Pemimpin dan Gedung Baru, Adakah Gebrakan Baru KPK?

Jokowi Resmikan Gedung Baru KPK
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
- Di penghujung 2015 ini, rumah Komisi Pemberantasan Korupsi serba baru. Mulai dari punggawanya hingga ke gedung nan megah menjadi ciri baru di lembaga antirasuah tersebut.

"KPK harus dijaga sebagai lembaga yang independen yang bebas dari pengaruh-pengaruh kekuatan politik," pesan Jokowi di peresmian gedung baru Komisi Pemberantasan Korupsi, Selasa 29 Desember 2015.

Pesan itu begitu kuat sekaligus menjadi pisau tajam bagi komisi antirasuah ke depan. Meski diakui KPK kini tengah limbung dengan beragam polemiknya sepanjang pemerintahan presiden ketujuh tersebut.

Namun, pernyataan Jokowi telah memahat pesan dalam kepada punggawa KPK yang baru. Di tangan Agus Rahardjo yang kini didapuk menjadi Ketua, KPK harus membawa semangat baru dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

"Saya harap momentum ini akan bisa membawa semangat baru momentum pemberantasan korupsi di Tanah Air. Semangat baru yang tidak pernah padam. Semangat baru inilah yang bisa menggerakkan kita semua untuk melawan korupsi," kata Jokowi.

Jokowi mengakui jika dalam 12 tahun perjalanannya, nama KPK begitu teguh di mata publik. Karena itu, apa yang sudah dibangun tersebut harus dipertahankan oleh lima pimpinan baru KPK terpilih.

Susilo Bambang Yudhoyono yang ikut hadir dalam peresmian gedung baru milik KPK tersebut, ikut menyampaikan harapannya ke lembaga ini. "Kita ingin negara kita bersih (dari korupsi). (dan) KPK adalah tulang punggung untuk itu," kata Presiden RI keenam tersebut.

Menaruh Harapan

Sepanjang 2015, harus diakui KPK cukup limbung dengan beragam masalah yang menerpanya. Kehadiran Jokowi bak menjadi duri bagi KPK.

Maklum, di masa Jokowi juga konflik antara KPK dan Polri kembali meretak lebar. Usulan Jokowi yang mengajukan nama Komisaris Jenderal Budi Gunawan ternyata berbuah masalah.

Ketegangan tak berujung yang menguras perhatian pun bertahan hingga terbuangnya dua pimpinan KPK, Abraham Samad dan Bambang Widjojanto.

Lantas apakah ketegangan ini kembali lahir seusai masanya Samad dan Bambang? Sepatutnya memang jangan sampai terjadi.

Namun, bila merujuk kelima pimpinan KPK yang baru dan segala kompetensinya, besar kemungkinan tidak akan ada konflik serupa antara sesama lembaga penegak hukum tersebut.

Maklum banyak pihak beranggapan komposisi lima pimpinan KPK yang digawangi Agus Rahardjo, Basaria Pandjaitan, Alexander Marwata, Saut Situmorang dan Laode Muhammad Syarif, sepertinya dianggap menebar 'damai' antara sesama penegak hukum.

"Banyak kepentingan di situ (pimpinan KPK terpilih)," kata mantan Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto.

Entah isyarat apa yang disampaikan mantan petinggi KPK tersebut, namun pesan 'kompromi' ini memang menjadi pertanda bahwa tidak akan ada perseteruan serupa di tubuh KPK, Polri atau pun Kejaksaan Agung.

Semangat Dwiwarna

Di balik itu, jika menilik dari kacamata shio China, tahun 2016 adalah tahun Monyet Api. Konon tahun ini disebut-sebut membawa energi besar dan peruntungan yang baik.

Tentu ini mungkin bisa menjadi kabar baik bagi KPK. Lima punggawa baru dengan komposisi salah seorangnya adalah perempuan mungkin bisa membawa peruntungan baik bagi lembaga ini.

Apalagi kini setelah sejak 2008 tertahan memiliki fasilitas dan gedung baru, kini KPK seperti diberi kado menyejukkan. Sebuah gedung nan megah bernama 'Dwiwarna' menyambut lima pimpinan barunya.

Dwiwarna sendiri dibangun di atas lahan seluas 8.663 meter persegi yang merepresentasikan keamanan (secure), smart dan green.

Secure artinya bahwa gedung ini didesain dengan mengatur ruang secara vertikal yang memisahkan area publik dengan area kerja atau terbatas. Selain itu juga dilengkapi oleh peralatan pasif berupa akses kontrol dan kamera serta pengamanan aktif petugas keamanan.

Untuk konsep smart diwujudkan dengan sistem keamanan terintegrasi berupa kamera pengawas, akses kontrol, manajemen pengunjung dan penjagaan.

Sedangkan untuk green melingkupi, penghematan penggunaan energi antara lain penggunaan air hujan untuk toilet dan penyiraman tanaman hingga pun ke sistem penghematan energi di ruangan.

"Tentunya (gedung baru) akan jadi semangat baru untuk KPK dalam menjalankan tugasnya," kata Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan.

Yang pasti, kehadiran gedung baru dan punggawa barunya jangan sampai justru memanjakan KPK dalam memangkas korupsi. Maklum, rekor KPK dalam membongkar segala macam skandal korupsi di Indonesia memang sudah menjadi harapan baru bagi publik.

Lihat saja sejak lembaga ini didirikan pada tahun 2002, beberapa nama besar pernah diseret lembaga ini. Seperti Kepala Korps Lalu Lintas Irjen Pol Djoko Susilo yang tersangkut proyek simulator Surat Izin Mengemudi.

Lalu, Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hassan Ishaaq yang terganjal di pengurusan kuota impor daging di Kementereian Pertanian. Luthfi pun dijebloskan 16 tahun penjara atas kasus ini.

Berikutnya Rudi Rubiandini. Mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Migas yang sering disebut-sebut bersih ini ternyata terbukti menerima suap dari Kernel Oil US$400 ribu.

Selanjutnya Ratu Atut Chosiyah. Siapa yang tak kenal ratu asal Banten ini. Dengan kekuasaannya yang menggurita ternyata tak cukup tangguh melawan KPK. Politikus Golkar ini pun mencicipi vonis empat tahun penjara.

Miranda S Goeltom, pejabat di Bank Indonesia ini pun ikut diseret KPK. Siapa sangka ia terbukti menerima suap dalam pemilihan Deputi Senior Gubernur BI.

Tak luput besan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Aulia Pohan. Deputi Gubernur BI ini pun divonisempat tahun enam bulan atas perkara suap.

Kemudian Muhammad Nazarudin, Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Trio ini diseret paksa KPK atas skandal korupsi mereka. Jagat politik Indonesia seketika gempar dari kasus ketiganya.

Dan terakhir yang tak kalah hebohnya adalah penangkapan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar dan Menteri Agama Suryadharma Ali. Sekali lagi publik dibuat terperangah, sosok yang selama ini dinilai bersih oleh publik ternyata tak lepas dari aroma korupsi.

Tentu, gemilangnya kerja KPK tersebut menjadi amanah besar bagi Agus Rahardjo dan kawan-kawan Harapan kepercayaan publik di KPK menjadi hal yang akan diuji publik pertama kali terhadap KPK.

Seperti pesan mantan pelaksana tugas Pimpinan KPK Johan Budi SP, "Saya kira publik tidak boleh menilai secara ekstrem ya. Jangan tidak percaya, nggak boleh juga. Kita lihat dulu kinerjanya seperti apa." (umi)