Menguak Fakta, Proses Mike Tyson Jadi Manusia Paling Jahat di Bumi

Mike Tyson
Sumber :
  • Instagram/miketyson

VIVA – Sudah 15 tahun lebih Mike Tyson pensiun dari dunia tinju, namun kengeriannya masih selalu terngiang di benak para pecinta olahraga eksterem itu. 

58 pertarungan dengan menang 44 kali dan hanya kalah enam kali adalah rekor yang ia ciptakan selama 1985 hingga 2005. Juara dunia termuda kelas berat dengan usia 20 tahun, 4 bulan, 22 hari, serta titel kelas berat WBA, WBC, dan IBF adalah capaian dari si Leher Beton. 

Tyson dijuluki sebagai salah satu petinju kelas berat paling menakutkan dalam sejarah tinju. Manusia paling jahat di bumi juga melekat kepadanya karena kemenangan-kemenangan fenomenal yang diraihnya.

Status itu tidak diraihnya secara instan. Adalah Cus d’Amato, seorang pelatih legendaris yang menanamkan insting pembunuh kepadanya.

Namun menariknya, kebrutalan Tyson ditemukan secara tidak sengaja oleh Cus d’Amato. Pada saat muda, Tyson yang hidup di lingkungan chaos di Brooklyn, New York sudah 38 kali terjerat hukum pada usia 13 tahun.

Prilakunya yang jahat di berbagai rumah tahanan remaja akhirnya membawanya ke Tryon School for Boys. Di sana ia bertemu dengan seorang penasihat untuk tahanan remaja, bernama Bobby Stewart.

Setelah mengubah perilakunya di dalam tahanan dan membuktikan bahwa dia ingin belajar, Tyson mulai berlatih dengan Stewart.

Stewart tidak ingin pekerjaannya sia-sia ketika waktu Tyson dibebaskan. Dia memperingatkan Tyson soal dua kemungkinan di luar tahanan yaitu masuk penjara lagi atau masuk kamar mayat.

Jadi Stewart memutuskan untuk membawa Tyson ke Cus d’Amato, seorang pria yang telah membuat Floyd Patterson ke kejayaan tinju kelas berat pada tahun 1956.

"Saya diperkenalkan Stewart ke Cus dan dalam sedetik saya bisa melihat bahwa dia benar-benar mengendalikan segalanya di sana," kata Tyson dalam otobiografinya, dikutip TalkSport.

“Dia baru selesai membersihkan kamarnya. Dia menjabat tangan saya dan tidak ada sedikit pun senyum di wajahnya. Dia juga tidak menunjukkan emosi," sambungnya.

Saat berkenalan, Tyson tak langsung diterima sebagai murid d’Amato. Dia harus bertarung dengan Stewart tiga ronde di depan d’Amato untuk membuatnya terkesan.

Singkat cerita, setelah pertarungan itu, Tyson diterima oleh d'Amato. Tapi, insting jahat Tyson tak pernah hilang. Setelah diterima berlatih, dia malah berniat untuk merampok rumah d'Amato. Namun untungnya hal itu tak pernah terjadi.

Setelah tiga tahun berlatih, ibu Tyson meninggal dan D'Amato menjadi orang tua angkat Tyson. Saat itu, status D'Amato bukan hanya pelatih atau manajer, dia adalah ayah yang tidak pernah dimiliki Tyson.


Tibalah saatnya Tyson menjalani debut di tinju profesional pada 1985. Ketika itu dia melawan Hector Mercedes di Empire State Plaza Convention Center, New York.

Tyson menunjukkan pada dunia keganasannya. Ketika itu usianya baru 18 tahun berhasil mengalahkan Hector hanya dalam waktu 1 menit 47 detik. Setelah pertarungan itu, Tyson memuji D'Amato karena menanamkan mentalitas yang cukup mengerikan pada dirinya. 

“Saya mengembangkan kemampuan KO saya melalui D'Amato. Dia mengatakan kepada saya berulang-ulang untuk melakukan gerakan memukul dengan niat buruk. Itu adalah hal-hal buruk yang tidak akan pernah saya katakan kepada anak-anak saya," ungakapnya.

“Setiap pertarungan yang saya lakukan, dia akan berbicara tentang mematahkan tulang rusuk, menghancurkan hati, mendorong hidung seseorang ke otaknya. Tapi dia tidak meneriakkannya - dia menyampaikan pesan itu dengan tenang," cerita Tyson. 

Tyson mengatakan, D'Amato tahu betul bagaimana cara membuat dirinya merasa dihargai, hal yang tak pernah ia rasakan ketika masih muda.

“D'Amato hanya marah. Anda tidak akan pernah berpikir dia adalah orang tua yang buas, tetapi dia memang tua. Dia berbicara kepada saya tentang mendapatkan ancaman dan orang-orang meletakkan senjata di kepalanya," ujar Tyson.


Tapi, d’Amato juga memberi Tyson cinta dan pujian yang tidak pernah dikenalnya, d’ Amato juga tahu bagaimana memotivasi dan menantangnya secara mental juga.

“Dia sangat tangguh dan tangguh, tidak takut menghadapi kematian. Dia berkata, "Aku tidak peduli, aku binatang. Mereka harus membunuhku untuk menghentikanku '. D'Amato membangkitkan ‘saya tidak memberikan sikap yang buruk," ungkap Tyson.


Sayangnya, D'Amato meninggal pada 4 November 1985 ketika Tyson berusia 19 tahun. Dia tidak pernah melihat apa yang ia lakukan kepada Tyson menjadi kenyataan setahun kemudian pada 22 November 1986. Tyson berhasil menjadi juara dunia termuda setelah mengalahkan Trevor Berbick hanya dalam dua ronde. 

Baca Juga: 

Lennox Lewis Bungkam Kesombongan Deontay Wilder Soal Habisi Mike Tyson

Ini Target Jokowi ke Timnas U-19 di Piala Dunia U-20, Mampukah PSSI?

Resmi, Panitia Piala Dunia U-20 INAFOC Dipimpin Menpora Zainudin Amali