Suzuki Indonesia Buka-bukaan Soal Efisiensi Biaya di Tengah Pandemi

Produksi mobil offroad mungil Suzuki Jimny di pabrik Kosai Plant di Jepang
Sumber :
  • Viva.co.id/ Pius Mali

VIVA – Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini bukan saja mengancam kesehatan manusia, tetapi juga perekenomian. Kondisi demikian, membuat semua sektor industri mengencangkan ikat pinggang dan melakukan berbagai strategi efisiensi.

Salah satu efisiensi yang dilakukan adalah pengurangan jumlah pekerja. Cara tersebut, dianggap ampuh oleh para pengusaha saat harus memotong biaya pengeluaran dalam jumlah besar, yang biasa dipakai untuk membayar gaji dan tunjangan lain untuk para karyawan.

Efisiensi ternyata juga diterapkan oleh PT Suzuki Indomobil Sales. Meski demikian, kata Direktur Pemasaran Kendaraan Roda Empat PT Suzuki Indomobil Sales, Donny Saputra, cara yang dilakukan bukanlah pengurangan jumlah pekerja.

"Terkait efisiensi pengurangan pekerja, sampai saat ini kami belum melakukannya. Semoga market bisa segera membaik, sehingga kami tidak perlu melakukan (PHK/Pemutusan Hubungan Kerja)," ujarnya dalam diskusi virtual bersama VIVA Otomotif belum lama ini.

Baca juga: Mercedes-Benz Tanpa Atap Dilelang, Harganya Bisa Sampai Rp36 Miliar

Donny mengatakan, saat ini Agen Pemegang Merek (APM) kendaraan bermotor Suzuki itu memang mencari cara untuk melakukan pemotongan biaya yang bukan utama. Hal ini dilakukan, mengingat belum diketahuinya waktu pandemi COVID-19 berakhir di Tanah Air.

"Efisiensi kami lakukan secara bersama, bukan hanya dari pimpinan, tetapi semua karyawan. Kami punya program secara internal, cost reduction program," paparnya.

Cost Reduction Program yang dimaksud oleh Donny, melibatkan semua member (karyawan) Suzuki untuk berperan serta mengurangi biaya yang harus dikeluarkan, menyesuaikan bidang pekerjaannya. Biaya yang dikurangi itu, kata dia, memang tidak utama atau tidak diperlukan.

"Contoh, kami pakai kertas print itu dua sisi. Lalu penghematan listrik secara ekstrem, misalnya dulu ruang meeting AC selalu menyala dengan suhu rendah, sekarang saat dipakai baru dinyalakan dengan suhu standar ruangan. Ide ini datang dari semua karyawan," tuturnya.