Gerimis yang Menepis

Pelataran Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi.
Sumber :
  • vstory

VIVA - Sebelum jam 3, berdua Pak Misun saya ke luar meninggalkan kamar. Di pelataran hotel menuju shuttle bus, saya bertanya, "Pak ini kabut apa debu ya." "Debu ini mah," ujar Pak Misun seraya menarik sorbannya menutupi hidung dan mulutnya. Saya sruput kopi dan menyalakan korek.

Sejenak saja, kemudian Bus Sholawat datang. Saya dan Pak Misun naik dari pintu tengah, dari e pintu otomtis yg terbuka. Hari ini sampai jam 12.00 WAS, hari terakhir bus sholawat dari melayani Jamaah dari area pemondokan ke Harom.

Bagi yang tetap ingin 100 ribu kali lipat pahala salat di Masjidil Haram, ya harus jalan kaki. Dari hotel saya, jaraknya 2 KM. Saya sudah coba jalan kaki Pulang Pergi (PP). Sekali jalan butuh waktu 25 menit. Itu pun belum full throtle.

Ciiit, bunyi rem bus yang mendoyongkan ke depan tubuh penumpang. Tanda sudah sampai di terminal Shub Amer. Kami turun dan harus jalan kaki sekitar 200 M untuk tiba di pelataran Masjidil Haram.

"Pak gerimis nih," mengusap tetes air langit di pipi.
"Mana...wah iya. Makin gede," kata Pak Misun.

Kami pun setengah berlari melaju menuju pintu terdekat Marwa. Gerimis pagi ini menepis dugaan kami tentang debu Mekah pagi ini.

Inilah rahmat menjelang puncak prosesi haji 9 Dzulhijjah nanti. Smoga Allah memberikan pertolongan dan rahmat kesejukan cuaca bagi para tamu-Nya hingga Armuna dan musim haji ini usai nanti. Amiiin. (Ahmad Muhibbuddin, Alumni Madrasah Aliyah Program Khusus Jember dan UIN Syahid Jakarta)

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.