Pesan Teror dari Toilet ITC Depok

Ledakan Bom Terjadi di ITC Depok
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo

VIVA.co.id - Suasana di beberapa pusat perbelanjaan di wilayah ibu kota Jakarta dan kota-kota di sekitarnya sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Sejumlah petugas kepolisian bersenjata dan berpakaian lengkap terlihat bersiaga. 

Setiap pengunjung diperiksa, baik yang membawa barang, ataupun yang lenggang kangkung di antara penjaga. Hal serupa juga terlihat di beberapa kantor dan kedutaan besar asing di Jakarta. Utamanya kedutaan besar milik negara Eropa, Australia  dan Amerika.

Jumlah petugas keamanan di objek vital itu terlihat lebih banyak dari sebelumnya. Masyarakat pun bertanya, ada apa di ibu kota hingga begitu ketat di jaga?

"Pengamanan lebih ditingkatkan, tidak hanya di pusat perbelanjaan tapi juga di hotel dan kantor kedutaan besar. Ini kami lakukan agar jangan sampai masyarakat merasa ketakutan," kata Direktur Pengamanan Objek Vital Polda Metro Jaya, Kombes Pol Mulyadi Kaharni, Selasa 24 Februari 2015.

Ledakan ITC Depok


Ketenangan masyarakat ibu kota kembali terusik dengan adanya aksi teror di pusat keramaian kota. Semua berawal dari adanya ledakan atau letupan sebuah benda misterius yang terjadi di pusat grosir ITC Depok, Senin petang, 23 Februari 2015.

Polisi menyatakan ledakan itu hanya letupan kecil dan serupa dengan letusan balon udara.

"Memang terjadi letusan atau ledakan. Namun, dalam skala kecil sehingga dipastikan tidak ada korban jiwa dalam ledakan itu," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Martinus Sitompul.


Namun, masyarakat sudah terlanjur dilanda keresahan dan ketakutan yang tak mungkin lagi terbendung. Apalagi, benda yang meledak di ITC Depok sangat mirip dengan sebuah bom rakitan yang dirangkai oleh seorang peracik bom profesional.

Kepolisian masih terus mendalami keterkaitan antara ledakan di ITC Depok dengan serangkaian aksi teror bom yang pernah terjadi di wilayah ibu kota.

Dari serangkaian aksi teror yang pernah terjadi, polisi mengarahkan dugaan adanya kemiripan antara ledakan benda di ITC Depok dengan temuan paket bom di Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, yang ditemukan sehari sebelumnya, Minggu dini hari, 22 Februari 2015.

"Mengingat waktu yang hampir bersamaan, kemudian terjadi di luar Jakarta, dengan paket-paket tersebut, bisa saja ada keterkaitan yang terjadi di Depok dan Bekasi," ujar Martinus Sitompul.

Dari rangkaian jarak dan waktu yang berdekatan itu, polisi semakin yakin ada pesan tertentu yang ingin disampaikan pihak tertentu dengan menebar aksi teror.

Namun demikian, Martinus tetap memastikan akan tetap menunggu hasil penyelidikan yang kini terus dilakukan. "Tentu, semuanya kami masih menunggu prosesnya yang berjalan, untuk mengetahuinya," katanya.

Sementara ini menurut Martinus, pelaku diduga hanya ingin membuat resah dan menciptakan ketakuan di masyarakat.

Karena, tidak ada pesan khusus dari paket diduga bom yang ditinggalkan di toilet pria di lantai II ITC Depok itu.

"Kalau ada pesan khusus (dari pelaku pembuat bom) belum ada informasi seperti layaknya di luar negeri, tapi bagi kami hal ini adalah bagian dari teror," katanya.

Pesan ITC Depok sampai Istana

Ketakutan yang dirasakan masyarakat Kota Depok khususnya dan ibu kota Jakarta pada umumnya akhirnya sampai juga ke petinggi negeri ini di Istana Negara sana.

