Caplok Motorola, Kuasa Google Nyaris Sempurna

Google Earth
Sumber :

VIVAnews – Jagat bisnis digital dua hari ini digemparkan berita ini: raksasa Internet, Google Inc., membeli Motorola Mobility senilai US$12,5 miliar pada Senin waktu setempat, 15 Agustus 2011. Langkah tersebut tak lain untuk memenuhi ambisi mereka memenangkan persaingan bisnis ponsel pintar, setelah sukses dengan program Android di sejumlah produk mitranya.

Menurut harian Financial Times, kesepakatan itu membuat Google punya akses langsung atas lebih dari 17 ribu paten yang dikuasai Motorola dan 7.500 hak paten lain yang masih dalam proses. Ini merupakan modal besar bagi Google untuk berjibaku dengan Apple, Microsoft, Oracle, dan lain-lain dalam menghadapi sengketa hukum terkait penguasaan hak cipta atas teknologi komputer dan komunikasi.

Larry Page, salah seorang pendiri Google, optimistis bahwa kesepakatan dengan Motorola Mobility akan memberi tenaga super bagi pengembangan Android. Piranti lunak kreasi Google ini menjadi andalan sejumlah produk ponsel pintar ternama yang bersaing dengan Apple Inc. dan RIM, yaitu Samsung, HTC, LG dan lain-lain. 

Dengan kesepakatan terbaru ini, Google kini punya senjata ampuh untuk masuk pasar ponsel pintar. Menurut stasiun berita BBC, kontrak itu membuat harga saham Motorola Mobilty di Wall Street pada Senin sore waktu setempat, melambung 56 persen menjadi US$38,13 per lembar. Namun harga saham Google justru melemah 1,8 persen.

100 perusahaan

Sebelum mencaplok Motorola Mobility, Mashable mencatat, Google setidaknya telah membeli 100 perusahaan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Beberapa di antaranya merupakan perusahaan start-up, yang sudah memiliki komunitasnya sendiri.

Selain itu, Google juga membeli sejumlah perusahaan pembuat aplikasi dan software, yang memungkinkan Google merajai bidang teknologi informasi.

Berikut 10 pembelian perusahaan termahal yang pernah dilakukan Google, mengutip dari catatan Mashable:

10. dMarc Broadcasting: US$102 juta

9. On2 Technologies: US$133 juta

8. Slide.com: US$182 juta

7. Admeld: US$400 juta

6. Postini: US$625 juta

5. ITA Software: US$700 juta

4. AdMob: US$750 juta

3. YouTube: US$1,65 milyar

2. DoubleClick: US$3,1 milyar

1. Motorola Mobility: US$12,5 milyar

Pembelian Motorola merupakan akuisisi teranyar dan termahal yang dilakukan Google. Sebelum dicaplok, Motorola hanya merupakan salah satu dari 39 perusahaan pembuat ponsel yang menggunakan sistem operasi Android milik Google. 

Google diperkirakan ingin semakin menyaingi Apple, yang saat ini merajai pasar ponsel dengan iPhone-nya. Walau iPhone merajai pasar ponsel, Android tercatat masih menguasai pasar di sistem operasi ponsel. 

Lalu, apa kata kompetitor Motorola?

Seperti diketahui, selama ini Android juga digunakan di sejumlah ponsel, antara lain Samsung, HTC, Sony Ericsson, dan LG. Namun, meski Google kini sudah punya ponsel sendiri, para produsen ponsel itu tidak khawatir dan menyatakan dukungannya atas langkah Google mencaplok Motorola.

Yang jadi soal, apakah dukungan itu tetap akan diberikan dalam beberapa tahun ke depan? 

Selama ini, perusahaan-perusahaan itu telah menjual jutaan ponsel berbasis Android. Sejumlah analis memperkirakan pembelian Motorola bisa merenggangkan hubungan Google dengan para produsen ponsel yang selama ini menjadi partner mereka.

Selama ini, mereka telah membantu Google merajai pasar sistem operasi. Android tercatat merupakan sistem operasi paling banyak digunakan di dunia, mengalahkan iOS milik iPhone dan Symbian milik Nokia.

"Mereka tidak bisa terlalu antusias, ketika akhirnya sadar mereka tidak lagi berpartner tapi akan berkompetisi dengan Google," kata Michael Gartenberg, Direktur Riset di perusahaan riset teknologi Gartner, seperti dikutip New York Times. "Seperti apapun Google memelintir kata, mereka tetap akan bersaing." 

Apa lagi?

Setelah punya sistem operasi, punya aplikasi, konten, dan ekosistemnya, lalu kini perangkat ponsel sendiri; apa lagi yang disasar Google?

Menurut Dolly Surya Wisaka dari Multiply Indonesia, akuisisi Motorola Mobility oleh Google membuat keyakinannya akan arti strategis empat pilar e-ecosystem semakin terbukti. Yang dimaksud adalah akses, terminal/device, content, dan aplikasi.

“Saya pribadi tidak begitu kaget ketika Google membeli Motorola Mobility,” kata Dolly. “Sebagai sesama perusahaan Amerika, sangat wajar jika Google dan Motorola bersinergi. Keduanya sama-sama saling membutuhkan.” 

Dolly menilai Motorola Mobility--sebagai unit usaha Motorola--sangat membutuhkan naungan platform yang benar-benar siap mempersenjatai sistem operasi dalam perangkat mereka. Sedangkan Google butuh device yang bisa “digoreng" agar lebih kompetitif di market.

"Tanpa canggung Google melakukan gebrakan ini karena tidak ingin mengalami nasib seperti Nokia yang akhirnya tidak lagi kompetitif untuk kelas smartphone," kata Dolly.

Dengan business model Android seperti saat ini, kata Dolly, Google merasa masih belum puas karena mereka masih menginginkan lebih banyak fitur dan add-on untuk melengkapi ekosistem yang sudah mereka ciptakan.

Dari sisi aplikasi dan konten, Google sudah menggurita. Mulai dari search engine, Gmail, blog, media konten (YouTube), sampai ke media-sosial sudah mereka ciptakan, walau belum mereka berhasil kuasai 100 persen. Yang kurang tinggallah device. Walau dengan platform Android yang sudah meraksasa, Google masih tak punya tangan untuk mencengkeram pasar device.

Yang patut diacungi jempol—atau bagian dari strategi mereka mengantisipasi ancaman di atas--Google tetap pada komitmennya untuk tetap menjadikan Android sebagai open source dan bisa tetap digunakan oleh para produsen ponsel lainnya.  

Lalu bagaimana dengan pilar yang satunya: akses?

Percaya atau tidak, kata Dolly, ada kemungkinan Google bakal mengakusisi pemain akses, dalam hal ini adalah perusahaan telekomunikasi. "Mari kita tunggu tanggal mainnya.” (kd)