Pertemanan di Dunia Maya Berujung Cinta

Ilustrasi sosial media
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Tulisan ini adalah salahsatu curhatan dari temanku yang bernama Ane. Dia merasa saat ini sedang dalam kebimbangan karena seorang cowok telah menyatakan cinta padanya, padahal mereka hanya kenal lewat dunia maya.
        
Selamat malam Ian, akhir-akhir ini aku bimbang dalam menjawab atau lebih tepatnya untuk menerima cinta dari seorang cowok. Aku benar-benar bingung, Di satu sisi aku tidak mau menyakiti hati orang yang sudah baik sama aku, tapi di sisi lain aku juga ragu kebaikannya selama ini benar-benar tulus atau enggak.

Yang membuat aku ragu selama ini adalah karena aku hanya mengenal dia lewat dunia maya. Aku kenal dia dari situs jejaring sosial. Dari obrolan kami, dia mengaku berasal dari kota lain, tapi kuliah di Purwokerto. Selepas benar atau tidaknya aku nggak tahu, yang jelas dalam sembilan bulan terakhir setiap hari kami selalu mengobrol berbagi cerita suka dan duka.

Sampai akhirnya dia terus terang sama aku kalau dia mau hubungan kita selama ini tidak hanya sebatas pertemanan, dia ingin hubungan kita lebih dari sekadar teman. Aku pikir dia bercanda, tapi ternyata dia serius banget ingin aku jadi pacarnya.

Tapi aku merasa aneh, karena ketemu saja belum masa sudah “nembak”. Lagi pula mana mungkin aku di izinin pacaran sama orang yang tidak jelas asal-usulnya. Kalau aku lihat foto-foto dia, jujur aku ragu. Karena tidak ada foto saat dia bersama keluarganya. Dan, setiap aku tanya dia selalu mencoba mengalihkan pembicaraan.

Dari situlah aku ragu akan pertemanan ini. Sebenarnya aku ingin ribut dan menghindar dari dia, tapi aku bingung apa yang harus aku lakukan. Coba saja kalau waktu itu dia tidak pernah menyatakan perasaannya, mungkin pertemanan ini akan baik-baik aja dan hubungan ini akan terus berjalan.

Mungkin memang benar kalau pertemanan itu bisa rusak gara-gara cinta. Dan terus terang aku ragu dengan dia, makanya sekarang aku tidak pernah menghubungi dia lagi. Kalaupun dia mengirimkan pesan sudah tidak pernah aku balas lagi. Mungkin semua ini aku lakukan karena dia memang bukan pilihan hatiku. (Cerita ini dikirim oleh Ian Wicaksana, Klaten)