orang lain. 

Dia berharap untuk meningkatkan kesadaran serta disiplin warga, semua pihak harus melakukannya dengan saksama. 

"Intinya, para pihak hendaknya menahan diri, untuk tidak melakukan hal-hal yang menimbulkan kegaduhan publik. Karena, kegaduhan bisa memicu kepanikan, yang akhirnya bisa melemahkan kesadaran warga menghadapi pandemi Covid-19," kata dia.

Sementara itu, selama merawat pasein corona, dia selalu memantau terutama dalam hal asupan makanan. Dia memastikan agar agar tiap pasien mendapatkan makanan, sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing.

Karena itulah, di tiap boks makanan, dicantumkan nama pasien. Isinya tentu saja berbeda antara pasien yang satu dengan yang lain, yang berbeda kondisi kesehatannya. 

"Hal ini dievaluasi tiap hari, untuk memastikan, bahwa asupan gizi untuk masing-masing pasien benar-benar tepat, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan imunitas pasien yang bersangkutan," kata dia.

Tugas memberikan arahan secara rinci kepada penanggung jawab di urusan gizi tersebut. Demikian pula kepada penanggung jawab kondisi psikis tiap pasien, yang tentu saja tenaga psikolog. 

Di mana pasien yang terganggu secara psikis, cenderung menurun selera makannya, yang otomatis menurun pula imunitasnya.

Korelasi antara asupan gizi dan kondisi psikis tiap pasien, menjadi titik perhatian penting. Latar belakang keilmuannya sebagai dokter spesialis saraf (neurologi), tentulah membantunya memahami kondisi pasien, yang selanjutnya ia rumuskan melalui sejumlah kebijakan dalam penanganan pasien.

Menurut dia penanganan yang cermat dan rinci terhadap pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran ini, perlu diketahui oleh publik. Selain untuk menenangkan sang pasien, juga untuk menjaga ketenangan keluarga mereka di rumah masing-masing. Ketenangan kedua belah pihak tersebut, berkontribusi positif bagi pemulihan.

Wujud kongkrit dari visi kemanusiaan yang visioner, yang diterapkan Tugas di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, tercermin pula dari tiap kali ia mengunjungi tim kerjanya di lapangan. 

Misalnya, ketika berpapasan dengan petugas kebersihan, ia berdialog. Ia menanyakan langsung, apa yang mereka lakukan dan apa hambatan yang mereka hadapi dalam bekerja.

Demikian pula ketika mengunjungi pos-pos yang berada di lingkungan RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Melalui dialog secara langsung tersebut, Tugas mendapatkan laporan mengenai kondisi terkini, yang dihadapi tim kerjanya. Maka, ia pun dengan cepat meresponnya, untuk mengatasi berbagai hambatan yang timbul.

Misalnya, berkaitan dengan antrean ambulans untuk memasuki RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Tugasmenuturkan, pernah teriman pasien Covid-19 yang berstatus narapidana, dikirim dengan ambulans ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran. 

Dalam konteks Covid-19, tentu dia bisa menanganinya. Tapi, dalam hal statusnya sebagai narapidana, RSDC Wisma Atlet Kemayoran tidak memiliki infrastruktur pengamanan yang relevan, untuk menanganinya.

"Artinya, pemeriksaan yang cermat di pintu masuk, adalah suatu keharusan," kata dia.