Kalau Tak Mau Bebani Negara Jangan Bercita-cita Jadi PNS
- ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
VIVA.co.id – Saat ini sengaja saya ulas masalah ini kembali di sini sebagai bahan pencerahan bagi kita generasi muda. Salah satu persoalan yang membuat dilema bangsa ini adalah sebagian besar mahasiswanya memilih menjadi pegawai negeri sipil (PNS) ketika telah menyelesaikan kuliahnya. Lebih dari itu, bagi sebagian mahasiswa, menjadi PNS merupakan satu harga mati yang tak bisa ditawar lagi. Bahkan sebagian besar orang tua di negeri ini membuat rekomendasi khusus dalam proposal hidup anaknya. Isi rekomendasinya adalah kelak anaknya harus menjadi seorang PNS.
Saya tak perlu menggiring persoalan ini dengan teori-teori canggih ala kemajuan suatu bangsa. Dengan menggunakan analisis sederhana kita sudah bisa mempetakan persoalan ini. Sederhananya, dengan banyaknya mahasiswa bercita-cita menjadi PNS atau abdi negara dan semakin banyak pendaftar CPNS, maka akan semakin banyak atau semakin ketat pula persaingan untuk memperebutkan kuota yang ada. Atas dasar kekhawatiran tersebut, secara otomatis permainan sogok-menyogok atau suap-menyuap pun lahir dengan sendirinya.
Munculnya berbagai kasus penipuan terhadap CPNS yang dijanjikan akan diloloskan menjadi PNS dengan catatan menyetor uang dalam jumlah tertentu memperkuat apa yang menjadi kekhawatiran saya. Kerelaan mempertaruhkan uang dalam jumlah besar untuk menjadi PNS menggambarkan jika menjadi PNS bukanlah sekadar cita-cita akan tetapi sebuah harga mati yang mesti diperjuangkan. Tak peduli itu dengan cara yang sehat ataupun tak sehat.
Jika kita tinjau dari segi idealisme, kita sudah bisa menebak salah satu alasan orang-orang yang memilih menjadi seorang PNS tak jauh dari tujuan hidup manusia, yaitu pengabdian. Entah itu pada Tuhannya ataupun pada kehidupannya. Sehingga, mereka memandang perlu untuk menjadi seorang PNS agar dapat mengabdi kepada bangsa dan Negara. Namun, PNS bukan satu-satunya jalan untuk mengabdi kepada bangsa dan Negara. Mengabdi pada bangsa tidak hanya dengan menjadi PNS, masih banyak yang bisa kita lakukan.
Coba kita kembali menoleh ke belakang. Masih ingatkah Anda, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Azwar Abubakar secara terang-terangan mengatakan di beberapa media bahwa tahun lalu, 95 persen dari total 4,7 juta PNS di Indonesia tidak memiliki kompetensi di bidangnya. Saya tidak kaget lagi dengan pernyataan Azwar tersebut. Seperti kekhawatiran saya tadi, jumlah peminat PNS sangat besar sehingga bisa memunculkan persaingan tak sehat di antara mereka.
Terungkapnya berbagai kasus penipuan dan sogok-menyogok dalam penerimaan CPNS justru menjadi jawaban. Sungguh naif pula jika orang-orang yang menjadikan PNS sebagai cita-cita dan harga mati saya anggap salah. Sebab, semua orang mempunyai hak untuk bercita-cita menjadi PNS atau tidak. Namun, banyak alternatif bisa menjadi solusi, misalnya berwirausaha. Selain menunggu datangnya bola, bukankah kita dituntut untuk bisa menjemput bola dengan bagaimana bisa menciptakan lapangan kerja bagi orang lain?
Mungkin solusi saya ini agak idealis, namun harus juga ditinjau dari segi realitasnya. Jikalau PNS masih dikenal dengan istilah gali lubang tutup lubang, sementara yang sukses adalah mereka yang terjun di dunia wirausaha.
Tak penting bagi saya kau PNS ataupun tidak, yang terpenting adalah kita berguna bagi orang banyak atau tidak, bukan malah menjadi beban dan terkena razia karena berkeliaran di jam kerja. Kalaupun ada PNS yang sukses, itu adalah PNS yang mengambil jalan sampingan wirausaha. Walau ada juga PNS sukses yang menjadi pejabat eselon dengan rekening gendut. (Tulisan ini dikirim oleh Abdul Rasyid Tunny, Makassar)