Trik Jitu Hadapi Teror Suporter Bulutangkis China

Para suporter China
Sumber :
  • Tak Review

VIVA – Hari pertama gelaran Fuzhou China Open BWF World Tour Super 750 berlangsung panas lantaran sejumlah pebulutangkis papan atas dunia harus langsung tersingkir di laga perdana mereka, Selasa 5 November 2019. Sektor tunggal pun memunculkan sejumlah kejutan yang jadi sorotan.

Di tunggal putri, juara dunia 3 kali dan pemilik medali emas Olimpiade Rio 2016 Carolina Marin terpaksa langsung angkat koper dari arena Haixia Olympics Sports Center, kota Fuzhou, China. Bintang asal Spanyol tersebut memutuskan mundur di game kedua laga kontra unggulan utama, Tai Tzu Ying, 21-16 dan 13-1.

Kekalahan di laga pembuka juga harus dialami juara dunia tunggal putri 2019 asal India, Pusarla V Sindhu. Pemilik medali perak Olimpiade Rio 2016 itu secara mengejutkan disingkirkan wakil Taiwan, Pai Yu Po dengan rubber game, 13-21, 21-18 dan 19-21.

Dua situasi tersebut seolah jadi gambaran betapa kerasnya persaingan pada turnamen berhadiah total US$700.000 itu. Hal ini jadi bukti bahwa berlaga di hadapan publik Negeri Tirai Bambu kerap dibutuhkan kualitas dan mentalitas ekstra mengingat armada tuan rumah memiliki deretan maestro tangguh dan penonton fanatik.

Sony Dwi Kuncoro, tunggal putra veteran Merah Putih peraih gelar juara China Masters Super Series 2008 atau yang sekarang dikenal dengan nama turnamen Fuzhou China Open itu coba mengungkapkan pengalamannya mengatasi tekanan suporter tuan rumah China.

“Sebenarnya buat pemain profesional apalagi kelas dunia itu main dimana saja itu sama kayak kandang-tandang. Ya di China memang penontonnya ramai, tapi tetap lebih heboh di Indonesia,” ungkap Sony kepada VIVA.

“Sama halnya kayak pemain luar main di Indonesia. Ya suporter di sini juga buat mereka ujian mental bagaimana menghadapi situasi tekanan pertandingan, psikologis pemain itu bakal seperti apa, kuat atau tidak,” jelas Sony.

Meski demikian, rupanya sejumlah pemain yang pernah berhasil merebut gelar di turnamen-turnamen yang digelar di China mengaku punya caranya sendiri-sendiri dalam mengatasi sindrom bermain “di kandang macan”.

“Walaupun banyak sekali yang bilang kalau main China itu seperti main di kandang macan atau yang macam-macam lainnya, itu mitos saja. Buat saya kalau kita ada keinginan kuat dan konsentrasi yang bagus terus bisa mengatasi semua kondisi di lapangan, termasuk juga menjaga asupan makanan kita, pasti hasilnya bagus juga,” ujar Sony.