Anak yang Tak Diharapkan

Ilustrasi keluarga.
Sumber :
  • http://www.vestyles.com

VIVA.co.id – Mario Ryanugra adalah seorang laki laki berparas tampan, berkulit putih, bermata cokelat elang, mempunyai senyum yang manis, dan aura yang membuat orang di sekitarnya merasa nyaman berada di dekatnya. Rio terlahir tanpa hadirnya seorang papa yang menemani mama dan dirinya.

Rio adalah anak yang terlahir tanpa keinginan dari orangtuanya. Ia terlahir karena hubungan yang tidak disengaja yang diperbuat oleh mama dan papanya sewaktu SMA dulu. Kini, mamanya sangat membencinya dan tidak peduli dengannya.

Namun Rio tidak pernah menyalahkan apa yang telah diperbuat oleh mama dan papanya dahulu, bahkan ia pun tidak membenci mamanya yang telah melahirkan dan membesarkannya. Sejak Sekolah Dasar Rio sudah bisa mandiri dan tidak ingin merepotkan mamanya. Walaupun terkadang mamanya sering memarahi dan tidak peduli dengannya.

Rio duduk termangu di dekat pagar pembatas yang ada di lantai atap gedung sekolahnya. Semilir angin berhembus dan menyapa wajahnya yang sangat tampan. Ia menatap langit yang awalnya terlihat bercahaya biru, tapi kini telah berubah menjadi hitam tampak menyelimuti langit. Rio hanya terdiam di tempatnya dan memikirkan masalah yang menimpa hidupnya kini. Terkadang ia sudah terlalu lelah untuk hidup dan menjalani hari-harinya yang penuh dengan kesedihan. “Mamaa…,” lirih Rio dalam hati. “Maafin Rio...,” lirihnya lagi sambil menatap sendu pemandangan di sekitar sekolahnya.

Rio menuduk dan mulai merasakan air matanya hampir jatuh ketika teringat sang mama. Rio menekan dadanya yang begitu sesak dan sakit. Dia menangisi nasib hidupnya yang begitu tragis. Semuanya tidak berjalan sesuai keinginannya dan sangat jauh dari keinginannya sewaktu ia masih kecil dulu.

Ddddrrtttt…ddddrrrttt..., Terdengar suara getar dari ponsel Rio. Dengan cepat ia melihat ke arah layar ponselnya dan mengangkat sebelah alisnya karena tidak mengenali nomor tersebut. “Siapa ini?” batinnya. Rio mengamati nomor tidak dikenal dari layar ponselnya.

Akhirnya ia menekan tombol hijau dan, “Hallo?” tanya Rio kepada sang penelepon. “Akhirnya, mas Rio angkat juga,” ujar  seseorang yang dikenalnya dari ujung ponsel. “Pak Min?” tanya Rio menyakinkan bahwa suara ini adalah suara sopir mamanya. “Iya, mas,” ujar Pak Min senang. “Ada apa?” tanya Rio. “Begini mas, ibu tadi pingsan di kantor dan sekarang ibu sedang di rumah sakit,” ujar Pak Min yang langsung membuat Rio terkejut. “Apaaa!” teriak Rio dengan wajahnya yang memucat.

Secepat mungkin ia berlari menuju parkiran sekolahnya dan bergegas pergi menuju rumah sakit tempat mamanya dirawat. Saat mobil sport merah Rio tiba di rumah sakit, Rio segera berlari masuk ke dalam rumah sakit. Rio tiba di depan kamar mama dan segera ia membuka pintu kamar rawat itu.

Rio melihat sang mama terbaring lemah dengan cairan infus yang masuk melalui jarum di pergelangan tangannya. Keyla menoleh menatap Rio yang tengah berdiri di pintu kamar itu. “Sedang apa kau di sini? Lebih baik kau pergi!” tanya Keyla ketus pada putranya. “Aku hanya ingin melihat keadaan mama,” lirih Rio menatap sendu Keyla, mamanya. “Pergilah, aku tidak butuh kau! Dan satu hal lagi, jangan memanggilku mama! Aku ini bukan ibumu!” ujar Keyla ketus.

“Apakah mama sangat membenciku? Mengapa mama membenciku?” lirih Rio sendu menatap mamanya. “Dengar, kau adalah anak yang tidak diharapkan olehku! Kau adalah penyebab hancurnya kehidupanku! Dan kau penyebab orang yang kusayangi meninggalkanku!” pekik Keyla kencang. “Kau itu sama dengan papamu dan aku sangat membencimu!”

“Mama...,” lirih Rio. “Pergilah!” teriak Keyla histeris. Lalu, Rio berbalik dan berjalan membuka pintu kamar rawat mamanya. Sepanjang langkahnya, air mata mulai menetes membasahi kedua pipi. Kata-kata Keyla benar-benar membuatnya tidak percaya.  Rio berdiri di balik pintu rumah sakit dan tergeletak lemah di lantai.