Rumitnya Sistem Penyiaran Asian Games 2018

Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, dan Erick Thohir (kanan)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf
VIVA.co.id - Komite Olimpiade Indonesia (KOI) baru saja menggelar rapat dengan seluruh stasiun televisi swasta nasional pada Jumat 15 Januari 2016. Rapat digelar di Kantor KOI dan membahas mengenai sistem penyiaran Asian Games 2018.

Dalam rapat ini, turut hadir 2 perwakilan dari OCA. Mereka adalah Jian Zhou, selaku Media Manajer OCA, dan Daniel Hubp, konsultan televisi OCA.

Keduanya menjelaskan secara rinci mengenai sistem penyiaran di Asian Games. Ketua KOI, Erick Thohir, menyatakan pihak OCA menerapkan standar tinggi bagi stasiun televisi untuk menyiarkan Asian Games.

Salah satunya adalah kualitas gambar yang mencapai resolusi HD 1080p. Erick menyebut kualitas gambar seperti ini belum bisa dipenuhi oleh seluruh stasiun televisi.

"Tentunya, OCA berharap kualitas penayangan pertandingan di Asian Games bagus. Sebagai tuan rumah, Indonesia tak mau malu. Hal ini juga penting demi perkembangan televisi di Indonesia. Kalau lihat siaran sepakbola di sini, sering kan kameranya pindah dengan kasar," ujar Erick saat ditemui di kantornya usai rapat.

Tak cuma resolusi gambar yang tinggi, produksi siaran Asian Games juga mengharuskan adanya 51 operational van, 72 producion facilities, dan 5000 tenaga ahli.

Dengan persyaratan seperti ini, Erick menyatakan ada satu solusi yang ditawarkan oleh OCA. Yaitu menerapkan sistem TVPool atau menggabungkan sumber daya seluruh stasiun televisi yang terlibat.

"Tapi, tak menutup juga ada monopoli hak siar. Itu bisa terjadi jika nantinya ada satu stasiun televisi yang menyatakan sanggup menangani kegiatan produksi penyiaran Asian Games," terang Erick.

Sementara itu, Hubp menuturkan pihaknya memang menerapkan standar tinggi dalam penayangan pertandingan Asian Games. Hubp berharap siaran Asian Games bisa setara dengan kualitas di Olimpiade.

"Standarnya Olimpiade. Dari pengalaman yang ada, memang awalnya stasiun televisi di negara tuan rumah sempat kesulitan memenuhi spesifikasinya. Tapi, pada akhirnya mereka bisa memenuhinya. Indonesia saya yakin bisa. Ini penting juga untuk perkembangan televisi di Indonesia," ungkap Hubp.