Perjuangan Mengharumkan Nama Bangsa Lewat Air

Perenang Indonesia, I Gede Siman Sudartawa.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/INASGOC/Widodo S Jusuf/Spt/18.

VIVA – Bicara renang Indonesia, pastinya tak lepas dari berbagai nama besar macam Richard Sam Bera, Lukman Niode, dan Albert Sutanto. Tapi, masa-masa kejayaan mereka sudah lewat dan berganti dengan para perenang muda yang namanya mulai melejit di pentas internasional.

Salah satu yang namanya tenar sebagai perenang andalan Tanah Air masa kini adalah I Gede Siman Sudartawa. Sejak awal kemunculannya, perenang asal Bali itu langsung menancapkan namanya sebagai calon penerus kejayaan Merah Putih di "dunia air" internasional.

Benar saja, pria kelahiran 8 September 1994 itu dengan mudah mengukir namanya mulai dari level nasional hingga berhasil tampil di Olimpiade 2012 London.

Di ajang SEA Games, spesialis gaya punggung ini sudah mengoleksi total tujuh medali emas dan mengukir dua rekor renang di persa olahraga terakbar se-Asia Tenggara. Siman juga jadi perenang Indonesia pertama yang tampil di semifinal Kejuaraan Dunia Renang di nomor 50 meter gaya punggung pada 2017 silam.

Berbagai prestasi lain juga sudah dirasakannya, termasuk tampil di Olimpiade. Namun, tugas Siman belumlah selesai. Dia masih memiliki pekerjaan rumah dengan merebut medali di Asian Games dan mengejar tiket untuk tampil di Olimpiade Tokyo.

Saat ini, perenang 26 tahun itu tengah mengejar target tersebut dengan menjalani pemusatan latihan di Jakarta. VIVA berkesempatan mewawancarai sosok yang jadi andalan Indonesia tersebut di sela-sela pelatnas.

Siman pun bercerita mengenai awal kariernya hingga upayanya kini mewujudkan misi untuk lolos ke Olimpiade untuk kedua kali dalam kariernya. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana awalnya dan siapa yang pertama kali "nyemplungin" ke renang?

Awalnya kelas 2 SD, waktu itu saya baru umur 6 tahun. Di sekolah kan ada olahraga renang. Awalnya saya benar-benar gak bisa berenang. Di kolam yang pendek saja saya tenggelam. Sementara, teman sebangku saya itu sudah bisa berenang. Akhirnya, saya minta les ke orang tua.

Setelah didaftarkan, saya les renang tiap sore sehabis pulang sekolah. Enam bulan setelah les, saya langsung ikut pertandingan antar SD di Klungkung, Bali. Di situ saya menang dan dapat buku. Saya senang sekali waktu itu. Terasa achivement-nya berbeda karena masih kecil. Dari situ saya terus ikut pertandingan hingga kini di pelatnas.

Photo :
  • VIVA.co.id/Dhana Kencana

Ceritanya seperti apa sampai bisa mewakili Indonesia?

Sejak kejuaraan pertama, saya terus meningkat sampai mewakili Bali dan kemudian dibawa mewakili Indonesia pada event SEA Age Group 2006 untuk kelompok umur. Waktu itu di Jakarta. Usia saya baru sekitar 12 tahun. Tak langsung juara di kesempatan pertama. Baru juara di edisi berikutnya. Dan saya dua kali mendapat label atlet terbaik di SEA Age Group.

Kalau multievent paling besar pertama yang diikuti yaitu Asian Games 2010. Last minutes ternyata kepilih berangkat ke China. Baru setahun setelahnya pertama kali tampil di SEA Games. Kebetulan di Indonesia dan saya langsung dapat empat medali emas.

Saya benar-benar gak percaya bisa kepilih karena saya baru saja pindah dari Bali ke Jakarta.

Alasan Siman pindah dari Bali ke Jakarta?

Jujur, saya sudah mulai bosan di Bali. Waktu itu pas SMA. Kegiatannya sudah mulai banyak, mulai dari pagi. Pulang sekolah langsung renang. Di situ mulai muncul jenuh dan sempat terpikir untuk berhenti karena terus-menerus berenang di kolam yang sama selama 7-8 tahun.

Akhirnya, mama mengusulkan pindah ke Jakarta. Langsung masuk Millennium Aquatic. Berkat ajakan teman juga yang sudah lebih dulu di Millennium Aquatic.

Sekian lama berkarier di renang, momen apa yang paling berkesan bagi Siman?

Yang pasti dari SEA Games 2010 dapat empat emas terus berlanjut ke Olimpiade London 2012. Jadi satu-satunya yang dikirim ke sana.

Tapi, yang paling berkesan tentu SEA Games karena bisa mengumandangkan lagu Indonesia Raya. Itu kan bukan hal yang bisa dilakukan semua orang. Jadi kebanggaan tersendiri bagi saya.

Photo :
  • VIVA.co.id/Dhana Kencana

Boleh diceritakan perjalanan waktu di Olimpiade 2012?

