Rahasia McGregor: Pernah Menangis Kejer Usai Kalah dan Miskin Banget

Megabintang UFC, Conor McGregor
Sumber :
  • ESPN

VIVA – Perawakan dan performa sangar Conor McGregor ternyata tak mampu menutupi rahasia yang bisa saja mengejutkan publik. Ternyata, McGregor pernah menangis kejer usai kalah karena bertarung di atas oktagon.

Momen itu tercipta pada 2008 silam. Saat itu, McGregor baru mengawali kariernya di dunia mixed martial arts.

Pada usia 19 tahun, McGregor harus menghadapi Artemij Sitenkov dalam laga profesional MMA keduanya. Dalam duel itu, The Notorious kalah.

Hasil yang begitu mengecewakan bagi McGregor karena sudah bersikap sembrono di sesi weight-in. Kala itu, dia mencoba mengintimidasi Sitenkov dengan mengejeknya berulang kali.
Baca juga: Rayuan Mike Tyson Ajak Supermodel Gituan di Toilet

Sitenkov diam saja, tapu langsung mengalahkan McGregor di atas oktagon. Usai laga, McGregor tak mau beranjak dari arena.

"Dia bertahan di lantai, selama beberapa menit. Conor menangis, terlihat begitu syok. Saya mengunjunginya di ruang ganti, menyemangatinya. Dia masih menangis saat saya sambangi," ujar Sitenkov dalam wawancaranya di buku biografi McGregor berjudul Obsessions, dilansir Daily Mirror.

Ada fakta lain yang muncul dalam buku tersebut. McGregor ternyata sempat mengalami fase ekonomi terburuk dalam hidupnya.

Ketika melakoni pemusatan latihan di Islandia, McGregor tak memiliki uang banyak, hidupnya juga pas-pasan. Bapak asuhnya di Islandia, Jon Vidar Arnthorsson, menyatakan McGregor memang miskin saat itu.

"Saya tahu dia tak bekerja. Uang tak punya banyak. Namun, ketika pemusatan latihan usai, dia mau kembali ke Dublin, dan berusaha membelikan souvenir ke anak pertama saya dengan seluruh sisa uang yang dimilikinya. Tindakan yang tak pernah saya lupakan," jelas Arnthorsson.
Baca juga: Insiden Mengerikan UFC, 2 Petarung Kolaps

Komentar Arnthorsson diperkuat oleh mantan petinju Republik Irlandia pemilik Crumlin Boxing Club, Phil Sutcliffe, saat pertama kali datang kepadanya, McGregor tak punya peralatan tinju. Ibunya, Margaret, tak bisa membelikannya alat-alat tinju.

"Datang dengan sepatu sepakbola. Tak punya sarung tangan, akhirnya kami berikan semua alat-alat kepadanya. Dia berlatih di hari pertama, kena hook telak," jelas Sutcliffe.