Generasi Digital adalah Generasi Stroberi?

Generasi stroberi
Sumber :

VIVA.co.id – Ini berawal ketika saya membuka kembali buku-buku di rak buku saya karena tak punya pekerjaan di bulan puasa. Saya menemukan satu majalah yang dinaungi Ikstida (Ikatan Keluarga Santri Timur Daya) di Annuqayah yang berjudul Generasi Digital. Saat itu saya menjadi kru di majalah tersebut ketika masih berdomisili di Annuqayah, salah satu pondok pesantren tertua di Madura.

Ketika melihat judul majalah tersebut, hati saya tertarik untuk membuka kembali. Sebab, tema dari majalah tersebut yang saya anggap tidak basi atau masih menjadi hal yang fenomenal untuk dikaji hingga saat ini. Dan banyaknya para pengguna BBM yang menggunakan foto profil mereka bertuliskan, “music, internet, bed, food are parts of my life”, dan saya percaya bahwa profil yang mereka pasang adalah wujud ekspresi dari diri mereka.

Hal ini menguatkan saya bahwa generasi digital adalah generasi stroberi. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa stroberi itu mempunyai sifat yang mudah lembek, tidak bisa ditaruh di sembarang tempat, dan harganya yang cukup mahal. Hal ini biasa dikaitkan dengan generasi manja!

Gaya hidup manusia zaman ini yang memang cenderung selalu bergaya serba instan adalah bentuk aplikasi dari teknologi. Saat ini perkembangan pesat memang sedang memuncak di bidang teknologi. Misalnya internet, hanya dengan menuju “Mbah Google” kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dengan sekejap.

Kita sebagai pemuda memang tidak dapat menolak adanya teknologi. Tapi, bagaimana caranya agar kita mampu meminimalisir diri supaya tidak menjadi generasi stroberi dengan tipikal pengguna gadget akut. Ketertarikan saya kembali mengembara saat melihat tulisan artikel yang ditulis oleh sahabat Taufiqurrahman dengan judul “Ketika Kaum Pemuda Melipat Dunia”.

Pada tulisan ini saya mendapatkan satu poin yang kabarnya dulu manusia bisa mempersingkat waktu jika dia memiliki ilmu Kerso Bumi. Orang yang memiliki ilmu Kerso Bumi jika mau melakukan perjalanan yang seharusnya ditempuh selama tiga hari, bisa mereka tempuh hanya dalam waktu satu hari. Namun di zaman mutakhir saat ini, manusia tidak perlu mempunyai ilmu Kerso Bumi yang harus melalui ritual khusus.

Teknologi canggih saat ini mampu melipat dunia. Seperti contohnya para mahasiswa sekarang yang tidak perlu membeli buku-buku yang mereka butuhkan di pasar. Hanya cukup me-download e-book maka mereka bisa mendapatkan buku tersebut tanpa harus membawa dengan berat, sekaligus mereka juga dapat menghemat tempat.

Kini, wabah digital semakin menampakkan ke-instan-an dalam gaya keseharian kita, khususnya di kalangan pemuda. Namun, di era modernisasi kita tidak dapat menolak digitalisasi. Kita hanya butuh melepas ketergantungan kita supaya tidak mendapat predikat generasi stroberi dengan cara berbenah diri. Dan, kita sebagai manusia juga harus menunjukkan eksistensi kita agar tidak diperalat oleh alat. (Tulisan ini dikirim oleh Lutfiyah, Sumenep)