Ratna Sarumpaet

aktivis
Tarutung, Sumatera Utara, 16 Juli 19493
s/d
Sekarang

Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) ini memulai kariernya dari dunia drama dan teater. Ia penulis, pemain, sekaligus drama director. Temanya banyak mengambil tentang HAM, perlawanan terhadap kekerasan pada wanita, dan kebebasan berpendapat dan berkumpul.

Tak heran, Ratna Sarumpaet terlihat banyak di tengah demonstran untuk menuntut koruptor, penggusur rakyat, penindas, dan penguasa yang sewenang-wenang. Pada 10 Maret 1998, seperti ditulis dalam akun facebooknya, ia memimpin demonstrasi Alinasi Pro Demokrasi untuk menuntut Presiden Soeharto mundur. Bahkan yang terbaru, pada 2016, ia juga sering mendemo Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok karena dianggap sering menggusur pemukiman warga.
 
Sikap lantang dan berani perempuan kelahiran Tarutung, Tapanuli Utara, 16 Juli 1966 ini tak jauh dari orangtuanya yang dikenal sebagai politikus dan aktivis. Ratna adalah anak kelima dari sembilan bersaudara dari pasangan Saladin Sarumpaet dan Yulia Hutabarat. Ratna menikah dengan Achmad Fahmy Alhady dan bercerai. Dari pernikahan mereka dikaruniai empat orang anak.

Ratna Sarumpaet dibesarkan di keluarga Batak Kristen. Lahir dari darah keturunan keluarga Batak, membuat Ratna kecil sangat dididik untuk menjadi disiplin apalagi sang ayah adalah mantan pejuang kemerdekaan dan mantan Menteri Pertanian pada masa Pemerintahan Revolusi Indonesia.

Ayahnya merupakan aktivis politik yang pernah mendirikan sebuah partai bernama Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Sang ibu juga pernah memimpin gerakan perempuan Tapanuli yang memperjuangkan kedudukan perempuan dalam tubuh Huria Kristen Batak Protestan(HKBP) yang kebanyakan adalah kaum lelaki. Ibunya adalah sahabat karib dari Mohammad Hatta dan pernah menjabat  ketua Persatuan Wanita Kristen Indonesia.

Ratna kecil menganyam pendidikan SD Negeri di daerah Tarutung, setelah lulus SD, ia dan keluarga besar pindah ke Yogyakarta, dan di sana lah Ratna meneruskan pendidikannya di SMP BOPKRI. Setelah 3 tahun menetap di Yogyakarta, Ratna dan keluarga pindah untuk kedua kalinya ke Jakarta dan melanjutkan SMA nya di PSKD I.

Lulus SMA, Ratna yang berumur 19 tahun masuk ke Universitas Kristen Indonesia (UKI)  mengambil jurusan arsitek, namun ia memutuskan untuk berhenti kuliah dan memutuskan untuk belajar dunia seni dan teater di Taman Ismail Marzuki (TIM).

Dia memilih dunia seni dan teater karena masih ada kaitannya dengan prinsip orang tuanya agar melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat. Kalau ayahnya melalui partai paolitik, Ratna  melalui dunia teater.

Ratna muda nekat dan belajar teater secara otodidak dari WS Rendra, debut pertama pementasannya berjudul Rubayat Umar Khayam dan sejak itu banyak hasil karyanya dipentaskan di atas panggung teater.

Berawal dari naskahnya "Marsinah" yang ia tulis berdasarkan peristiwa  terbunuhnya buruh wanita saat itu, ia turut mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari berbagai pihak dan dikenal sebagai seorang pejuang Hak Asasi Manusia.  Selain  berkecimpung di dunia teater, Ratna juga melibakan di dunia perjuangan HAM. Dalam perjalanan hidupnya, dia memeluk agama Islam.

Ia banyak menangani kasus yang ia kerjakan secara suka rela untuk membantu mereka yang menuntut kebenaran yang ada. Tak heran bila Ratna sering ditemukan di antara kerumunan demonstran untuk menuntut kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. Atas kepeduliannya terhadap orang-orang tertindas, beragam penghargaan ia raih dari dunia internasional.

KELUARGA      
Suami            : Achmad Fahmy Alhady (bercerai)
Anak              : Mohammad Iqbal Alhady
                        Fathom Saulina
                       Ibrahim Alhady
                       Atiqah Hasiholan

PENDIDIKAN:
SD Medan dan Yogyakarta, 1985
SMP Yogyakarta BOPKRI, 1962
SMA Jakarta PSKD I
Fakultas Teknik Arsitektur UKI Jakarta (tidak tamat)
Fakultas Hukum UKI Jakarta (tidak tamat)

KARIER:
Ketua DKJ, 2003-2006
Editor Film bekerjasama dengan MGM, Los Angeles, 1985-1986
Penulis skenario dan sutradara, 1977-1987
Anggota/Pengurus International Women Playwright
Anggota Kehormatan PEN International
Pendiri Ratna Sarumpaet Crisis Center

FILM:
Jamila & Sang Presiden (Skenario & Sutradara), 2009
Rumah Untuk Mama (Skenario & Sutradara), 1991
Ballada Orang-Orang Tercinta (Skenario),1990
Lulu (Skenario & Sutradara), 1989
Sebuah Percakapan (Skenario & Sutradara), 1985

NOVEL:
Maluku Kobaran Cintaku, 2010

DRAMA:
Pelacur dan Presiden (Naskah & Sutradara), 2006
Anak-Anak Kegelapan (Naskah & Sutradara), 2003
Alia
Luka Serambi Mekah (Naskah & Sutradara), 2000
Marsinah Menggugat (Naskah & Sutradara), 1997
Pesta Terakhir (Naskah & Sutradara), 1996
Terpasung (Naskah & Sutradara), 1996
Marsinah: Nyanyian dari Bawah Tanah (Naskah & Sutradara), 1994
Dara Muning, (Naskah & Sutradara), 1993
Rubayat Umar Khayam (Naskah & Sutradara), 1974

PENGHARGAAN:
Penulis Skenario Terbaik Festival Film Bandung, 2010
Youth Prize Vesoul International Film Festival, France, Film Jamila & Sang Presiden, 2010
Public Prize Vesoul International Film Festival, France, Film Jamila & Sang Presiden, 2010
Penulis Skenario Terpuji Festival Film Bandung, untuk film Jamila dan Sang Presiden, 2010
Film Jamila & Sang Presiden Meraih Penghargaan The Network for themotion Asian Cinema dalam Festival Film Asiatica Mediale, Roma, Italia, 2009

Berita Terkait

Gegara Keluar Rumah saat Bali Rayakan Nyepi, Ratna Sarumpaet Ditegur Pecalang

Nasional

11 Maret 2024

Hashim Djojohadikusumo: Prabowo Satu Panggung Dengan Budiman Sudjatmiko Pekan Depan

Politik

10 Agustus 2023

Soal Ratna Sarumpaet, yang Baru Bebas dari Penjara karena Kasus Hoax

Nasional

28 Desember 2019

Usai Bebas, Ratna Sarumpaet Akan Rilis Buku dan Buat Film

Metro

27 Desember 2019

Ratna Sarumpaet Akui ‘Salah’ Masuk Tim Prabowo

Metro

26 Desember 2019
Share :