Kesalahan Tata dalam Mega Proyek Mobil Murah

Ratan Tata, Chairman Tata Group
Sumber :

VIVAnews - Di balik kesuksesan mega proyek mobil murah Tata Nano, ternyata menyimpan sejumlah kisah. Salah satunya adalah kegagalan pemasaran. Kegagalan membelit perusahaan raksasa ini lantaran Tata Motors tidak bisa menyasar target semula: kendaraan kaum menengah ke bawah.

Penduduk di pelosok India yang mencapai 750 juta jiwa, ternyata tak pernah mengenal Nano. Bahkan, mereka tak pernah mendengar dan melihat mobil yang dirancang untuk membantu mengubah kehidupan mereka.

Hormazd Sorabjee, editor Autocar India, menegaskan bahwa Ratan Tata, CEO sekaligus pemilik Tata Motors, telah melakukan kesalahan besar. "Kesalahan pemasaran yang monumental," kata Hormazd seperti dikutip laman economist.com, Rabu 24 Agustus 2011.

Hulu dari semua masalah itu adalah penempatan produk. Dan harga yang merangkak naik sekitar 15 persen, menjauhkan Nano dari jangkauan pembeli utama, masyarakat kelas menengah ke bawah.  Soal permohonan kredit yang berbelit-belit dan susah membuat pemasaran kian buram.

Dari segi produksi Nano juga dianggap bermasalah. Upaya menekan biaya produksi, menggiring perusahaan ini lebih mementingkan tampilan, bukan kualitas. Jadilah kalangan menengah ke atas kurang berselera sebab mereka lebih memilih mobil berkualitas nan canggih seperti Maruti, pesaing berat Tata di India.

Jadilah Nano dibelit masalah atas bawah. Ditinggalkan kaum atas karena kurang berkualitas dan dihindari kaum bawah karena harga.

Padahal Tata sudah melakukan segalanya. Perusahaan ini, misalnya, membajak bos General Motors Eropa Carl-Peter Forster pada Februari 2010. Tapi tetap saja mobil tidak begitu laris. Bahkan tidak mampu bertahan dengan jumlah pejualan yang diraih sebelumnya, 20 ribu unit per bulan.

Foster memang menempuh langkah taktis. Ikut turun membantu pembeli mengatur skema pembelian sehingga mobil bisa melaju cepat ke garasi pembeli. Memberi jaminan perbaikan dan suku cadang. Membombardir pasar dengan iklan berpuluh kali di media online, televisi dan halaman koran.

Tapi semua langkah itu dinilai sudah terlambat.