Tips Berani Mengeluarkan Pendapat di Depan Umum

Ngeteh cantik bersama sahabat.
Sumber :
  • inmagine.com
VIVA.co.id - Keberanian adalah salah satu modal utama untuk mencapai kesuksesan. Namun, tak jarang generasi muda saat ini yang masih mengalami ketakutan atau merasa ragu dalam menyampaikan pendapat di depan umum, bahkan untuk mahasiswa-mahasiswi pun masih banyak yang mengalami kendala ini.

Misalnya saja pada saat seminar atau rapat, banyak di antara mereka masih takut dan ragu untuk berpendapat atau bertanya. Untuk meningkatkan keberanian kita berpendapat di depan umum, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:

1. Tanamkan pikiran positif

Biasanya yang sering dialami oleh orang yang belum berani berpendapat di depan umum disebabkan banyaknya pikiran negatif yang menghantui pikiran mereka, sehingga menghambat rasa keberanian itu muncul. Untuk menanamkan pikiran positif, kita hanya perlu menghilangkan perasaan takut dimarahi ketika salah, malu bila menanyakan hal yang tidak penting, takut dianggap sok pintar, takut disangka mencari muka pada dosen atau guru, dan ketakutan lainnya yang bersifat negatif. Ingat, rasa takut dan malu seharusnya hanya dilakukan pada tindakan yang menyimpang.

2. Rajin berlatih

Tentu saja, semakin rajin kita berlatih di depan umum, maka kita akan terbiasa dan lancar untuk menyampaikan pendapat di depan umum. Cara berlatih yang mudah adalah sering-seringlah kita ikut diskusi atau berorganisasi. Ketika kita diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau bertanya, pada saat itu juga kita harus berlatih berani. Semakin rajin berlatih maka akan meningkatkan rasa kepercayaan diri dan keberanian kita.

3. Jangan menunda

Waktu tidak dapat diulang, sehingga segala sesuatu harus dilaksanakan pada waktunya. Begitu pula ketika kita menumbuhkan keberanian berpendapat di depan umum. Saat kita memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat, segera manfaatkanlah. Jangan sampai kita mengatakan dalam hati untuk menundanya atau melaksankannya lain waktu. Hilangkan kebiasaan menunda dan menganggap lain waktu ada lagi. Karena kesempatan belum tentu datang dua kali atau lebih. (Tulisan ini dikirim oleh Erlinda Puspita Wardani, mahasiswi Universitas Diponegoro, Semarang)