Drama para Rival, Airlangga Berkuasa Lagi di Golkar

Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto (kanan) bersama Bambang Soesatyo (kiri)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

VIVA –  Tok! Palu diketuk. Pimpinan sidang Musyawarah Nasional (Munas) X Partai Golkar melalui aklamasi mengesahkan Airlangga Hartarto untuk tetap menjadi nakhoda kapal kuning tersebut. Agenda besar tersebut tuntas. Partai Golkar akan melanjutkan perjalanan dengan nakhoda yang sama hingga lima tahun ke depan. 

Penetapan Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar disepakati setelah satu demi satu calon ketum yang sempat masuk bursa kandidat berguguran, juga menggugurkan diri. Pengunduran diri paling besar dilakukan oleh Bambang Soesatyo. Wakil Koordinator bidang Pratama DPP Golkar ini mundur dari bursa caketum Golkar pada Selasa, 3 Desember 2019, beberapa saat sebelum Munas Golkar dibuka. 

Politikus yang akrab disapa Bamsoet ini menyatakan mundur dengan alasan ingin menjaga keutuhan dan kesolidan partai Golkar. Padahal, Bambang Soesatyo yang sekarang menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), termasuk salah satu tokoh Golkar yang berpotensi untuk merebut posisi Ketua Umum Golkar dan menggantikan incumbent, Airlangga Hartarto. 

Bambang Soesatyo alias Bamsoet memiliki massa fanatik di tubuh Golkar. Ia juga sudah berkampanye, jauh hari sejak Munas belum digelar. Belasan baliho bergambar wajahnya tersebar di berbagai wilayah. Tulisannya jelas, "Bambang Soesatyo Untuk Golkar." 

Konon, dukungan untuk Bamsoet sudah meluas sehingga situasi di dalam internal Partai Golkar mulai memanas dan terpolarisasi dengan tajam. 

Embusan Istana 

Keputusan Bambang untuk mundur terjadi setelah ia bertemu dengan politikus senior Golkar sekaligus Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Dewan Pakar Agung Laksono dan Wakil Ketua Dewan Kehormatan Akbar Tanjung. Bamsoet juga telah menemui Ketua Umum Pemuda Pancasila Japto Soerjosoemarno dan Pontjo Sutowo.

"Saya memutuskan untuk tidak meneruskan untuk persatuan dan kesatuan Partai Golkar plus semangat kami dengan Pak Airlangga dan didampingi Pak Luhut, Dewan Pembina, Dewan Pakar memberikan nasihat agar rekonsiliasi," ujarnya, Selasa, 3 Desember 2019.

Kepada wartawan, Bambang Soesatyo menekankan, keputusan untuk mundur dari bursa caketum bisa membuat internal Golkar solid. Dia menilai, salah satu hal yang mesti dipertahankan saat ini ialah harapan dan iklim politik yang sudah kondusif, dan itu menjadi harapan semua pihak.

Bambang Soesatyo juga mengaku ingin mendahulukan kepentingan dan keutuhan Golkar. Meskipun sebenarnya titik kemenangan sudah terjangkau. 

"Kebesaran hati untuk menerima fakta politik, sangat dihargai. Kita semua tahu bahwa sebenarnya titik kemenangan sudah terjangkau. Tapi, sudahlah. Kita harus dahulukan kepentingan yang lebih besar yakni, keutuhan Partai Golkar," kata Bamsoet melalui pesan singkat kepada wartawan, Rabu, 4 Desember 2019.

Bambang membantah keputusannya untuk mundur dilakukan karena adanya tekanan dari dalam istana. Ia juga membantah tudingan bahwa Luhut B Pandjaitan ikut campur sehingga ia akhirnya mundur. Kepada wartawan, Bambang menyampaikan tiga alasan kuat sehingga ia memilih menghentikan laju untuk terus berkompetisi. 

"Pertama, adalah situasi yang panas di tubuh Partai Golkar. Kedua, keputusan itu diambil demi kondusivitas iklim politik Tanah Air. Demi kepentingan bangsa yang lebih besar, dan ketiga, demi soliditas partai," tutur Bambang.  

Selain Bambang, Luhut Pandjaitan juga membantah istana ikut campur dalam proses pemilihan Ketum Partai Golkar. Presiden Jokowi juga membantahnya. Saat memberikan sambutan dalam pembukaan Munas Golkar di di Hotel Ritz-Carlton, Jokowi menyinggung hal tersebut. 

