Pakai Biofuel, Ini Efek Negatifnya

Pabrik biofuel di Afrika Timur
Sumber :
  • alibaba.com

VIVA – Untuk mengurangi impor bahan bakar  dan menghemat devisa negara, pemerintah menggalakkan kampanye bahan bakar dari minyak bumi dicampur minyak kelapa sawit, atau biofuel. Saat ini, bahan bakar biofuel hanya tersedia untuk mesin diesel.

Sayangnya, campuran 20 persen minyak kelapa sawit dan 80 persen solar alias B20 dianggap belum efektif. Hal itu disampaikan Anggota Kompartemen Teknologi Lingkungan dan Industri Gaikindo (Gabungan industri kendaraan bermotor Indonesia), Ketut Suciarta.

“Waktu B20, saringannya jadi cepat ganti. Ada yang bilang berkerak seperti jeli, jadi servisnya semakin cepat. Kalau sekarang (B30), saya enggak tahu,” ujarnya di Jakarta Pusat, Rabu 25 Juli 2018.

Pria yang juga menjabat sebagai Logistic and Distribution Dept Head PT Isuzu Astra Motor Indonesia itu menuturkan, jika nanti B30 sudah mulai diterapkan, harusnya harga jualnya lebih murah. Namun, keawetan mesin kendaraan belum bisa dipastikan.

“Karena belum ada yang menguji coba, kemungkinan lebih boros (B30). Karena, B20 begitu, ketimbang B0 (100 persen diesel). 2,3 persen lebih boros,” tuturnya.

Rencananya, pemerintah akan mempercepat penerapan B30. Dari 2020 menjadi 2019. Artinya, pabrikan hanya punya satu tahun lebih untuk melakukan pengujian dan penyesuaian.