Kikuk banget awalnya. Kebetulan sampai Olimpiade itu try out untuk tim renang itu hanya di Asia Tenggara saja. Spesialnya hanya di Singapura atau ke Malaysia. Sementara, Olimpiade kan levelnya beda. Dan itu pertama kali ikut Olimpiade dan pertama kali juga ke Inggris. Saya melihat kotanya beda, cuacanya beda, tapi saya mencoba yang terbaik saja untuk tampil di sana.

Beralih ke persiapan tahun ini, sudah sejauh mana progres untuk Olimpiade, PON, dan SEA Games?

Persiapan untuk PON dijalani saja karena itu berbarengan dengan SEA Games. Jadi, persiapannya SEA Games dan PON hanya di antaranya saja. Latihannya tetap persiapan untuk SEA Games karena kan yang utama agar bisa mengibarkan Merah Putih.

Kesulitan yang dirasakan selama pandemi dan cara mengembalikan performa?

Sebenarnya kita sudah latihan intens dari tahun lalu. Pelatnas Olimpiade sudah dimulai sejak Oktober 2020 di Kolam Renang Cikini. Dari situ sudah bisa mengembalikan lagi water feel. Tapi, sekarang baru mulai intens karena ada latihan fisik sebelum renang.

Selain latihan, sudah uji coba ke mana saja?

Masih di GBK saja, belum ada jadwal ke luar. Terakhir, Kejurprov DKI Jakarta. Hasilnya sih not bad. Maunya sih keluar karena lawannya kemarin masih di bawah. Karena kalau ke luar bisa dapat lawan yang seimbang. Apalagi, beberapa teman di luar negeri sudah ada yang ikut kejuaraan di negara lain.

Harapannya sih bisa ikut kejuaraan di Malaysia dan Jepang. Tapi, itu masih belum tentu dibuka untuk negara lain. Masalah kita ada di karantina. Karena kalau tidak ke kolam, bakal hilang lagi water feel-nya.

Hasilnya seperti apa?

Catatan waktu sudah mulai tajam untuk 50 m. Untuk 100 m harus perlu lebih banyak latih tanding.

Photo :
  • VIVAnews/Riki Ilham Rafles

Seberapa penting try out ke luar negeri?

Itu penting sekali ya. Pertama, karena di dalam negeri lawannya gak ada. Terutama di nomor yang saya tampil. Lebih enak kan kalau ada lawannya jadi bisa mengukur kemampuan. Karena itu perlu try out ke luar negeri. Tapi, karena kondisi pandemi saat ini ya mau tak mau maksimalkan persiapan yang ada.

Lawan terberat di SEA Games dan pesaing menuju Olimpiade?

Kalau SEA Games masih Singapura ya. Kalau Olimpiade kan kita harus ikut dulu kejuaraan-kejuaraan yang terdaftar di FINA. Untuk sekarang, kita jadi belum tahu kemampuan lawan karena belum ada try out ke luar.

Tapi, kalau bicara pesaing di Asia, yang paling dekat catatan waktunya adalah Korea Selatan. Kalau Jepang dan China sudah satu level di atas.

Lalu, dengan persiapan saat ini, seperti apa upaya mencapai limit A?

Untuk itu, perlu latihan lebih keras lagi dan latih tanding. Sekarang, kami sedang menunggu pelatih asing asal Australia, Michael Piper, yang dikontrak sebagai pelatih Timnas yang akan datang pada akhir bulan ini dan mulai melatih pada awal bulan depan.

Pelatih ini kelasnya sudah platinum. Kami harap bisa raih hasil lebih baik bersama pelatih papan atas.

Memang, masih terpaut berapa detik mencapai ke limit A?

Saya masih terpaut dua detik. Limit A 53 detik, saya masih 55 detik.

Photo :
  • ANTARA Foto

Caranya menajamkan catatan waktu?

Ya, intinya lebih keras dalam latihan ditambah latihan fisik. Saya sekarang dua kali gym, dua kali dry land, dan satu latihan mobilitas.

Bagaimana antisipasi cedera mengingat padatnya jadwal tahun ini?

Ya, itu juga jadi perhatian. Apalagi, saya pernah cedera bahu pada 2018. Tapi, sekarang sudah oke. Cuma itu kembali ke diri sendiri. Kalau sudah terasa gak enak langsung konsultasi ke pelatih agar tak makin parah.

Di luar renang, Siman merupakan pribadi yang suka tato. Tato mana saja yang berhubungan dengan karier renang?

Ada sih. Saya punya tato Olimpiade yang saya ukir setelah saya tampil di Olimpiade 2012 London. Itu jadi tato pertama saya. Lalu ada tato Poseidon yang ditarik oleh sea horse yang jadi kendaraannya saat perang. Itu karena saya berjuangnya di air. Kemudian, ada tato Rea yang merupakan ibu dari Poseidon yang merepresentasikan ibu saya. Jadi, ke mana pun saya pergi, ibu saya selalu menemani.

Sebagai atlet, pasti ada rasa jenuh menjalani latihan setiap hari. Bagaimana cara Siman menghilangkan kebosanan tersebut?

Saya sekarang lagi hobi motoran. Saya punya CBR250RR yang dimodifikasi. Nanti kalau ada rejeki mau cari Harley dan MV Agusta. Untuk sekarang satu dulu karena bisa dipakainya juga cuma saat Sunmori saja.