Sepatu Tak Dinyana, Sepatu Min Ghoiri La Yahtasib

Sepatu kungfu di Madinah.
Sumber :
  • vstory

VIVA - Di samping saya duduk bersila lelaki belum paruh baya. Bergamis putih, rapih, necis dan mbois. Dia selonjorkan kaki. Terlihat sepatu ala pendekar kungfu membungkus kaki putihnya.

Kami pun bercengkerama. Layaknya orang baru kenal. Nama, asal negara, dalam rangka apa ke Madinah. Tidak ada obrolan serius. Smart dan berpendidikan terasa ini kawan dari gaya dan bahasa yang digunakan.

"Sepatumu unik. Belinya di mana," tanyaku.

"Kamu bisa beli di toko-toko di sekitar masjid. Tapi kalau mau, besok aku bawain buatmu. Aku punya beberapa di rumah," ujarnya sambil permisi mengukur panjang kakiku dengan tangan kanannya. "Besok kita ketemu di sini habis shubuh ya. Aku bawakan sepasang sepatu buatmu."

"Eh, gak usah. Nanti biar saya cari sendiri ga papa."

Selepas Ashar, 24 juli sehari sebelum meninggalkan Madinah, saya blusukan ke pertokoan, juga ke supermarket fix price yang terkenal itu, Bin Dawood. Nihil. Sepatu kungfu kulit yang bisa dan boleh dipakai di atas karpet Nabawi tidak saya temukan.

Hari pun berganti. Selepas Shubuh setelah saya berpamitan dengan Kanjeng Nabi, bertepatan dengan sunrise di langit Madinah, lelaki kemarin itu tak dinyana datang menghampiri. Memberikan sepatu kungfu berkelir cokelat. Saya coba dan Pas.

"Subhanallah. Jazakallah ahsanal jazak akhi," terima kasihku kepada lelaki bergamis putih.

Untuk sepatu yang datang diharap tapi tak dinyana dan tak disangka ini, saya menamainya Sepatu Min Ghairi La Yahtasib. Sepatu Tak Dinyana.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.