Pengakuan Dosa BWF Soal Kacaunya Turnamen di Masa Pandemi COVID-19

VIVA Bulutangkis: Ganda putri Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.
Sumber :
  • Instagram: Misaki Matsutomo

VIVA – Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) terus mengupayakan agar kompetisi bulutangkis bisa kembali bergulir di tengah pandemi COVID-19 yang telah menghantam dunia sejak awal tahun 2020. Turnamen terakhir yang berlangsung di tahun 2020 adalah All England pada Maret lalu. 

BWF telah merencanakan sejumlah turnamen namun terpaksa batal dilangsungkan seperti Piala Thomas dan Uber 2020 di Aarhus, Denmark. Namun, Denmark Open 2020 di Odense, tetap akan berjalan sesuai jadwal pada 13-18 Oktober 2020 mendatang.

Meskipun banyak cabang olahraga yang sudah memulai kompetisi seperti tenis, sepakbola dan lain sebagainya, namun bulutangkis yang secara tata pelaksanaannya lebih rumit, masih belum bisa kembali seperti sedia kala. Sekretaris Jenderal BWF, Thomas Lund mengatakan bahwa bulutangkis melibatkan banyak negara yang memiliki aturan dan ketentuan berbeda-beda terkait antisipasi COVID-19.

"Di setiap ada turnamen, ada 300 atau kadang lebih dari 400 pemain dari 40-60 negara yang berbeda. Tantangan terbesarnya adalah bagaimana membuat atlet-atlet ini bisa keluar dari negara mereka sendiri yang punya aturan mengenai COVID-19, serta memasuki negara lain dengan prosedur karantina dan sebagainya," ujar Lund dalam konferensi pers virtual dikutip VIVA Bulutangkis dari badmintonindonesia.org, Rabu 30 September 2020.

Lund menjelaskan, hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi bulutangkis untuk kembali berjalan. Penyelenggaraan bulutangkis yang melibatkan banyak pemain dari banyak negara, serta perjalanan lintas perbatasan negara di masa pandemi adalah hal yang tidak mudah untuk diimplementasikan.

"Setiap negara punya regulasi berbeda terkait COVID-19, sehingga hal ini membuat permasalahan menjadi lebih rumit untuk mengumpulkan orang sebanyak itu di satu lokasi untuk mengikuti sebuah turnamen. Inilah yang kami usahakan hingga saat ini salah satunya dengan mengadakan sejumlah turnamen di satu tempat yang sama," ungkap Lund.