Apresiasi Perjenjangan Buku, Pegiat Literasi: Memudahkan Orang Tua
- Dok. Kemendikbudristek
VIVA – Kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam mendorong kemampuan literasi sebagai kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik di Indonesia mendapatkan apresiasi dari sejumlah pemangku kepentingan. Kebijakan yang tertuang dalam perjenjangan buku ini semakin memudahkan bagi orang tua murid untuk memberikan bacaan yang sesuai dengan kemampuan anaknya.
Pegiat literasi serta inisiator Buibu Baca Book Club, Puty Puar, mengatakan selama ini orang tua sering kali mengalami kebingungan dalam memilihkan buku bacaan untuk anak. Dengan adanya perjenjangan buku, orang tua dapat lebih mudah mengidentifikasi buku yang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan anak dalam membaca.
“Bagus banget buku diberikan kategorisasi melalui perjenjangan buku. Selama ini sering kali banyak orang tua yang bingung dan bertanya memilih buku buat anak itu bagaimana. Karena kalau anak yang belum terbiasa membaca diberikan buku dengan kata yang terlalu panjang akan cepat discouraged. Tetapi jika buku terlalu mudahpun anak akan cepat bosan,” kata Puty, di Jakarta (14/9).
Perjenjangan buku merupakan padu padan antara buku dan pembaca yang disesuaikan dengan kemampuan membacanya. Perjenjangan buku memiliki dua karakteristik, yakni buku ramah cerna (decodable book) dan buku berjenjang (leveled book). Adapun klasifikasi dalam perjenjangan buku memiliki lima tingkatan besar, dimulai dari jenjang A untuk klasifikasi pembaca dini hingga jenjang E bagi klasifikasi pembaca mahir.
Pegiat literasi, Sofie Dewayani, menambahkan literasi adalah kecakapan untuk berpikir yang berangkat dari kemampuan seseorang untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi dan merefleksikan teks bacaan. Untuk menjadikan anak yang memiliki kemampuan literasi, maka harus diawali dengan menumbuhkan motivasi atau minat membacanya terlebih dulu.
“Tidak mungkin seseorang mampu membaca apabila tidak ada minat. Maka dari itu, perjenjangan buku ini sangat bermanfaat karena setiap anak dengan kemampuan membacanya akan mendapatkan buku yang tepat untuknya. Setelah itu, anak-anak pun akan senang datang ke sekolah serta senang untuk melihat-lihat dan memilih buku sendiri, sehingga motivasi belajarnya pun meningkat,” jelas Sofie.
Dampak positif dari kebijakan perjenjangan buku juga dirasakan langsung Kepala Sekolah SD Negeri Iyameli, Alor, Nusa Tenggara Timur, Via Wata Legimakani. “Dengan adanya program perjenjangan buku ini, saya rasa akan ada perubahan baik di daerah terpencil, khususnya di daerah saya,” ujar Legimakani.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, menjelaskan saat ini Kemendikbudristek banyak mengembangkan buku. Tidak hanya buku teks, tetapi juga buku bacaan. Buku-buku tersebut juga sudah melalui proses kurasi dan perjenjangan buku.
“Jadi tinggal mencocokkan buku untuk membaca level apa, apakah pembaca dini, atau sudah pembaca madya, atau sudah pembaca mahir. Kemendikbudristek punya laman buku.kemdikbud.go.id yang isinya bukan hanya buku teks, tapi juga ada buku-buku bacaan yang menarik,” tutup Anindito.