Sembako untuk 120 Warga di Desa Pelambuan Banjarmasin

Salah satu warga penerima bantuan sembako.
Sumber :

VIVA.co.id – Sungai Barito memiliki banyak potensi dan nilai sejarah, terutama untuk Desa Pelambuan. Dimana nama desa ini diangkat dari nama bunga flamboyan milik seorang Belanda bernama Tuan Neper. Karena tukang kebunnya yang tak bisa menyebutkan nama bunga itu, tersebutlah Pelambuan yang akhirnya menjadi nama desa ini hingga sekarang.

Bukan sekali ini Rumah Yatim mengunjungi Kelurahan Pelambuan untuk melakukan santunan. Sebelumnya, santunan biaya hidup, pelayanan kesehatan gratis dan pembagian zakat pernah digelar di sini. Pada bulan ini, Rumah Yatim Banjarmasin yang dikepalai oleh Deni Rustandi memilih kembali desa ini dalam melakukan santunan sembako untuk 120 mustahik yang berbeda.

“Meski desa ini berada di kota karena letaknya di pinggiran Sungai Barito, namun kehidupan masyarakatnya masih banyak yang harus dibantu,” papar Deni. Terbukti dari banyaknya masyarakat yang mendatangi balai desa untuk mengambil santunan. Mereka terdiri dari pemulung, tukang bangunan, dan lansia yang memang sudah tak berdaya dan tak memiliki pekerjaan.

Ada Sopiyah yang tak berhenti berterimakasih atas santunan yang diberikan. Ucapan terimakasih yang tak henti tersebut membuat Deni terenyuh dan merasa bahwa apa yang dilakukannya untuk masyarakat di sini benar-benar tepat sasaran. Pihak kepala desa, yakni Rohmatullah S.STP, MA yang sudah menjadi lurah sejak 2014 ini pun mengucapkan banyak terima kasih karena Rumah yatim sering mengadakan kegiatan sosial di tempatnya.

“Kita memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Mari kita sama-sama membangun Banjarmasin. Mari kita ulurkan tangan kita, karena mereka sangat mengharapkannya,” papar Deni yang berencana kembali mengadakan penyuluhan kesehatan di tempat tersebut.

Untuk penyuluhan selanjutnya, Deni berencana akan bekerjasama dengan mahasiswa kedokteran yang sering datang ke Rumah Yatim. “InshaAllah ada rencana untuk mengadakan penyuluhan kesehatan gratis,” imbuh Deni Rustandi. (Tulisan ini dikirim oleh Sinta Guslia)