Jangan Iri Lihat Koleksi Mobil Bos Garuda Indonesia

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra.
Sumber :
  • VIVA/Anry Dhanniary

VIVA – Garuda Indonesia akhir-akhir ini kembali menjadi sorotan publik, perusahaan maskapai penerbangan kebanggaan masyarakat Indonesia ini dikabarkan akan bubar.

Kabar akan bubarnya Garuda Indonesia disinyalir akibat kandasnya upaya restrukturisasi utang yang mencapai angka Rp70 triliun, sebagai salah satu pekerjaan rumah bagi Garuda Indonesia dalam mempertahankan kinerja bisnisnya.

Menurut Irfan Setiaputra, Direktur Utama Garuda Indonesia mengungkapkan, wacana pembubaran Garuda Indonesia itu merupakan pandangan dari Kementerian BUMN, selaku pemegang saham mayoritas Garuda Indonesia.

"Hal tersebut merupakan pandangan dari Kementerian BUMN dalam melihat berbagai kemungkinan, melalui perspektif yang lebih luas atas berbagai opsi-terkait langkah pemulihan kinerja Garuda Indonesia," kata Irfan.

Pesawat Garuda Indonesia

Photo :
  • dok. Airbus

Irfan menambahkan, adapun fokus utama pihaknya di Garuda Indonesia saat ini adalah untuk terus melakukan langkah akseleratif pemulihan kinerja, yang utamanya dilakukan melalui program restrukturisasi menyeluruh. "Yang saat ini tengah kami rampungkan," ujarnya.

Dia mengaku, upaya tersebut turut diintensifkan pihak Garuda Indonesia, melalui berbagai upaya dan langkah penunjang perbaikan kinerja Garuda Indonesia secara fundamental. "Khususnya dari basis operasional penerbangan," kata Irfan.

Irfan bahkan mengaku optimistis dengan adanya sinyal positif dari industri penerbangan nasional, di tengah situasi pandemi yang mulai terkendali saat ini.

Apalagi, lanjut Irfan, saat ini dengan dibukanya sektor pariwisata unggulan Indonesia, hal tersebut jelas menjadi momentum penting dalam langkah-langkah perbaikan kinerja Garuda Indonesia.

Di balik rumitnya masalah yang harus dihadapi, Irfan Setiaputra dikenal dengan sosok yang tegas dan bertanggung jawab. Sehingga saat terpilih menjadi orang terpenting di Garuda Indonesia, namanya menjadi sorotan tak terkecuali koleksi mobil yang dimilikinya.

Menurut data dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara yang disetorkan Maret 2021, dikutip VIVA Otomotif Kamis 21 Oktober 2021, Irfan memiliki koleksi mobil berselera tinggi. Semua mobil yang terparkir di garasinya rumahnya, semuanya bermerek Mercedes-Benz.

Seperti Mercedes Benz C200 tahun 2016 yang kalau dijual harganya sekitar Rp450 juta, Mercedes-Benz S350 L tahun 2010 yang harganya sekitar Rp375 juta, Mercedes-Benz 300SEL tahun 1986 harganya sekitar Rp550 juta, dan Mercedes-Benz SL320 tahun 1997 harganya sekitar Rp750 juta.

Sebagai informasi, perjalanan sejarah Mercedes-Benz di Indonesia bermula di tahun 1970, di mana PT German Motors Manufacturing didirikan sebagai fasilitas manufaktur dan perakitan baru untuk produk Daimler-Benz yang berlokasi di Tanjung Priok.

Peresmian PT German Motor Manufacturing menandai dimulainya era baru Mercedes-Benz di Indonesia. Pada tahun 1973, German Motor Manufacturing memulai memproduksi mobil penumpang Mercedes-Benz 200, 240 D dan 280 dari seri W 115.

Selama lima dekade ini, Mercedes-Benz telah memproduksi serangkaian produk-produk unggulan yang telah menjadi primadona di pasar mobil luxury di Indonesia seperti dimulai dari segmen sedan seperti W 123 Series dan S-Class (W 126 Series), hingga G-Class (W 463) beserta model SUV seperti ML-Class (W 166 Seires) dan GL-Class (X 166).

Saat ini, seperti dikutip dari Antara PT Mercedes-Benz Indonesia memproduksi serangkaian produk-produk unggulan di Indonesia; antara lain C-Class, E-Class, S-Class, GLC, GLE, serta new GLS.