Stagnansi Perkembangan Rhinocheros Sondaicus Desmarest

Ujung Kulon
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Sekilas berbicara mengenai Rhinocheros Sondaicus Desmarest kerap sering menjadi bahan pembicaraan di sejumlah media. Pembicaraan tidak hanya dalam lingkup sederhana saja, namun semakin meluas hingga ke ranah negeri seberang. Rhinocheros Sondaicus Desmarest merupakan binatang terbesar di Jawa yang beratnya bisa mencapai 1,5ton.

Rhinocheros Sondaicus Desmarest atau yang kerap dinamakan Badak Jawa ini hampir tersebar di hampir seluruh wilayah belahan gunung di Jawa Barat. Sebutan Badak Jawa sebenarnya kurang tepat, karena distribusi alami sejauh mana yang dibuktikan atau dipastikan pernah mencapai kawasan sungai Brahmaputra Bangladesh hingga Vietnam.

Namun, dengan adanya spesimen awal yang ditemukan di Sumatera memberikan suatu pendeskripsian mengenai badak. Distribusi badak aslinya tidak menyeluruh dan tidak akan pernah diketahui karena pada waktu dan tempat yang berbeda kerap dijadikan banyak pertimbangan mengenai habitat aslinya.

Rhinocheros Sondaicus Desmarest kerap diisukan mengalami sejumlah pemasalahan dalam satu dekade, entah dalam lingkup taksonomi dan penamaan atau bisa terjadi permasalahan yang terkait erat berhubungan dengan sifat asli dari habitat serta penyebaran.

Di lain sisi, belum banyak orang yang mengetahui secara umum nama latin dari Rhinocheros Sondaicus Desmarest. Sebutan ilmiah dari Rhinoceros Sondaicus Desmarest tersebut yang memiliki spesifikasi nama lain dari Badak Jawa. Badak yang kerap disebut sebagai satu spesies satwa liar yang terbilang langka di dunia. Langka karena hampir mendekati sisi kepunahan dalam suatu populasi.

Cukup rumit dengan adanya hal-hal yang dijadikan sebuah hasil riset oleh para peneliti bahwasanya Rhinocheros Sondaicus Desmarest merupakan mamalia terlangka dengan populasi kurang dari 100 ekor. Penyebaran Rhinocheros Sondaicus Desmarest dapat dikatakan terbatas dan hanya dapat dijumpai di Taman Nasional Ujung Kulon tepatnya di Banten yang sekiranya memiliki populasi lebih tinggi dibanding dengan poulasi dikawasan sebelah barat daya Cina, atau yang dikenal dengan Vietnam.

Jika berbicara mengenai populasi yang berada di daerah Taman Nasional Ujung Kulon jelas meerupakan satu-satunya populasi yang dianggap paling viable dan secara potensial dapat diselamatkan dari kepunahan. Populasi yang terbilang langka untuk untuk jenis Rhinocheros Sondaicus Desmarest sebenarnya memang terkait dengan hak perlindungan di Indonesia dan tertera dalam daftar buku merah yang dikeluarkan oleh pihak IUCN atau International Union for Conservation of Nature and Natural Resources tahun 1978 dengan kategori endangered sehingga memicu untuk dijadikan sebagai permasalahan yang kelak menjadi prioritas untuk diselamatkan dari ancaman maupun kepunahan.

Populasi kecil di suatu areal pasti akan memiliki resiko kepunahan yang tinggi. Di lain sisi, populasi Rhinocheros Sondaicus Desmarest  yang menjamin kelestarian eksistensi dalam jangka panjang merupakan suatu prioritas tertinggi dalam program konservasi di Indonesia.

Berbicara mengenai konservasi yang tertera dalam perundangan undang no 5 tahun 1990 yang membicarakan mengenai hasil dari sumber daya dan ekosistem yang kelak dijadikan bukti faktual bahwa spesies Rhinocheros Sondaicus Desmarest harus diselamatkan agar tidak memicu dalam berbagai permasalahan, bahwasanya mamalia besar seperti halnya Rhinocheros Sondaicus Desmarest patut mendapat perlakuan yang baik dalam segala aspek, sehingga  populasi mereka seiring dengan perkembangan waktu, memang benar-benar habitat asli masih terlindungi dan tidak akan pernah punah.

Mamalia besar seperti Rhinocheros Sondaicus Desmarest merupakan ikon penting yang dijadikan pertimbangan penting bagi Taman Nasional Ujung Kulon karena spesies ini benar-benar menjadi ikon penting yang wajib diberikan perlindungan.

Rhinocheros Sondaicus Desmarest atau yang terkenal dengan sebutan ‘Moncong Atas’ bagi pejantan dewasa yang eksistensinya terbilang langka dan memang para peneliti sudah memberikan data faktual bahwa memang terjadi kelangkaan di sejumlah habitat asli, karena dipicu oleh beberapa faktor yang menjadi kontroversi dan dilematik sejumlah masyarakat maupun pemerintah.

Mengenai morfologi Rhinocheros Sondaicus Desmarest memang sangat beranekaragam sehingga dengan ciri khas yang sangat menonjol yakni memiliki bibir atas lengkung mengait ke bawah dan bercula satu dengan ukuran panjang sekiranya 25cm serta kulit yang memiliki flesibilitas warna abu serta bibir atas yang difungsikan memiliki kelenturan untuk mengait dan menarik dedaunan sehingga dikondisikan bahwa badak memang kerap dipelihara di daerah yang memiliki struktural layaknya hutan.

