Menguji Lagi Ganjil Genap di Tol
- ANTARA Foto/Widodo S Jusuf
VIVA – Genderang pemerintah untuk mengurai kemacetan di jalan tol Jabodetabek terus berlanjut. Setelah ganjil genap sukses menurunkan kemacetan di jalan Tol Jakarta-Cikampek, taktik serupa akan diterapkan di jalan Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) dan jalan Tol Tangerang-Jakarta.
Sama seperti di Bekasi pada Tol Jakarta-Cikampek, uji coba ganjil genap di jalan Tol Tangerang-Jakarta serta jalan Tol Jagorawi akan dimulai Senin 16 April 2018 mulai pukul 06.00-09.00 WIB.
Skema mengurangi kemacetan di jalan Tol Tangerang akan dilakukan dengan skema ganjil genap untuk kendaraan pribadi pada pintu tol Kunciran 2 dan Tangerang 2 arah Jakarta, pembatasan kendaraan berat angkutan barang (golongan III, IV, V) di ruas Cikupa-Tomang, serta pemberlakuan Lajur Khusus Angkutan Umum (LKAU) mulai ruas Tangerang-Kebon Jeruk.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan, Bambang Prihartono, mengatakan, kebijakan pembatasan kendaraan di jalan Tol Jakarta-Tangerang ini menimbang suksesnya ganjil genap di Bekasi.
Dalam sepekan selama 12-18 Maret 2018, pemberlakuan pembatasan kendaraan di jalan Tol Jakarta-Cikampek, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menuturkan, kendaraan yang menuju Jakarta turun 36 persen dan kecepatan kendaraan yang melaju naik 20 persen.
BPTJ mengklaim, penerapan ganjil genap membuahkan tiga hasil apik. Pertama, beban lalu lintas di jalan tol berkurang. Kemudian, jumlah penumpang bus Trans Jabodetabek meningkat, hingga kondisi jalan tol dan jalur arteri yang lancar. Ada pergeseran pola pergerakan orang menjadi lebih pagi berangkat menghindari pemberlakuan ganjil genap tersebut.
"Jalan tol lancar dan alternatif juga bagus masih lancar," ujar Bambang Prihartono kepada VIVA.
Melihat jurus tersebut berhasil, BPTJ meneruskan siasat serupa di jalan Tol Tangerang-Jakarta dan jalan Tol Jagorawi.
Sosialisasi ganjil genap, pembatasan kendaraan berat dan jalur khusus angkutan umum di jalan Tol Jakarta-Tangerang digeber. Salah satu caranya dengan membagi-bagikan brosur kepada para pengguna jalan tol, sejak Rabu 11 April 2018 hingga Jumat 13 April 2018.
Per harinya, pengelola Tol Tangerang membagikan 40 ribu brosur. Pada brosur tersebut tertera aturan akan jam lalu lintas angkutan barang di Tol Bitung serta penerapan aturan ganjil genap di Tol Tangerang, yang berlangsung pukul 06.00 WIB hingga 09.00 WIB.
Bambang meyakini, penerapan ganjil genap di Tol Tangerang dan Tol Jagorawi tidak akan berdampak pada kemacetan pada jalur alternatif. Sebab, berdasarkan survei BPTJ, pengguna jalan Tol Tangerang dan Jagorawi akan lebih memilih berangkat ke Jakarta lebih pagi, untuk menghindari pemberlakuan aturan tersebut.
Hasil survei preferensi penerapan ganjil genap pada gate Cibubur 2 pukul 06.00-09.00, sebesar 44,18 persen responden mengaku lebih memilih berangkat lebih pagi, menggunakan angkutan umum (0,27 persen) dan mayoritas responden memilih rute alternatif baik lewat tol maupun jalan raya (55,55 persen).
