Kekayaan Alam dan Keindahan Negeri adalah Karunia Tuhan

Ilustrasi alam Indonesia.
Sumber :
  • ANTARA/Anis Efizudin

VIVA.co.id – Hal yang ditunggu-tunggu oleh rakyat adalah keindahan berbangsa. Rakyat bisa merasakan nikmatnya berbangsa dan bernegara dengan sosok pemimpin yang arif dan bijaksana. Yang bisa menjadi harapan rakyat dan menjadi dambaan sampai kapanpun. Tidak ada keabadian selain contoh yang baik. Perilaku yang dicontoh oleh beribu-ribu rakyat dari pemimpinnya.

Dambaan semua orang bisa hidup sejahtera. Bisa mendapatkan yang diinginkannya dengan gampang. Hidup saling tolong-menolong. Mendapatkan kebahagiaan di luar dan di dalam rumah. Apakah ini ada dalam negeri dogeng saja? Apa mungkin bisa terjadi di negeri ini?

Banyak pemimpin idola yang menjadi panutan di bangsa ini. Baik yang berpaham religius, nasionalis, dan cendekiawan. Tokoh-tokoh yang selalu dinantikan ide dan gagasannya yang tidak lekang oleh waktu. Jasad mereka boleh tiada, tapi gagasan dan ide selalu hadir dalam benak masyarakat. Harapan itu masih ada dalam rakyat kita.

Semua rakyat berharap dengan dambaan berbangsa dan bernegara dapat merefleksikan keinginan dan harapan rakyat saat ini yang dalam kondisi serba tidak menentu dalam konteks politik, hukum, kesejahteraan.

Semua menjadi harapan dan angan-angan rakyat kita. Mencari sosok yang bisa menaungi semua orang. Yang berdiri untuk menjadi contoh bagi bangsa ini. Yang memberikan spirit bahwa bangsa ini memiliki harapan yang tinggi terhadap keindahan berbangsa.

Alam kita memberikan contoh alamiah betapa indahnya bangsa ini. Anugerah yang tidak boleh dilupakan oleh rakyat kita. Kita memiliki keindahan alam dari Sabang sampai Merauke. Tuhan sayang terhadap bangsa ini. Dilahirkannya pemimpin-pemimpin bangsa untuk menyempurnakan keindahan alam Indonesia ini.

Satu per satu muncul presiden. Dari mulai Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarno Putri, SBY, serta saat ini kita dikaruniai pemimpin Joko Widodo. Pemimpin-pemimpin itu lahir substansinya untuk menyempurnakan bangsa ini yang telah dikaruniai oleh Tuhan yang Maha Esa alam yang begitu indah. Masyarakat yang begitu banyak dengan karakteristik berbeda.

Indahnya bangsa Indonesia. Dengan begitu banyak perbedaan yang terlihat, seolah-olah memberikan warna tersendiri untuk keindahan bangsa ini. Kita tidak pernah melihat adanya perang suku semenjak pemimpin-pemimpin ini lahir.

Begitu indahnya alam kita, sehingga penjajah waktu itu tidak mau pergi dari bangsa kita. Baik Belanda atau VOC, Jepang, dan Portugis. Mereka iri atas apa yang diberikan Tuhan terhadap bangsa Indonesia. Tapi Tuhan tahu bahwa jika bangsa ini diberikan keindahan alam yang begitu indah dengan kekayaannya maka manusia atau rakyatnya mampu untuk mengisi dan mengelola agar lebih indah. Dan kemerdekaan itu pun terjadi.

Saat ini alam yang begitu indah telah dikelola oleh bangsa kita sendiri dengan melahirkan pemimpin-pemimpin yang telah memimpin bangsa sampai saat ini. Pertanyaan yang sangat mendasar, apakah kita saat ini telah betul-betul memperindah alam Indonesia yang telah diberikan Tuhan bagi bangsa ini? Apakah kita saat ini belum optimal memperindah alam ini dan membuat harapan rakyat yang indah berbangsa dengan segala kecukupannya?

Semoga harapan masyarakat dan karuniaTuhan yang diberikan ini bisa membukakan mata kita. Bahwa kita mampu mewujudkan apa yang diangan-angankan semua orang. Bahwa keindahan alam bangsa Indonesia ini nyata bukan dongeng. Dan masyarakat Indonesia ini bisa mengelolanya.

Kita bungkam orang yang iri terhadap bangsa kita dengan mengelola bangsa ini dengan baik. Agar kesempurnaan keindahan yang diberikan Tuhan terhadap bangsa ini bukan kesalahan alamiah. Tetapi anugerah yang begitu indah yang diberikan terhadap bangsa ini untuk dikelola dan dinikmati hasilnya oleh masyarakat kita.

Pemimpin yang menjadi panutan bangsa ini semoga menyadari bahwa semua ini adalah bagian dari harapan masyarakat untuk menikmatinya. Rakyat berhak mendapatkan bagian dari apa yang telah dikaruniakan oleh Tuhan terhadap bangsa ini. (Tulisan ini dikirim oleh Deni Yusup)