Di Sisa-sisa Waktu yang Terbatas

Ilustrasi
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id –Pertemuan yang sangat unik terjadi sejak si Pe’i merantau untuk bekerja. Tentunya semua terasa baru, dari mulai tempat kerja, teman, dll. Awalnya di sebuah acara barbershop. Cekrek..cekrek..si Pe’a yang hobi bermain kamera tak sengaja memotret si Pe’i di acara. Sampai akhirnya foto itu di unggah ke sosial media dan mereka pun saling chat. Dari situ keduanya saling asyik bergurau. Semakin dekat, semakin tumbuh bunga-bunga cinta, rasa nyaman pun hadir.

Seiring berjalannya waktu, si Pe’a mengungkapkan isi hatinya. Si Pe’i pun juga demikian. Namun jawaban tak terduga karena si Pe’a mengatakan kalau dia akan pulang kota asalnya. Dia berkata, “Aku akan merayakan hari raya Waisak.” Dari situ si Pe’i sudah ragu dengan perbedaan agama di antara mereka. Tak lama juga, si Pe’i mendengar kabar dari teman-teman kalau Pe’a akan pulang ke kota asalnya untuk merayakan pesta pernikahannya.

Hati Pe’i semakin hancur berkeping-keping. Saat dia menanyakan langsung ke si Pe’a dan ternyata jawabannya “iya”. Bagaimana bisa si Pe’i menjalani hari-harinya sedangkan keduanya masih sering bertemu, nongkrong bareng, dan bercanda bareng.

Alhasil keduanya pun masih menjalani hubungan teman rasa pacar tanpa sepengetahuan calon si Pe’a dan teman-temannya, meskipun satu di antara mereka ada yang curiga. Keduanya mencoba untuk cuek, karena keduanya sudah telanjur sayang. Apapun risikonya, meskipun nanti akhirnya si Pe’i ditinggalkan. Dia hanya ingin saat-saat terakhir mereka bersama diisi dengan kenangan-kenangan indah.

Sampai pada akhirnya si Pe’a yang hobi bernyanyi mengutarakan sebuah pesan melalui lagu yang dibuatnya untuk si Pe’i. Merasa berdosa iya, karena si Pe'i mencintai yang bukan haknya. Tapi Tuhan saja maha pemaaf dan Tuhan juga yang menciptakan rasa. (Cerita ini dikirim oleh Rianita)