Sebuah Surat dari Pemilik Perusahaan untuk Karyawannya

Ilustrasi pimpinan dan karyawan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Selamat pagi para karyawanku, apa kabar kalian disana? Tentu baik-baik saja bukan. Selamat ya atas kenaikan UMR hasil kalian berdemo minggu lalu. Tentu kalian sekarang tersenyum lebar menikmati hasil kerja keras kalian berpanas-panas dan berteriak-teriak di depan balai kota pada hari itu. Tuntutan kalian dikabulkan dan UMR ditetapkan sesuai dengan keinginan kalian, sekali lagi selamat ya.

Aku pemilik perusahaan yang ingin menuliskan ini sebagai curahan hati sesama manusia, hanya posisiku adalah atasan dan kamu adalah bawahanku. Pada awal aku membangun usaha ini, tahukah kalian bahwa aku sangat ingin sukses, sangat ingin bisa mapan, dan sekaligus mengangkat derajat hidup orang banyak. Aku mampu menyerap banyak tenaga kerja yang sedang menggangur dan aku berhasil. Kini karyawanku ribuan orang, aku tersenyum bahagia melihat semua karyawanku mampu menghidupi keluarganya dari gaji yang aku berikan.

Selama ini gaji yang aku berikan menurutku adalah jumlah terbaik, aku merasa kemampuan perusahaan adalah sebesar itu dan itu layak kalian dapatkan. Dan aku rasa itu cukup untuk membiayai kehidupan kalian bersama keluarga. Memang aku menyadari tidak semua bisa aku puaskan, ada beberapa atau banyak yang tidak puas dengan gaji yang aku berikan. Walau aku sudah sesuai standar dari negara untuk memberikan gaji pada kalian. Karena yah tentu saja kebutuhan masing-masing keluarga berbeda. Belum lagi jumlah anggota keluarga yang harus dihidupi juga berbeda, dan tentu saja gaya hidup masing-masing orang juga berbeda.

Maafkanlah aku jika aku tidak bisa memuaskan semuanya. Seiring berjalannya waktu, tahukah kalian bahwa perusahaan mulai menghadapi kendala-kendala. Seperti roda yang berputar, tidak selalu di atas namun ada kalanya di bawah. Dan kini, roda itu mulai berputar dan berubah posisinya. Perusahaan mulai bergerak ke bawah. Banyak pesaing muncul dan mampu menjual dengan harga lebih murah.

Aku tetap pada prinsipku bahwa kualitas adalah yang utama. Keuntungan bisa aku tekan hingga seminimal mungkin asal aku bisa menutup biaya operasional dan mendapatkan hasil kerjaku sebagai laba, cukuplah sudah. Ternyata masih saja itu tidak membuat roda kembali naik. Harga bahan baku yang terus melambung dan permintaan pasar yang lesu membuat barang hasil produksi perusahaan menumpuk. Bahkan di waktu yang sama, kalian yah kalian, malah memilih berdemo, memilih meminta kenaikan gaji, dan menaikkan standar UMR.

Hatiku sakit, seakan kalian tidak berpihak padaku. Disaat aku antara hidup dan mati pada perusahaan ini, kalian malah menekanku dan menggoyang perusahaanku, sampai pada titik terendah. Kalian bukannya memberi aku jalan keluar untuk bangkit dari kemelut yang aku hadapi tetapi malah ikut menekan aku. Tidakkah kalian tahu bahwa aku tidak mem-PHK kalian itu sebenarnya tidak lebih karena aku peduli pada kehidupan kalian? Aku merasa kalian adalah keluargaku, yang ikut merasakan aku telah berjuang dari bawah untuk kehidupan perusahaan ini.

Saat kalian berdemo, lupakah kalian akan semua perbuatan baikku pada kalian? Lupakah kalian bahwa aku telah memberikan banyak fasilitas? Aku menjamin kesehatan kalian, mengikutkan kalian asuransi untuk masa tua kalian, aku selalu membawa kalian semua beserta keluarga berekreasi, bahkan semua pernah aku bawa ke Bali dengan gratis. Lupakah kalian bahwa pada tanggal tertentu perusahaan mengadakan banyak acara yang menyenangkan? Makan-makan dengan undian, bahkan doorpize yang menakjubkan.

Mengapa kalian begitu mudah lupa.? Saat kebutuhan kalian terus naik, mengapa menekan aku agar menggaji kalian sesuai dengan keinginan kalian? Tidakkah kalian sedikit saja merasakan perasaanku? Kalian jelas tahu betul kondisi perusahaan. Banyak saat di mana kalian tidak mengerjakan apa-apa karena bahan baku telat, bahan baku sedikit, barang hasil produksi menumpuk, tidak laku selancar dulu. Tetapi kalian menutup mata pada semua itu.

Dan saat aku bertemu dengan teman bisnisku, temanku berkata bahwa dia telah mem-PHK 1200 karyawannya, mulailah timbul dalam hatiku perasaan bimbang. Apakah aku akan perbuat juga hal demikian untuk menekan pengeluaran? Aku dapat menggantikan tenaga kalian dengan mesin yang lebih cekatan dan tidak banyak tuntutan. Yang aku tahu, mesin tidak akan protest walau aku kerjakan 24 jam sekalipun. Tidak akan demo seperti kalian. Kerjanya lebih gesit dan rapi jelas lebih baik dari pada kalian. Aku tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menjamin ini itu kepada kalian, tidak perlu mengeluarkan dana THR saat hari raya, tidak perlu membawanya rekreasi dll.

Dan inilah keputusanku. Aku memilih mem-PHK kalian. Maaf hanya bisa membuat kalian bersuka ria sebentar saja. Berita kenaikan UMR kalian sambut dengan riuh dan gembiranya, tetapi sekaligus itu adalah perpisahan antara aku dan kalian. Maafkan aku, aku tidak sanggup membayar kalian. Aku menilai hubungan simbiosis mutualisme antara kita kini tidak lagi seimbang. Kita juga tidak sehati, sepikir, dan sevisi misi lagi.

Kalian ingin begini, aku ingin begitu. Kita tak lagi bisa bersama. Padahal yang aku inginkan adalah kalian mengerti aku sebagai sesama manusia. Jika kalian mau menerima keadaanku dan kalian mampu bersyukur dengan gaji kalian tanpa terus menuntut ini dan itu. Kalian mau berusaha mencukupkan diri dengan apa yang kalian dapat, kalian mampu memanfaatkan semuanya dengan baik, atau bahkan kalian bisa berpikir, “Jika gaji diperusaahan tempat aku bekerja tidak mencukupi kebutuhan keluargaku, aku akan mencari usaha sampingan setelah aku pulang kerja agar keluargaku dapat terjamin hidupnya,”, maka sebenarnya hubungan manis kita masih bisa dijalin.

Tapi semua sudah terlambat, ini adalah keputusanku. Kalian telah egois, kalian sedikitpun tidak mau memahami keadaanku. Jadi beginilah akhirnya. Maafkan aku. Semoga kalian mendapatkan tempat kerja baru yang sesuai keinginan kalian, yang mampu menggaji kalian dengan nominal tinggi dan memberi kalian fasilitas ini itu, sesuai semua dengan keinginan kalian.

Dan pesanku, jika kalian tidak menemukan perusahaan seperti harapan kalian, kenanglah aku dan perusahaan ini sebagai kenangan terindah dan mulailah kalian berwirausaha saja. Semoga hasil berwirausaha kalian bisa berhasil seperti impian kalian. Salam sukses dari pemimpin perusahaan tempatmu pernah bekerja. (Tulisan ini dikirim oleh Merry_mirthasari)