Mengantisipasi pengguna yang memilih jalan non tol, Dinas Perhubungan Tangerang sudah menyiapkan rekayasa lalu lintas di jalur yang kemungkinan bakal dilalui pengguna, misalnya Jalan Daan Mogot, Kebon Nanas, dan BSD Tangerang.
Budi Karya menegaskan, ganjil genap tidak akan mempersulit masyarakat dalam menggunakan kendaraan pribadi. Kebijakan ini mengedukasi masyarakat agar menggunakan transportasi massal.
Untuk mendukung aturan itu, BPTJ menyiapkan bus bagi pengguna jalan tol.
BPTJ juga menyiapkan kantong-kantong parkir bagi pengguna tol yang ingin memarkirkan kendaraannya, kemudian naik bus menuju Jakarta. Kantong parkir itu antara lain tersedia di Alam Sutera.
Untuk tarif bus tersebut, kata Budi, akan diterapkan sama dengan sebelumnya, yakni Rp10 ribu sekali perjalanan. Dan direncanakan dilakukan uji coba di ruas Tol Jakarta-Bogor, khususnya di Tol Cibubur 2, pada 16 April 2018.
"Karenanya untuk Tol Jakarta-Bogor. Tanggal 16 (April) kami akan mencoba bus dari Bogor ke Jakarta dengan menyediakan jalur khusus sampai ke Pasar Rebo," paparnya.
Jalur khusus angkutan barang
Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno memprediksi, hasil uji coba ganjil genap Tol Tangerang dan Tol Cibubur, kemungkinan tak jauh beda dengan Bekasi. Kemacetan akan turun.
Namun menurutnya, pengguna kendaraan pribadi tidak serta merta akan beralih ke angkutan umum. Mempertimbangkan hasil survei, persentase responden untuk memilih angkutan umum cuma 0,27 persen.
Peralihan ini masih belum bisa terjadi dalam waktu dekat ini, lantaran fasilitas angkutan umum belum sampai pada tiap kawasan perumahan tempat tinggal pengguna.
"Jadi harus perbanyak fasilitas angkutan umum ke semua kawasan perumahan," ujar Djoko kepada VIVA.
Djoko mengatakan, sebenarnya ada yang lebih menarik untuk menekan kemacetan di jalan tol selain ganjil genap, yakni penerapan tarif fungsional pada ruas tertentu.
Pada skema ini, tarif tol akan dikenakan lebih tinggi saat lalu lintas padat dan sebaliknya. Namun, dia mengatakan, untuk menerapkan tarif fleksibel itu apakah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang memegang konsesi jalan tol sudah siap. Djoko menyangsikannya.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan, kebijakan ganjil genap yang diterapkan di jalan tol sejatinya hanya menjadi instrumen sementara.
Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi mengatakan, di banyak negara, instrumen kebijakan ganjil genap hanya untuk kebijakan sementara atau insidental.
Ia mengakui, kebijakan ganjil genap di jalan Tol Jakarta-Cikampek yang diterapkan oleh pemerintah belum lama ini hasilnya cukup positif.
Tulus berpandangan, jika memang ganjil genap sukses harus bisa menjadi pintu masuk pengenaan tarif tol fleksibel dalam bentuk Electronic Road Pricing (ERP), yang secara manajerial lebih efektif di titik-titik jalan tertentu.
Djoko memberikan catatan, agar lebih efektif dalam menekan macet di Tol Tangerang, sebaiknya angkutan barang tetap diberikan jalur khusus layaknya angkutan umum, jangan malah diberikan pembatasan.
Pertimbangannya, angkutan barang maupun logistik punya kontribusi penting bagi rantai ekonomi di Jakarta, sehingga tidak semestinya dibatasi arusnya di Tol Tangerang. Seiring dengan pemberian jalur khusus, ujarnya, angkutan barang dan logistik juga harus memenuhi betul ketentuan muatan barang, tidak boleh melebihi kapasitas.
