Disindir Tak Pernah Hadir di Sidang PBB, Ini Alasan Jokowi

Joko Widodo mengikuti kampanye terbuka yang digelar di lapangan Kalegowa, Gowa.
Sumber :
  • Fikri Halim

VIVA – Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo disindir oleh kubu rivalnya tidak pernah hadir dalam sidang perserikatan bangsa-bangsa atau PBB. Jokowi kemudian mengungkap alasannya tak pernah hadir dalam pertemuan tersebut.

Jokowi mengatakan, selama kurang lebih 4,5 tahun memimpin Indonesia, dia selalu membagi tugasnya dengan Wakil Presiden, Jusuf Kalla. Mulai dari mengambil keputusan, mengontrol proyek besar hingga pertemuan internasional seperti sidang umum PBB.

"Kalau ada pertemuan internasional saya dan Pak JK selalu bagi tugas. Misalnya ke markas PBB di AS Pak JK yang hadir, selalu hadir di pertemuan yang ada di PBB," kata Jokowi di Makassar, Minggu 31 Maret 2019.

Sementara itu, untuk pertemuan G20, Jokowi mengaku bergantian dengan JK menghadiri acara tersebut. Termasuk pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation atau APEC.

"Inilah pembagian tugas agar setiap hal yang penting diputuskan dengan hati-hati karena negara ini negara besar. Penduduk kita 269 juta orang. Yang terdiri dari 714 suku yang berbeda beda adat dan tradisi budaya beda," ujar mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Jokowi juga memastikan kalau dia juga membagi tugas dalam mengontrol dan memonitor proyek-proyek besar. Dia dan Jusuf Kalla membagi tugas untuk proyeksi besar.

"Saya juga bagi tugas dengan Pak JK. Bapak ke timur saya ke barat. Bapak ke utara saya ke selatan. Selalu bagi tugas," jelasnya.

Ia pun mengklaim selama hampir 5 tahun memimpin Indonesia bersama Jusuf Kalla, tak memiliki perbedaan berarti. Dalam mengambil setiap keputusan, Jokowi mengatakan selalu beriringan dengan JK.

"Setiap saya ambil keputusan sulit saya pastikan saya diskusi dengan pak JK agar keputusan itu baik untuk masyarakat," katanya.

Sebelumnya, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN), Dahnil Anzar Simanjuntak memastikan Prabowo Subianto tak akan seperti Joko Widodo bila terpilih sebagai RI-1 dalam Pilpres 2019.

Salah satu yang dijanjikan terkait upaya Prabowo dalam menunaikan pekerjaan soal hubungan internasional.
Dahnil menyindir Jokowi yang dinilainya tak pernah hadir dalam sidang umum PBB.

"Pak Prabowo akan berbeda dengan Jokowi yang tak pernah hadir dalam Sidang Umum PBB," kata Dahnil.


Bergaya Sultan Hasanuddin

Saat berkampanye di Stadion Kalegowa, Kabupaten Gowa,  Joko Widodo tampak mengenakan Pasapu, tutup kepala tradisional khas Makassar.

Mengenakan Pasapu, Jokowi tampil seperti gaya Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin. Pasapu atau yang juga dikenal dengan sebutan Pattonro sendiri memiliki makna yang mendalam.
Pada masa kerajaan, penutup kepala itu umumnya dikenakan oleh tentara kerajaan, para pemburu hingga orang-orang di Kerajaan Gowa.

Penutup kepala berbahan lontara itu memiliki makna kejantanan. Menggambarkan ciri khas masyarakat suku Makassar yang dikenal berani. Sultan Hasanuddin, menjadi salah satu Raja Gowa yang mempopulerkan kain penutup kepala itu.

Saat berkampanye, Jokowi turut menyinggung soal keberagamaan budaya di Indonesia. Keberagamaan mulai dari suku, agama, adat, tradisi hingga bahasa daerah, menurut Jokowi merupakan kekayaan bangsa.

"Jangan karena politik, kita terpecah belah. Tetangga tidak saling berbicara. Jangan sampai seperti itu," ujarnya.

Jokowi juga menyebut masyarakat Gowa masih memegang teguh prinsip militansi. Hal itu, kata Jokowi, sebab masyarakat Gowa yang besar sebagai kerajaan maritim Islam di Nusantara masih memegang karakter leluhurnya.

"Kehadiran masyarakat Gowa di sini, karena masih memegang prinsip militansi leluhur kerajaan Gowa sebagai kerajaan maritim Islam yang besar di Nusantara," kata Jokowi.

Pasapu atau Pattonro juga dikenakan calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto saat berkampanye di Lapangan Karebosi Makassar, Minggu, 24 Maret lalu. Prabowo tampak mengenakan Pasapu sebelum melakukan orasi politiknya.