Hanya dalam hitungan jam, Presiden Joko Widodo sudah mendapat laporan terkait adanya ledakan di ITC Depok itu.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM, Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, Presiden Jokowi sudah mendapatkan semua informasi tentang teror itu.

"Sudah (dilaporkan ke Presiden) semalam," kata Tedjo Edhy Purdijatno di Kompleks Istana Kepresidenan.

Ledakan dengan skala kecil itu ternyata ditanggapi serius, petinggi Istana Negara menyatakan telah mengerahkan intelijen negara di bawah BIN untuk terus mendalami ledakan itu.

"Ya, kita waspada, masih didalami oleh BIN," ujar dia.

Indonesia dan Teror Bom

Teror bom bukan hal yang baru mengguncang nusantara, dalam beberapa tahun terakhir ini, teror bom seolah sudah menjadi penghias dari rasa takut masyarakat.

Sudah banyak pelaku teror yang ditangkap bahkan juga telah menjalani eksekusi mati seperti trio bomber Bali, Imam Samudera, Ali Gufron dan Mukhlas. Tapi, pelaku teror seolah tak pernah henti beraksi meski berkali-kali pula diperangi.


Aksi teror bom di Indonesia terjadi di berbagai tempat, mulai dari pusat pelanjaan seperti bom di Atrium Senen tahun 2001, tempat hiburan seperti bom di Sari Club Bali tahun 2002, di tempat ibadah seperti bom di Masjid Polresta Cirebon 2011 dan di kedutaan besar seperti di Kedubes Australia 2004.

Sementara, ledakan di ITC Depok bukan teror bom pertama kali terjadi di Kota Depok. Karena tiga tahun lalu, tepatnya September 2012, sebuah bom berdaya ledak tinggi meledak Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara di Jalan Nusantara Raya, Beji, Depok. Seorang pria yang diduga sebagai peracik bom tewas dalam ledakan bom Beji itu.

Menurut peneliti terorisme Universitas Indonesia, Ridlwan Habib serangkaian teror bom yang terjadi di Kota Depok menandakan Depok masuk dalam kategori wilayah penyangga bagi kelompok yang pro dengan tindak kekerasan.

"Saya mengingatkan pada 8 September 2012 terjadi bom di rumah yatim Bidara Beji, Depok. Pelaku yang masih hidup sudah divonis penjara 5 tahun dan 8 tahun," katanya.

Karena itulah, Habib mengingatkan, sekecil apapun ledakan yang terjadi di ITC Depok, polisi tidak boleh menyepelakannya.

"Bagaimana pun juga ini adalah teror bagi warga dan pelakunya harus segera ditangkap. Polisi tidak boleh meremehkan sekecil apa pun ancaman, bahkan sekedar lemparan kerikil ke mobil wali kota itu sudah teror, apalagi ini bom di pusat aktivitas warga,"ujarnya.

Kelompok bom Beji, kata Ridlwan, sering disebut sebagai kelompok Torik, yakni kelompok yang berjejaring dengan kelompok Solo dan Poso. Kelompok bom Beji ini di pengadilan mengakui akan melakukan sebuah penyerangan simultan di Markas Brimob dan Istana Negara.

Analisa Ridlwan, pemilihan Kota Depok sebagai daerah pilihan bagi yang pro terorisme dilandasi beberapa alasan, yakni karena wilayah ini dekat dengan Ibu Kota Jakarta dan masyarakatnya relatif sibuk.

Masing-masing mempunyai aktivitas harian yang padat sehingga interaksi dengan sesamanya kurang. Selain itu, di Depok banyak indekos mahasiswa dan asrama yang memungkinkan kelompok pro-terorisme berbaur dan menyamar sebagai mahasiswa.

"Wali Kota Depok dan Polres Depok sebaiknya segera melakukan sosialisasi dan menenangkan warga. Juga agar ada kepedulian di lingkungan masing-masing," katanya.