Mohamad Sohibul Iman

politikus
Tasikmalaya, Jawa Barat, 5 Oktober 19653
s/d
Sekarang

Pria lulusan doktor Jepang ini mengawali kariernya sebagai pegawai negeri sipil di bagian penelitian teknologi. Belum waktu masa pensiun, ia mengundurkan diri karena tuntutan kampus. Dari sana lah, Mohamad Sohibul Iman terjun ke partai politik.

Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat,  5 Oktober 1965 ini adalah anak kelima dari sembilan bersaudara yang tinggal di tengah kota Tasik, tepatnya di Lengkongsari. Ayahnya seorang pengusaha konveksi. Iman menikah dengan Uswindraningsih Titus.

Iman kecil menghabiskan masa SD hingga SMA-nya di kota kelahirannya di Tasik. Prestasi yang diraih Iman sejak ia duduk dibangku sekolah dasar sudah sangat membanggakan kedua orang tuanya. Ia selalu menjadi juara kelas dan siswa teladan hingga ia mendapatkan julukan kutu buku dari teman-temannya.

Saat di SMP 1 Tasikmalaya, ia pertama kalinya ditunjuk untuk mewakili sekolahnya mengikuti ajang pelajar teladan di tingkat kabupaten, ia menduduki peringkat III. Prestasi terus diraihnya. Begitu juga saat di SMA. Ia tembus sebagai pelajar teladan hingga Provinsi Jawa Barat, dan menempati peringkat ke II.

Berkat prestasinya, ia sempat dijanjikan oleh Gubernur Jawa Barat saat itu Aang Khunaefi untuk masuk ke Institut Teknologi Bandung (ITB) tanpa tes dan biaya. Sayang, janji tinggal janji. Iman kecewa dan tidak masuk ITB. Meski begitu, atas desakan orang tua dan guru ngajinya Iman terpaksa mendaftarkan dirinya ke Institut Pertanian Bogor (IPB) dan lolos melalui program PMDK.

Pada usia 20 tahun itulah dia meninggalkan kampung halamaannya untuk kuliah di Bogor. Iman tetap giat belajar meski jauh dari orang tuanya. Memasuki kuliah tahun kedua, ia mendapatkan informasi dari teman kuliahnya ada beasiswa di Jepang. Iman pun bersama dengan temannya untuk mengejar beasiswa mendaftar di Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).

Setelah dinyatakan lolos, pada umur 22 tahun, ia pergi ke Jepang Iman untuk menempuh studinya. Sebelum langsung di terlibat kuliah S1, Iman mengambil kursus bahasa selama setahun. Di sini mempelejari bahasa dan budaya Jepang.  Iman pun dengan tekun menyelesaikan studinya dari S1, S2, hingga S3 di Jepang dengan bidang ilmu dan teknologi.

Untuk mengasah kemampuan bahasa dan budaya Jepang, Iman pun mencoba menjadi penyiar di radio Jepang NHK. Dari sana lah komunikasi Iman lancar tidak hanya dengan orang Jepang, tapi juga dengan orang-orang Indonesia yang berada di Jepang.

Sekembali dari Jepang, Iman langsung bekerja sebagai peneliti di BAKOSURTANAL sebagai PNS, bagian kontrak perjanjian saa ikut beasiswa. Dia juga menjadi peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta dosen di beberapa perguruan tinggi.

Tidak mengikuti jejak sang ayah sebagai seorang pengusaha, Iman lebih sering bergelumut di dunia politik, ketika Era Reformasi bergulir pada tahun 1998, partai politik baru mulai bermunculan, Iman bergabung dengan Partai Keadilan (PK) yang kini menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Saat itu ada aturan bahwa PNS tidak boleh menjadi pengurus partai, maka akhirnya ia meneruskan kariernya menjadi peneliti di BPPT, dan Iman mendapatkan beasiswa program S3 ke Jepang. Dengan senang hati Iman kembali menuntut ilmu di Japan advance Institute of Science and Technology (JAIST) di Ishikawa Jepang spesialis kebijakan industri dan teknologi.

Pada bulan Mei 2004 Iman kembali ke Tanah Air dengan gelaran Ph.D dan bekerja menjadi peneliti BPPT. Dua kali Iman mendapatkan tawaran untuk mengelola Universitas Paramadina milik Cak Nur, tawaran pertama sempat ia tolak dan saat tawaran kedua akhirnya ia menerimanya dengan baik. Saat Cak Nur wafat, Iman dipercaya menjadi rektor Universitas Paramadina.

Saat itu, ia memilih untuk keluar dari zona amannya berhenti dari BPPT dan PNS. Iman mendedikasikan ilmu dan waktunya untuk kampus.
Kabar Iman sudah tidak menjadi PNS disambut hangat oleh koleganya di PKS, akhirnya Iman diajak kembali untuk bergabung ke PKS. Ia menjadi Ketua DPP PKS bidang Ekonomi, Keuangan, Industri, dan Teknologi (EKUINTEK).

Pada pemilu 2009, Iman terpilih menjadi anggota DPR RI. Karier politiknya mulai menaik. Fraksi PKS menunjuk dirinya sebagai Wakil Ketua DPR RI menggantikan Anis Matta yang mengundurkan diri pada tahun 2013 karena menjadi Presiden PKS.

Pada pemilu berikutnya, Iman terpilih kembali menjadi anggota dewan periode 2014-2019. Kariernya makin naik saat pergantian pimpinan PKS. Dalam Munas PKS 2015, ia ditunjuk menjadi presiden PKS masa khidmat  2015-2020. (Bel)


KELUARGA
Istri            : Uswindraningsih Titus

PENDIDIKAN
SDN Jajaway Tasik Malaya (1979)
SMPN 1 Tasikmalaya (1982)
SMAN 2 Tasikmalaya (1985)
Institude Pertanian Bogor 2 semester  (1985 – 1987)
Kursus Bahasa Jepang di Center for Foreign Language Studies, Takushoku University, Tokyo (1987 – 1988)
S1 Beasiswa Waseda University, Japan (1992)
S2 Takushoku University jurusan Engineering (1994)
S3 Japan Advanced Institute of Science and Technology (2004)

KARIER
Radio Jepang NHK, Penyiar, 1992 – 1994
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), 1994 – 1996
Amroos Law Consultant, Konsultan Hak Paten, 1996-1998
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Peneliti, 2004 – 2005
Universitas Paramadina, Rektor, 2005-2007
PT. EdWar Technology, Konsultan Teknologi, 2007-2009
Ketua DPP PKS bidang Ekonomi, Keuangan, Industri, dan Teknologi (EKUINTEK)
Anggota DPR RI-Fraksi PKS, 2009-2014
Wakil Ketua DPR RI, 2013-2014
Presiden PKS, 2015-2020

Berita Terkait

Said Didu Harap Jokowi Marahi Menteri Bukan Mau Tutupi RUU HIP

Nasional

29 Juni 2020

Tunjukkan Hasil Tes Narkoba, Sikap Bintang Emon Tuai Pujian

Nasional

16 Juni 2020

Presiden PKS Temui Prabowo Malam Ini

Politik

22 Oktober 2019

Sohibul Iman Telat Datang ke Polda, Alasannya 'Tawaf' Dulu

Nasional

23 Oktober 2018

PKS Sebut Gempa Sulteng Lebih Prioritas Ketimbang Forum IMF-World Bank

Nasional

7 Oktober 2018
Share :