Habitat Rhinocheros Sondaicus Desmarest ialah daerah hutan hujan dataran rendah dan padang rumput basah, seta daerah daratan banjir besar. Badak merupakan hewan herbivora dan membutuhkan garam dalam kehidupan, karena badak sangat cocok jika ditempatkan dikawasan hutan dekat laut. Selain itu, badak dapat dikondisikan nyaman jika memang habitat tempat tinggalnya dikondisikan dengan adanya hutan rimbun yang dipenuhi pepohonan dan cukup air serta cukup makan.

Rhinocheros Sondaicus Desmarest biasanya menghindari manusia, dan akan menyerang jika akan diganggu. Peneliti dan pelindung alam jarang meneliti binatang badak secara langsung karena kelangkaan mereka dan adanya bahaya mengganggu sebuah spesies akan berdampak kepada terancamnya sebuah populasi. Perilaku yang dapat dijumpai pada spesies Rhinocheros Sondaicus Desmarest umumnya hanya ditunjukkan hanya pada masa perkembangbiakan, pada masa itu hanya dijumpai sekelompok kecil.

Mengenai wilayah pangan seringkali atau kerap menjadi sebuah jangkauan permasalahan karena adanya faktor dugaan bahwasanya spesies mereka pudar hanya karena siklus tidak terjaganya ekosistem atau dari segi wilayah pangan. Dalam suatu spesies Rhinocheros Sondaicus Desmarest, pemilihan pangan terjadi seleksi antar alam, karena jika dilihat dari pemasalahan pangan, tentu saja badak adalah pemakan yang paling bisa beradaptasi dan sekitar 50 kg makanan per hari yang mampu dihabiskan olehnya.

Namun, masih ada suatu kelemahan spesies ini, yaitu Rhinocheros Sondaicus Desmarest tidak berdomisili untuk tempat hidup atau memiliki habitat tersendiri dirasa belum dapat menetap. Hanya saja memang ada kemungkinan bahwa badak hidup dengan siklus yang memang menjadi incarannya yaitu didekat sumber air dan hutan untuk memenuhi kebutuhan dalam siklus perkembangbiakan, namun seringkali ekosistem tersebut berubah menjadi negatif salah satunya siklus tempat yang ia jadikan tempat hidup menjadi kotor sehingga memicu kemampuan mereproduksi semakin terbatas.

Karena dalam kurun satu dekade, kemampuan yang menurun dalam suatu spesies untuk memproduksi spesies baru menyebabkan populasi menjadi menurun sehingga cepat mengalami perubahan menjadi 40%, layaknya sebuah tempat tinggal yang mengikis dan semakin mengikis seiring dengan lambat laun persoalan yang dihadapi.

Dilematika pemerintah dalam mengelola satwa liar memang tidak dibenarkan, faktor kesejahteraan tempat seperti halnya upaya untuk bernaung juga dibutuhkan. Populasi sangat kecil juga kerap membuat dan mengganggu kestabilan ekonomi, ancaman kepunahan serta stagnasi jumlah populasi Badak Jawa menurun bahkan mengalami kepunahan diakibatkan karena areal hutan konservasi dengan jumlah badak yang sedikit menjadikan sulitnya Rhinocheros Sondaicus Desmarest dalam bereproduksi.

Selain itu, pola hidup soliter yang membedakan antara kelompok besar dan kecil yang memicu perkembangbiakan menjadi lambat. Hal lain juga terjadi karena pendeknya masa birahi yaitu keterlambatan usia perkawinan, ketidakseimbangan jumlah badak sehingga menghambat pertumbuhan populasi, sensitifitas tinggi terhadap lingkungan, perburuan liar yang menjadi faktor utama berkurangnya populasi, penurunan kualitas habitat sehingga membuat habitat asli menjadi rancu.

Oleh karena itu, perlu dilakukannya upaya pemerintah untuk menyelamatkan habitat Rhinocheros Sondaicus Desmarest dengan pembuatan sistem rumah yang nyaman untuk badak, sebelumnya juga perlu diupayakan adanya upaya dalam mengatasi permasalahan Rhinocheros Sondaicus Desmarest yaitu,

Walaupun timbul wacana menggarap persoalan habitat oleh pemerintah guna mengantisipasi kepunahan populasi Rhinocheros Sondaicus Desmarest, setidaknya ada beberapa hal yang perlu diupayakan bahkan dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengembangbiakkan habitat Badak Jawa.

Dengan cara adanya evaluasi di Taman Nasional Ujung Kulon supaya diadakannya persiapan dalam program rumah nyaman sehingga jika dilihat dari segi kelayakan faktor mengenai ekosistem, kondisi akses dan lokasi serta keuntungan ekologis serta regulasi dan persoalan pelaksanaan untuk diadakannya rumah yang nyaman untuk badak bisa menghasilkan produk ekonomis dan ekowisata sebagaimana dapat dijadikan tolak ukur mengenai pengelolaan ekosistem Rhinocheros Sondaicus Desmarest di Indonesia. (Cerita ini dikirim oleh Meutia Braniwati – Parangtritis)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?"