Apalagi dari sisi komposisi kendaraan yang mengaspal di Tol Jakarta-Tangerang, data PT Jasa Marga Tbk menunjukkan persentase tertingginya adalah kendaraan pribadi penumpang, yakni 87,75 persen. Bandingkan dengan kendaraan golongan II yang hanya 7,35 persen dan kendaraan golongan III-V sebanyak 4,90 persen.
Jalur khusus angkutan logistik dan barang ini setidaknya bisa menjawab keresahan pengusaha. Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Kyatmaja Lookman menuntut tak ada larangan lalu lintas truk di Tol Tangerang seiring dengan pemberlakukan ganjil genap.
Selama ini, kata dia, truk sudah tidak boleh melintas di beberapa ruas tol di jalur lingkar dalam Jakarta, seperti di Tol Grogol dan Cawang.
"Tetapi, kalau diperpanjang kami prihatin juga nih. Jangan ditarik dari JORR (Jakarta Outer Ring Road) ke Tangerang. Enggak bisa lewat kami," ujarnya.
Selain memberikan jalur khusus untuk angkutan barang dan logistik, Djoko berpandangan, pemerintah perlu memperbanyak bus angkutan yang ada di Tangerang dan perumahan di sekitarnya. Tujuannya, agar pengguna kendaraan pribadi sedikit demi sedikit beralih ke angkutan umum.
Soal hal ini memang cukup pelik. Dia melihat kepala daerah di lingkungan Jabodetabek belum bisa duduk sepakat bareng mengintegrasikan angkutan umum secara sempurna.
"Kepala daerah tak paham saya melihatnya. Apalagi program angkutan umum belum menjadi isu politik," ujarnya.
Ganjil genap di tol yang berhasil menurunkan kemacetan memang menguntungkan bagi investor. Guru Besar Transportasi Universitas Gadjah Mada, Danang Parikesit, investor bakal semringah saat lalu lintas di jalan bebas hambatan ini mulus dan lancar. Sebab dengan lancar, jalan tol bisa mengakomodasi lebih banyak kendaraan per jamnya.
Pendapatan investor bakal meningkat dan pengembalian investasi serta pinjaman akan lancar.
Belajar dari KRL
Penerapan ganjil genap ini memang bertujuan mengurangi kemacetan dengan mengarahkan pengguna untuk memakai angkutan umum.
Djoko mengatakan, pada dasarnya masyarakat juga lelah dengan kemacetan. Energi banyak yang terbuang karena macet dan akhirnya masyarakat menjadi kurang produktif lantaran cepat lelah.
Untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum, Djoko mengajak pemerintah bisa melihat kisah sukses pengelolaan Kereta Rel Listrik (KRL).
Dia mengatakan, pada 2013, sekitar 300 ribu penumpang per hari menggunakan KRL. Tapi 2018, penumpang yang menggunakan KRL tiap harinya sudah hampir menyentuh 1 juta orang.
Walau masih harus berkendara ke stasiun terdekat, tapi penumpang rela. Apalagi, kata dia, kalau pemerintah menyediakan bus atau angkutan yang trayeknya melewati dekat perumahan atau permukiman pengguna. Untuk menarik minat pengguna jalan raya ke angkutan umum, tentunya angkutan umum harus bagus, tarifnya terjangkau dan nyaman.
"Jadi enggak usah contoh jauh-jauh ke luar negeri. Konsisten saja, bisa lebih luwes kok," kata dia.
Momentum untuk beralih ke angkutan umum bisa segera makin mudah nanti saat beroperasinya Light Rail Transit (LRT) dan angkutan massal lainnya. Tulus mengatakan, saat LRT sudah beroperasi, harus ada sistem pengendalian kendaraan pribadi secara permanen.
"Kalau tidak, maka sarana yang kita bangun dengan biaya mahal, utang pula, nanti enggak laku. Sayang sekali. Biar laku maka ada pengendalian kendaraan pribadi ke arah yang sama (pindah ke transportasi umum)," kata dia.