Kontroversi Pesilat Wanita Ngaku Sakti Sampai Digeruduk Suwardi Cs

Suwardi, Theodorus Ginting, dan petarung lain dalam aksi #BeladiriBersatu
Sumber :
  • Instagram/@stevewardi

VIVA – Pesilat wanita asal Lampung, Chintya Candranaya, sedang menjadi sorotan di dunia beladiri nasional. Komentar Chintya dua bulan lalu, di channel YouTube miliknya, telah membuat para petarung mixed martial arts profesional gerah.

Video itu memang sudah dihapus Chintya. Namun, akun @grapplerreceh sempat menyimpannya.

Dalam video tersebut, Chintya sempat memberikan analisa dengan beberapa cuplikan video yang melibatkan para petarung MMA. Ada video yang menunjukkan pertarungan petarung MMA dengan sekelompok orang di Brasil. Berujung, pada tewasnya sang petarung karena kepalanya dihantam benda keras dan dikeroyok.

Lalu, ada duel Conor McGregor kontra Floyd Mayweather Jr di atas ring tinju. Analisis Chintya, kemampuan MMA McGregor tak mampu mengantarkannya mengalahkan Mayweather.

Analisis Chintya langsung dijawab oleh mantan juara One Pride MMA, Suwardi. Bersama rekan satu timnya di Asta Muaythai, Panji Addiemas, Suwardi melayangkan kritik dan menyatakan analisis Chintya, yang menyimpulkan MMA tak efektif dalam pertarungan jalanan atau apa pun, tidak berdasar.

Pernyataan Chintya ternyata berdampak luas. Tak ada permintaan maaf, para petarung MMA di Indonesia geram.

Ternyata, bukan cuma petarung MMA. Praktisi beladiri lainnya juga mulai gerah dengan aksi Chintya yang tak kunjung minta maaf, dan terkesan kerap membanggakan aliran beladirinya, silat Harimau Utara.

Ada satu video yang sempat jadi viral dan bahan guyonan utama di dunia beladiri nasional. Yakni, saat Chintya mewawancarai gurunya, Agus Setiawan Jaya, yang mengaku pernah melawan 200 orang sendirian. Alasannya, juga terbilang konyol, karena wanita.

Pun, ada juga pernyataan kontroversial dari manajer Chintya, Anjar Weni, yang menyatakan sang pesilat pernah lawan 40 orang sendirian. Dia juga sempat mengundang salah satu warganet membuktikan kesaktian Chintya lewat kolom komentarnya.

Makin panas lagi, saat ada salah satu murid Chintya, yang bernama Ridho, mengaku bisa mengangkat beban yang mencapai 300 kilogram, di mana itu sudah melewati rekor angkatan Eko Yuli Irawan. Ridho juga mengaku mengenal mantan juara One Pride, Rudy Agustian. Komentar Ridho tentu bikin panas kuping Rudy.

Theodorus Ginting, juara kelas welter One Pride, juga diseret-seret dalam masalah ini. Seseorang yang mengaku artis, dengan akun @peterpan_jr, sempat menghina Theo di media sosial. Bahkan, sang pemilik akun meminta uang senilai Rp9 miliar untuk pemenang, dan Rp5 miliar bagi yang kalah, dalam duel Theo kontra Agus.

Alhasil, barisan petarung MMA nasional yang digawangi Suwardi, Rudy, dan Theo, membentuk aksi #BeladiriBersatu.

Mereka ingin pembuktian dari pihak Chintya terkait berbagai klaim kesaktiannya, yang bisa memecahkan benda-benda keras macam durian dengan pukulan tangan kosong, sampai push up dengan satu jari.

Tak ada jawaban dari permintaan para petarung MMA tersebut. Bahkan, beberapa akun dan anggota gerakan itu diblokir oleh pihak Chintya.

Hingga, pada akhir pekan ini, anggota gerakan #BeladiriBersatu menggeruduk markas Chintya di Lampung. Tantangan @peterpanjr_ dipenuhi Theo dan kawan-kawan. Sang pemilik akun sampai kaget dan ciut ketika jumpa langsung Theo dan kawan-kawan.

"Intinya sih kami mau silaturahmi, klarifikasi atas pernyataan-pernyataannya. Kami mau pembuktian atas klaim yang sudah bikin resah dunia beladiri nasional. Apalagi, kontennya telah meresahkan, karena bisa ditiru anak-anak dan berujung cedera. Sudah ada korbannya, kami tak mau berkepanjangan," ujar Suwardi kepada VIVA.

Selama berada di Lampung sejak Sabtu 8 Agustus 2020 hingga Minggu pagi tadi, Becak Lawu sama sekali tak melihat Chintya maupun Agus menampakkan batang hidungnya. Mereka tak datang, bahkan saat ditunggu di markasnya.

"Dari keduanya, tak ada yang datang. Kami cuma ditemui perwakilan mereka, kuasa hukumnya. Heran juga, kok malah didatangi kuasa hukum. Salah kami apa? Kan cuma mau pembuktian. Kami datangi ke markasnya tak ada juga. Muncul muridnya, lalu mereka mau pembuktian dengan benda-benda kayak gagang sapu berbahan seng, bukan seperti itu maksudnya," kata Suwardi.

Gerakan #BeladiriBersatu tak akan berhenti sampai di situ. Meski gagal menemui kedua pesilat yang mengaku sakti tersebut, Suwardi dan kawan-kawan tetap akan menggelorakan gerakannya demi mengedukasi masyarakat yang awam tentang beladiri.

"Sekarang, kami sudah ke sana, silaturahmi, datang baik-baik, tapi tak diterima. Publik saja yang menilai. Soal apakah berhenti atau tidak, tentunya kami berjuang agar tak ada lagi pembodohan publik," jelas Suwardi.