Misi Membuat Tinju Indonesia Kembali Bertaji

Calon Ketua Umum PP Pertina, Komaruddin Simanjuntak
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PP Pertina) akan menggelar Musyawarah Nasional guna menentukan pemimpin baru. Sosok yang diinginkan adalah yang bisa mengangkat kembali prestasi Indonesia di kancah internasional seperti yang pernah dilakukan puluhan tahun lalu.

Pernah ada sosok petinju bernama Frans van Bronkhorst menjadi juara kelas welter Asia tahun 1973. Kemudian Wiem Gommies yang meraih kejayaan sebagai peraih emas kelas menengah Asian Games VI Bangkok 1970 dan Asian Games VIII Bangkok 1978. Ditambah lagi Pino Bahari yang meraih emas kelas menengah pada Asian Games Beijing, China 1990.

Di tingkatan Olimpiade ada tiga petinju yang mencatat sejarah manis dengan menembus perempatfinal. Mereka adalah Ferry Moniaga (Kelas Layang) pada Olimpiade Munich 1972, Albert Papilaya (Kelas Menengah) pada Olimpiade Barcelona 1992 dan La Paena Masara (Kelas Layang) pada Olimpiade Atlanta 1996. 

Belakangan ini prestasi tinju amatir Indonesia boleh dibilang sudah meredup. Tak ada lagi muncul pengganti Pino Bahari selama 28 tahun hingga penyelenggaraan Asian Games Jakarta 2018. Bahkan, Indonesia sudah tercatat pada tiga pelaksanaan Olimpiade tidak mampu lagi meloloskan petinju setelah Olimpiade Athena 2004. 

Mengintip Olimpiade Tokyo 2021, Indonesia memang masih punya peluang meloloskan petinju. Tetapi, peluang Aldom Sugoro dan kawan-kawan yang sedang menjalani pelatnas di Ciseeng, Bogor, Jawa Barat itu boleh dibilang sangat tipis. 

Pada Munas Pertina di Labuhan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), 17 Desember 2020, diagendakan pemilihan Ketua Umum PP Pertina periode 2020-2024. Mayjen TNI (Purn) Komaruddin Simanjuntak bersaing dengan petahana Jhony Asadoma.

"Jika saya mendapat kepercayaan dari pemilik suara untuk menjadi ketua umum PP Pertina, pertama kali saya lakukan adalah manata kembali organisasi. Kemudian, saya  akan mengajak seluruh pengurus Pengprov Pertina untuk membuat grand desain pembinaan olahraga tinju amatir Indonesia serta program peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)," kata Komaruddin.

"Sekjen itu bukan hanya mengurus masalah administrasi saja tetapi punya kemampuan dalam berkomunikasi dengan Konfederasi Tinju Amatir Asia (ASBC) dan Asoasisi Tinju Amatir Internasional (AIBA). Jadi, dia bisa mendorong perwakilan Indonesia untuk bisa duduk di ASBC maupun AIBA. Kalau kita sudah punya perwakilan kan bisa memperjuangkan program-program ASBC dan AIBA bisa didapatkan untuk kemajuan tinju amatir Indonesia. Seperti program penataran pelatih maupun wasit," imbuhnya.

Posisi lain yang jadi perhatiannya adalah Komisi Teknik (Komtek) dan Bidang Perwasitan. Di posisi itu harus dipilih sosok yang tepat karena amat vital perannya dalam upaya mengembangkan tinju Indonesia.

"Komtek itu harus bisa membuat program pembinaan prestasi tinju dan meningkatkan kualitas pelatih. Begitu juga dengan Bidang Perwasitan harus bisa membuat program peningkatan kualitas wasit/juri dan melahirkan wasit/juri yang mampu bersaing di jajaran wasit Asia dan dunia. SDM wasit dan pelatih mesti ditingkatkan sehingga kita tidak perlu lagi menyalahkan penilaian wasit menjadi penyebab kekalahan petinju Indonesia," tuturnya.

"Keberadaan wasit Indonesia di jajaran Asia dan dunia itu penting. Jadi, wasit/juri dari negara lain akan berpikir ulang untuk berbuat tidak fair terhadap petinju Indonesia. Dan kita juga bangga jika ada wasit/juri Indonesia mendapat kepercayaan untuk memimpin di kejuaran Asia, Dunia maupun Olimpiade," tambahnya. 

"Petinju berkualitas itu lahir dari kompetisi. Semakin banyak bertanding maka mereka akan semakin matang. Jadi, kita memang butuh menambah frekuensi pertandingan di dalam negeri maupun keikutsertaan dalam event-event tingkat Asia dan dunia. Soal konsepnya seperti apa nanti kita akan bicarakan jika saya terpilih."