Cara Erick Thohir Pertahankan Tuan Rumah Asian Games 2018

Sumber :
  • VIVAbola/Luzman Rifqi Karami

VIVA.co.id - Ketua Olimpiade Indonesia (KOI), Erick Thohir mesti bekerja ekstra keras guna mengamankan status tuan rumah Asian Games 2018. Di tengah tak pastinya pembangunan renovasi sejumlah venue pertandingan, namun tekanan dari Komite Olimpiade Asia (OCA) terus menguat.

Akhir pekan ini, perwakilan OCA datang berkunjung ke tanah air. Tujuannya berkoordinasi mengenai persiapan Indonesia sejauh ini, termasuk presentasi master plan yang telah dibuat KOI di depan perwakilan OCA.

Di sela-sela pidato pembukaan, Thohir menyampaikan betapa perjuangan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Asian Games untuk kedua kalinya sangatlah besar. Dia mencontohkan bagaimana sikap Presiden Joko Widodo yang memilih turun langsung agar proses persiapan berjalan dengan lancar.

"Saya masuk menjadi bagian dalam olahraga sejak 20 tahun lalu, dan saya tidak pernah mendengar sebelumnya Presiden memimpin langsung sebuah rapat, dan memastikan ajang olahraga dapat dilaksanakan. Saya kira ini pertama kali dalam sejarah olahraga di Indonesia," ungkap Thohir.

"Kami sangat berterima kasih atas dukungan dari OCA dan bimbingan mereka dalam 2 tahun terakhir. Juga dukungan dari pemerintah pusat dan provinsi, Jakarta dan Palembang. Kami sangat serius dan berkomitmen guna menyukseskan Asian Games ke-18," imbuhnya.

Menanggapi apa yang disampaikan oleh Thohir, perwakilan OCA, Tsunekazu Takeda memberikan apresiasi. Pria asal Jepang itu dalam awal-awal kedatangan juga sudah mengecek segala persiapan, dan menilai saat ini kesiapan Indonesia mengalami kemajuan.

"Kemajuan dalam hal persiapan sudah sangat banyak. Thohir dan timnya bekerja dengan sangat keras, dan saya prediksi Asian Games nanti akan menuai sukses besar," tutur Takeda.

Meski mendapatkan pujian, Indonesia tidak boleh jumawa. Masih banyak hal mendasar yang perlu diselesaikan. Perihal wisma atlet yang akan dibuat di Jakarta dan Jakabaring, Palembang mesti menjadi prioritas.

Selain itu untuk venue aquatic, berkuda, dan equastrian yang masih menggantung harus segera diselesaikan. Nantinya Indonesia juga mesti menyiapkan segala infrastruktur yang dibutuhkan, termasuk transportasi publik yang memadai.