"Ada yang bilang, katanya istana intervensi. Tidak ada. Saya berikan jaminan, tidak ada," ujar Jokowi saat menyampaikan sambutan dalam acara pembukaan Munas Golkar di Jakarta, Selasa malam, 3 Desember 2019.

Menurut Jokowi, kalau pun ada menterinya yang ikut campur mengumpulkan para DPD menjelang Munas Golkar, maka menteri itu tak lain adalah menteri-menteri dari Golkar sendiri. "Bisa saja Pak Agus (Agus Gumiwang) atau Pak Zainuddin Amali, atau Pak Jerry Sambuaga, atau Pak Luhut. Bisa saja," ujar Jokowi. 

Keputusan Bamsoet untuk mundur menuai pujian. Airlangga Hartarto hingga Jokowi menyampaikan pujian dan rasa terima kasih karena Bamsoet bersedia meletakkan kepentingannya demi kepentingan lain yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa. Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, Aburizal Bakrie (ARB) juga memuji langkah Bamsoet. 

ARB meyakini Bamsoet mengundurkan diri bukan karena ada kesepakatan tertentu mengenai posisinya di partai maupun pemerintahan. ARB yakin Bamsoet mundur karena ada alasan persatuan di Partai Golkar dan Bangsa Indonesia. ARB menambahkan kalau Bamsoet hanya mementingkan egonya saja, maka bisa mempengaruhi stabilitas politik. Hal itulah yang tidak diinginkan oleh Bamsoet sehingga memutuskan untuk mundur dari pencalonan partai.

"Beliau melihat, kalau terjadi satu keributan politik dalam Partai Golkar, maka politik nasional juga tidak tenang. Karena itu akan bisa mengganggu juga pembangunan nasional. Nah berdasarkan itulah beliau mengatakan ya sudah saya mundur dari pencalonan. Berjiwa besar," ujar ARB di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu, 4 Desember 2019.

Drama Mundur Caketum Lain

Langkah Bamsoet untuk mundur dari bursa caketum Golkar lalu diikuti dua tokoh Golkar lainnya yaitu Ketua DPP Golkar Indra Bambang Utoyo dan Agun Gunandjar. Indra mengundurkan diri beberapa saat setelah Bamsoet mundur. Ia mengaku mendukung Bambang, agar Golkar tak terpecah belah. 

"Saya menyatakan mundur dari pencalonan bakal caketum Golkar di Munas yang akan datang," ujar Indra di kawasan Jakarta Selatan, Selasa. 3 Desember 2019. Indra mengatakan bahwa pengunduran dirinya juga sebagai bentuk dukungan kepada Airlangga dan berharap Partai Golkar tak akan terpecah belah. 

Langkah Bamsoet dan Indra Bambang Utoyo kemudian diikuti oleh politisi senior Partai Golkar, Agun Gunandjar Sudarsa. Ia juga menyatakan mundur dari bursa calon ketua umum Partai Golkar. Agun mengatakan, ia memutuskan mundur setelah mendapat jaminan bahwa partai akan solid dan dijalankan secara demokratis. Alasan yang sama seperti yang diajukan oleh Bamsoet dan Indra Bambang Utoyo.

Kandidat calon Ketum Golkar awalnya ada sembilan yaitu Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Ridwan Hisjam, Ali Yahya, Achmad Annama, Indra Bambang Utoyo, Agun Gunandjar Sudarso, Derek Lopatty, juga Aris Mandji. Usai verifikasi, hanya lima calon yang dinyatakan memenuhi syarat yaitu Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Ali Yahya, Ridwan Hisjam, serta Agun Gunandjar. Belakangan, Agun Gunandjar dan Ali Yahya menyatakan mundur. 

Hingga akhirnya tersisa dua calon, yaitu Airlangga dan Ridwan Hisjam. Meski tak memilih mundur seperti caketum yang lain, namun Ridwan sadar ia harus memiliki minimal 30 persen dukungan dari peserta. Tapi ia memutuskan terus lanjut, sampai terbukti tak ada yang mendukungnya. 

Kamis dini hari, 5 Desember 2019, 558 pemilik suara dalam Munas Partai Golkar menerima laporan pertanggungjawaban dan mendukung penuh Airlangga untuk memimpin Partai Golkar periode 2019-2024. Dukungan penuh untuk Airlangga dengan sendirinya membuat Ridwan Hisjam tersisih, karena tak memperoleh dukungan hingga 30 persen sesuai persyaratan. 

Atas dasar itu Munas X Partai Golkar atas persetujuan forum, menetapkan secara aklamasi Airlangga Hartarto kembali memimpin Golkar.